#4. "Being So in Love is Uneasy."

207 29 22
                                    

"Aku memilih kamu untuk jadi pacar aku, artinya kamu adalah tuan puteriku yang harus dijaga."

***

Satu lagi hobi Arlan yang tidak akan pernah disukainya, selain main games online adalah tawuran. Tapi yang ini lebih sering dilakukan dibanding main games yang murni hanya untuk mengisi waktu. Tawurannya Arlan ini hampir sama kayak jadwal sekolah. Terdaftar rapi dan sistematis. Anak-anak lain juga tahu kapan saatnya untuk tidak melewati jalan utama di depan sekolah.

Alena sampai bosan sendiri mengingatkan cowok itu bahwa bisa saja tawuran dapat menjemput ajalnya, tapi ucapannya hanya akan seperti angin lalu saja. Padahal diantara teman-teman dekat Arlan tidak ada yang suka buang-buang waktu buat tawuran. Entah motivasi apa yang membuat cowok itu menjadi segiat itu untuk meninju orang-orang.

Seperti hari ini ketika Nara dan Roza berlari membelah kerumunan di koridor IPS yang ramai karena bel pulang sekolah sudah berbunyi. Lumayan sulit untuk membelah anak-anak yang ingin cepat-cepat keluar dari kelas, seolah kalau mereka gak buru-buru keluar, guru mereka bakal narik ke kelas lagi buat belajar.

Kedua perempuan itu langsung memasuki kelas IPS dua, dimana Alena, Sena, dan Adriene telah duduk manis di sana seraya ber-haha hihi membicarakan sesuatu.

Dengan napas yang masih terengah-engah Roza berbicara kepada Alena, "Lena! Len, itu pacar lo...."

Ketiga orang itu menatap Roza dan Nara dengan dahi berkerut. "Kenapa sama Arlan?" tanya Alena.

"Itu, dia tawuran sama anak sekolah depan," ucap Roza yang berhasil mengatur napasnya.

Tubuh Alena langsung maju dan duduk tegak, "Anak-anak SD yang di depan sekolah kita itu maksud lo?"

Nara berdecak kesal, "Yakali pacar lo gak punya otak buat tawuran sama anak SD! Itu loh, anak-anak dari SMA Slatavia!"

Kemudian Alena hanya mengangguk-angguk paham dan kembali duduk dengan santai. "Terus, doi mati, gak?"

"Astagfirullah, Len! Pacar sendiri di doain cepet mati!" Roza berjengit kaget mendengar pertanyaan Alena.

"Abisnya udah gue bilangin jangan tawuran, malah nekat itu singa padle pop, mentang-mentang raja hutan!" sungut Alena kesal.

"Kalian tau darimana?" Kini Sena yang bertanya.

"Lagi heboh banget, Na! Ayang lo sama Nara juga ikutan, tuh!" ucap Roza dengan heboh hingga membuat beberapa anak memberi perhatian pada mereka.

Nara ikut berseru heboh pada teman-temannya, "Anak jurusan kita juga ikut tawuran! Kayak si Daniel, Ferry, Alle, Tejo, Kiko...."

Alena yang mendengar satu nama musuhnya itu lantas berteriak pada Nara, "Wait! Lo sebut nama genderuwo itu? Tejo?!"

Nara mengangguk sebagai jawabannya. Heran karena respon temannya yang aneh. Bukannya kaget karena mendengar pacarnya tawuran malah kaget mendengar nama yang dianggap saingannya bersama kekasihnya di medan perang.

Sedangkan, Alena mendengus sebal karena Arlan yang lagi-lagi bersama Tejo dibanding dirinya --yah-- walaupun ramai-ramai sih tapi dirinya tetap tak terimo!

"Semoga aja Arlan jadi panglima paling depan yang mimpin tawuran itu, sekaligus jadi yang paling pertama sekarat!" Alena berdecak kesal seraya berkacak pinggang.

Roza mengernyit, "Gak jadi yang paling pertama mati aja?"

"Mana tega dia, ditinggal kesatrianya jadi janda," balas Sena skeptis.

Sebuah pesan berbunyi di ponsel Alena, membuat pemiliknya mengeluarkan benda persegi panjang ungu itu dari sakunya.
Ketika melihat si pengirim pesan adalah Azka, Alena langsung membuka pesan itu.

Literally Broke UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang