penalty game

34 1 0
                                    

[ warning: lowercases ]

.

.

.

.

.

"selamat siang."

wataru menoleh ke arah pintu tanpa melepas earphone yang terpasang di kedua lubang telinganya, juga tanpa mengetuk tanda jeda pada pemutar lagu di ponselnya. bahkan dengan begitu pun, jelas terdengar suara seseorang yang baru saja datang, masuk, lantas menutup lagi pintu ruangan khusus di backstage johnny's ginza ini.

baru delapan orang yang datang ketika jarum pendek jam menunjuk spasi antara angka satu dan dua, membuat wataru kian bosan dengan aktivitasnya sendiri: mendengarkan lagu. jadi setelah memberhentikan lagu yang sejak tadi terputar, wataru melepas earphone dari telinga dan ponsel, meletakkannya di atas meja yang ia tempati.

namun yang ia dapati setelahnya malah makin membosankan.

semua orang sibuk masing-masing (kecuali waku dan aoki yang sedang mengobrol berdua). bahkan kuroda yang baru datang tadi saja tidak melakukan apa-apa selain mengambil kursi, lalu duduk dekat meja yang selanjutnya ia jadikan penopang kepala. kelihatannya ia sedikit mengantuk. hal yang sama juga sedang dilakukan raul tak jauh dari sana.

di sisi lain, ada sota di ujung ruangan, sedang menulis sesuatu di buku tulis. mungkin mengerjakan pr dari sekolahnya—ah, temannya yang satu itu kadang-kadang memang kelewat rajin. bahkan di beberapa waktu tertentu tingkat kerajinannya bisa melebihi koki yang akhir-akhir ini justru lebih suka menggulir layar ponsel sendirian.

seperti sekarang. entah hal apa yang lelaki berumur setahun di atasnya itu sedang lihat-lihat sambil sesekali tersenyum di samping kirinya itu.

"apa kita tidak bisa kalau tidak asyik sendiri-sendiri?"

(atau tidak lagi.)

koki menyimpan ponsel sembarang di atas meja berukuran sedang, meja yang sama dengan tempat wataru meletakkan ponsel dan earphonenya.

semua orang menoleh, termasuk wataru. bahkan raul dan kuroda yang tadinya kelihatan sedikit lelah, dan rikuto yang sejak tadi sepertinya sedang bermain game di ponsel sendirian. koki tersenyum canggung. "aku bawa jenga," katanya.

"kalau pakai batsu game, aku ikut," kuroda menyambar. membuat wataru yang tadinya sedikit tertarik menjadi mulai memikirkan ulang pilihannya: kalau pakai batsu game, ia tidak mau ikut.

dalam beberapa detik koki berpikir matang-matang untuk keputusannya, sampai pada akhirnya ia mengangguk yakin. "oke."

'apa-apaan—'

namun, di luar dugaan, bukan hanya kuroda yang menghampiri mereka; tapi juga rikuto dan sota. rikuto, sih, tidak masalah. hanya saja, ini sota. catat: seorang uchimura sota yang akhir-akhir ini biasanya lebih suka berkutat mengerjakan pr saat istirahat latihan atau waktu luang sebelum tampil seperti ini, dalam sekejap tertarik bermain jenga dengan batsu game. apa kepalanya baru saja eror, terlalu panas karena matematika?

"aku pass," aoki menyahut dengan lembut.

"aku juga, tapi ...," kata waku dengan nada menggantung, membuat sahutannya hanya terdengar kurang yakin dengan pilihannya sendiri. jadi yang lain tidak bersuara dalam sekejap sampai lelaki yang paling tua di sini tersebut kembali bicara. "eh ... ikut saja, deh."

di saat yang bersamaan, wataru dapat melihat koki mengembus napas berat. barangkali ia sedang berpikir: 'manusia bernama motoki waku ini mengubah keputusan karena melihat sota ikut bermain, atau pada dasarnya memang plinplan, sih.'

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

when i grow up | kokiwataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang