#7. "Insecure."

209 20 4
                                    

"You think i'm wrong when i know i'm right."

***

Arlan membawa Naya dan Alena menaiki Merry go round tepat sebelum cowok itu membawa Naya bermain di area mandi bola. Anak kecil itu tak henti-hentinya melukiskan senyum diwajah bulatnya yang lucu, tawanya juga selalu terdengar di telinga Arlan dan Alena.

Sangat berbeda ketika Naya bermain bersamanya. Anak kecil itu lebih sering cemberut dan banyak diamnya. Alena bahkan hampir membuat anak selucu itu menangis hanya karena tak menuruti keinginannya.

Tiba-tiba perasaan bersalah melanda Alena karena telah memperlakukan anak kecil semanis itu dengan sangat buruk. Dia berniat untuk meminta maaf dan mencoba memperbaiki hubungannya dengan Naya nanti. Terkutuklah jiwa ke-ibuan yang seharusnya dimiliki oleh wanita itu!

Ketika kuda-kudaan plastik yang ditunggangi Naya dan Alena berhenti. Arlan langsung mengangkat anak perempuan itu turun dari kuda dan memindahkannya ke gendongan cowok itu.

Alena masih di area merry go round ketika Arlan berucap kepadanya dengan jarak yang jauh karena cowok itu yang sudah berjalan duluan.

"Len, aku sama Naya beli ice cream dulu, ya!"

Alena termangu ditempatnya. Tidak. Dia tidak merasa kesal atau marah karena telah ditinggal oleh kedua orang itu sendirian. Alena tahu itu karena Naya dan untuk Naya.

Lagipula keponakan Arlan itu hanya datang sebulan sekali, jadi amat tidak pantas jika sekarang dia merasa cemburu berat karena perhatian cowok itu lebih dominan pada Naya.

Tapi... Tiba-tiba dia merasa insecure. Sungguh, ini bukan acara azab yang sering ditonton dirinya dan Roza setiap pulang sekolah itu, kan? Karena dirinya merasa dia mendapat karma karena telah berlaku buruk pada Naya, dan juga sering mengucapkan kata-kata sakral -kita putus!- pada Arlan hanya karena emosi sesaat.

Kalau dipikir-pikir, daritadi Arlan memang hanya mengajak Naya mengobrol tanpa mengatakan apapun kecuali saat cowok itu meminta Alena untuk ikut naik marry go round yang murni karena untuk menjaga Naya.

Arlan bahkan tak menggenggam tangan Alena seperti biasa ketika mereka berjalan di Mall. Alena cenderung lebih banyak berjalan di belakang cowok itu dibanding di samping Arlan yang menurutnya berjalan terlalu cepat. Dia lebih mirip babysitter Naya dibanding pacar cowok itu.

Alena menghela napasnya, lalu menggeleng pelan seakan mengusir pikiran buruk yang akan hinggap dikepalanya. Tidak baik berpikir buruk kepada calon suami sendiri, kan?

Alena melanjutkan jalannya, seraya berpikir kalau andai teman-temannya tak berjalan pisah-pisah begitu, pasti dia tidak sendirian seperti sekarang ini.

Akhirnya, dengan bingung Alena memutuskan untuk ke toko buku yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini. Arlan dan Naya kemungkinan akan lama karena tadi ketika melihat kedai ice cream yang diinginkan Naya yang antriannya sungguh akan membuat kaki-kaki ber-high heels itu akan menyesali ide mereka untuk berdiri begitu lama.

Alena memasuki toko buku, mencari-cari novel terbaru yang bisa membuatnya tertarik. Mata Alena meneliti satu persatu judul di rak tertinggi ketika tanpa sengaja dirinya menyenggol sesuatu dan membuat cairan berwarna cokelat yang panas membasahi lengannya.

Alena sedikit berteriak kaget karena terkejut sekaligus merasa sakit karena panas yang menjalar di kulit tangannya. Cewek itu mencoba meniup-niupkan tangannya yang terasa amat panas, sampai ia mendengar beberapa omelan yang tertuju padanya.

"Kalau jalan liat-liat dong! Kopi gue jadi tumpah kan!" Alena mendongak untuk melihat si pemilik suara ketika matanya melihat sosok laki-laki muda yang menatapnya kesal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Literally Broke UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang