BAB XI

71 0 0
                                    

"yaa Allah... Laras tau Laras udah menyalahartikan cinta. Laras benar-benar khilaf yaa Allah... Maafkan Laras ya rabb maafkan..."

Dalam sepertiga Malam itu Laras banyak curhat sama Allah. Dia tahu itu lah sebaik-baiknya tempat curhat.

Dalam sholat malam itu Laras terus menangis. Sedikit tak rela atas kepergian Farel. Tapi, dia sadar inilah jalan terbaik bagi dirinya dan Farel.

Laras memang wanita yang dewasa. Dalam keadaan terpuruk pun dia masih bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Setelah lulus SMA, Laras memilih untuk membuka usaha saja. Usaha kecil-kecilan. hmm tidak, Ini besar sebab dia langsung membangun sebuah Restoran.

Restoran itu sebenarnya milik ayah nya. Namun ayah nya memberi kesempatan kepada putri sematawayangnya untuk memajukan usaha tersebut.

~•~•~•~

4 Tahun kemudian.

Tampaknya usaha yang dibangun Laras berjalan dengan lancar.

"assalamualaikum mba Laras:) haduuhh mba Laras makin hari makin cantik aja"

Kata salah satu pelayan Resto tersebut.

"Waalaikumussalam aah Inem kamu gitu terus deh... Orang wajah aku aja gak keliatan"

"yaa dari matanya aja udah bisa keliatan mba hehe..."

Yaa Laras telah menggunakan Cadar sebagai pelindung baginya.
Wajahnya yang rupawan sangat harus dijaga agar terhindar dari yang namanya FITNAH.

"heleeh kamu bisa aja. Yaudah tolong bikinkan saya minuman yaa... Yang kaya biasa:)"

Dari jaman SMA sampai sekarang selera Laras tak berubah. Dia hanya suka es teh. Hmm sederhana sekali bukan?

~•~•~•~

Waktu dzuhur tiba.

Laras bersiap-siap untuk melaksanakan sholat di musholah restorannya.

Setelah selesai sholat Laras keluar dari musholah. Laras berhenti sejenak....

Dia mendengar suara merdu dari dalam musholah. Ada seorang laki-laki di dalam sana yang sedang melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran.

Siapa dia?
Begitu menghayati sekali.

Laras nampaknya penasaran dengan orang itu.

"ma syaa Allah... Siapa dia?"

Kagum Laras.

Tak mau berpikiran yang aneh-aneh. Laras pun kembali ke ruangannya.

Sesampainya di ruangan Laras tiba-tiba teringat akan sosok Farel. Bagaimana tidak? Foto keduanya terpampang jelas di meja kerja Laras.

"jangan pernah berharap aku kembali. Itu hanya akan membuat sakit yang amat perih"

Laras teringat kata-kata Farel yang paling mengiris hatinya pada saat itu.

"Rel... Gimana kabar kamu sekarang?"

Gumam Laras yang tiba-tiba rindu akan sosok Farel.

"assalamualaikum bu Laras.."

Seseorang mengetuk pintu dan memberi salam.

"Waalaikumussalam masuk"

" ada karyawan yang ingin melamar kerja disini bu. Dia anak rantauan kayaknya"

"tapi stok karyawan disini kan udah cukup kan?"

"iya bu saya paham. Tapi mungkin ibu bisa berbincang sebentar dengan orangnya"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang