Dua

49 15 8
                                    

Seluruh murid terpaku akan paras cantik nan alami milik Evelyn, terkecuali Attala, Marleen dan Leon tentunya.
Mereka sudah sedari kecil bersama.

Sebenarnya, perasaan Attala juga kali ini tidak keruan. Sama seperti hal nya yang dirasakan Marleen kini. Tapi ia tidak seperti sahabat laki-laki nya itu. Yang mudah meng-ekspresikan semua emosi yang ia rasa.

"Ada pertanyaan tentang eve?" tanya Asri kepada murid-murid nya

"Saya, bu!" si murid yang bernama Isabel itu langsung histeris dan secepat kilat mengacungkan tangan

"Itu pipi kok kayak ada merah-merah gitu? Pake blush on apa? Keluaran terbaru? Mahal ya? Idung juga mancung gitu.. Shading dimana? Oplas ya?"

"All natural, makasih pertanyaannya." jawab eve singkat. Wajah Isabel seketika berubah merah padam. Sontak membuat 'Isabel Cs" sedikit murka.

"Bhaks, emang elo super-duper KW!" celetuk Edwan, si cogan Underrated.

"Oke, kalau gitu kamu boleh duduk di sebelah Attala." tukas Asri.

"Gak bisa gitu, bu! Disini ada Hasya. Dia kan nggak masuk. Lebih baik Eve cari bangku nya sendiri!" bentak Attala tiba-tiba.

"Attala, sekolah ini bukan punya kamu. Ibu yang mengatur sebagai seorang guru dan wali kelas kalian disini. Jadi tolong hargai pendapat ibu dan patuhi perintah ibu. Eve, silahkan duduk di tempat yang sudah ibu pilihkan. Pelajaran akan segera dimulai." titah Asri.

Attala hanya bisa mengalah.  "Terserah. Tapi saya tidak akan pernah bisa menerima dia dengan kehadirannya sebagai teman sekelas, apalagi teman sebangku saya." ujarnya dingin.

Mendengar itu, Eve merasa matanya akan segera dibasahi oleh beberapa rintikan air mata yang sebentar lagi berhasil tumpah tak terbendung.

Segitunya kah gue di mata lo, tal?.. Batin Evelyn miris.

"Oke. Asal kamu tidak mengganggu kegiatan belajar eve, dan selama dia bisa mengikuti kegiatan proses KBM dengan baik, maka kamu tidak akan mendapatkan sangsi dari BK. Terimakasih." ucap Asri dengan tegas, berhasil membungkam bibir siapapun di dalam ruangan itu.

"Ish, ibu. Masih muda, belum kawin, tapi marah-marah mulu. Ntar cepet tua loh, bu. Mending sama saya aja, dijamin ibu bahagia, sejahtera sehat sentosa, awet muda dan ceria senantiasa." ucap Leon sambil diiringi cekikikan konyol miliknya.

"Leon mau membersihkan toilet di lantai enam?" tanya bu Asri sambil tersenyum

"Eeh, hehehe nggak ah bu. Surs banget. Mending membersihkan hati ini untuk ibu singgah di kemudian hari.." tambahnya lagi.

Asri semakin dibuat kebingungan dalam menghadapi murid yang perkataannya selalu ajaib seperti itu.

PLETAK! 

Sebuah kecupan manja yang mendarat dari tangan marleen, atau bahasa kasarnya, sebuah kepalan tangan yang tergenggam, berhasil menjitak kepala milik Leon.

"Aww, sakidhh. KDRT kamu ya, maz. Aku aduin ke Maura nich! Aa. Marleen nya nackhal!" ringis leon sambil beberapa kali mengusap pelan kepalanya

"Sekali lagi lu ngomong, seribu jurus kagebushin, gue keluarin buat lo!" ancam Marleen.

"Iya-iya. Dasar tompel anoa! demen banget nge jitak gue." sahutnya.

Setelah itu, Marleen melemparkan tatapannya kepada Eve yang terlihat khawatir dan sekaligus tatapan kerinduan. Andai, tatapan itu sepenuhnya hanya tertuju pada dirinya. Dan bukan terbagi dua untuk satu sahabatnya lagi, Attala Rafa.

"Lo gapapa?" setidaknya hanya kata-kata itu yang kini bisa terlontar dari bibirnya untuk sesosok gadis kecil yang kini sudah sama-sama bertumbuh remaja. Sama sepertinya. Ia sangat rindu dengan Eve.

"I'm fine, Leen. How are u? Gue kangen bangettt!" ujarnya pelan, tapi tak kalah histeris.

"Gue baik banget, Alhamdulillah. Sumpah ya, Eve, kalo gue nggak tau kondisi dan tempat, gue udah jingkrak-jingkrak seneng plus nge gendong elo. I'm so happy to see you again!!"

Jarak antara bangku Marleen dan Eve cukup berdekatan, hanya ada celah sedikit untuk guru sekadar lewat.

"Hahaha, gendong aja kalau kuat! Lagian berat badan gue udah nggak kayak dulu lagi. Palingan badan lo masih nggak kuat buat nge gendong gue. Hancur dah semua tulang lo.." ujarnya sambil terkikik pelan. Lalu mereka berdua tertawa bersamaan.

"Tuhan memberikan mulut satu gunanya untuk bicara sekedar perlu. Bukan malah menyalah-fungsikan jadi banyak bacot." ujar Attala tiba-tiba, membuat penguni ruangan yang mendengarnya tersentak dan berhasil beralih fokus dari materi yang diberikan oleh Asri, guru mereka.

"Ada apa, Attala?" tanya Asri sembari mengernyit. Kegiatan mengajarnya terpaksa ia jeda karena mendengar sebuah suara yang muncul.

"Saya izin ke toilet, bu. Disini hawanya mendadak gerah. Gatau saya alasannya. Oh, mungkin banyak setannya." ujar cowok itu. Ia lalu bergegas keluar dari kelas.

"Jangan lama-lama!" ujar Asri. "oke, lanjut ke bab yang berikutnya, anak-anak!" titahnya.

Melihat itu, Marleen merasa kesal akan sikap sahabatnya yang egois dan kekanakan.

"Attala lagi pengen sendiri, Eve. Emang dia juga biasanya kayak gitu. Jangan difikirin ya?" ujarnya menenangkan gadis itu.

"Iya, Leen. I'll give he a time." balas eve dengan senyum terpaksa.

Marleen tahu, bukan saatnya ia menyatakan perasaan rindu berlebih pada Eve, karena Marleen sadar akan satu hal, ada yang harus diperbaiki antara penghubung yang sudah lama retak seperti Attala dan Evelyn.

Ya, mungkin Marleen bisa memperbaiki itu.
Meski ia sadar, hal itu bisa membunuh perasaannya sendiri.

Eve berubah muram, hatinya merasa sakit sejenak. Gadis itu cukup tahu satu,..

Kehadirannya sama sekali tidak diinginkan oleh Attala, seseorang yang menjadi alasannya untuk kembali.

✈️✈️✈️

Haiiii, maaf banget aku baru sempet publish ehehehe, kebetulan perut juga lagi nggak enak belakangan ini 🤕.
Buat kalian yg sehat, jaga kesehatannya yaa *(eaq, diperhatiin tuh sama author)* wkwkwk

Eh btw, selamat menjalankan ibadah puasa buat seluruh umat muslim yang menjalankan. Semoga keberkahan bulan suci Ramadhan, dilimpahkan kepada kita semua. Aamiin Ya rabbal alamiin 🙏

LANJUT KAGAAA?
KUYLAH VOTE + COMMENT NYA!!  GASKEUNN MANG! 💪💪💪

SPASI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang