.
.
" Hei boleh aku bantu ?" Tawar Jimin. Gadis itu hanya melirik Jimin dari ekor matanya.
" Hm.. boleh " jawabnya. Jimin tertegun mendengar suara gadis itu yang lembut walapun terkesan dingin.
Jimin kembali tersadar dan mengangkat sebuah kotak yang lumayan berat dan mengukuti gadis itu dari belakang.
" Letakkan saja disini " ucapnya dan Jimin hanya menurut. Gadis itu pergi dan kembali dengan segelas air putih dan memberikannya kepada Jimin. Jimin mererima dengan senyum sebelum meminum air itu sampai habis.
" Terimakasih " ucap Jimin dijawab anggukan dari gadis itu.
" Emmmhh.... Namaku Park Jimin, siapa namamu ?"
" Panggil saja Luci "
" Kau.. penulis novel yang terkenal itu ?"
" Iya "
" Wah hebat! Berapa usiamu ?"
" Apa usiaku penting untukmu ?"
" Ah tidak juga..... Kau tidak merasa kepanasan ?"
" Memang kenapa ?"
" Tidak, hanya saja dari tadi kau menggunakan tudung itu "
" Aku hanya tidak suka dengan matahari "
" Kenapa ?"
" Jangan tanya padaku, tanyakan pada Tuhan yang sudah menciptakanku begini "
Jimin terdiam
• Cewek aneh • batin Jimin.
" Terimakasih sudah membantuku, kau bisa pergi " ucap Luci.
• Bilang aja mau ngusir • batin Jimin.
" Ekhmm..!"
" Hmm.. aku akan pergi " ucap Jimin sebelum melangkah keluar ruangan. Jimin kembali ke apartemntnya.
" Apa-apaan cewek itu, sikapnya aneh " ucap Jimin yang nampak kesal, pasalnya jimin adalah lelaki tamoan yang penuh denga segudang pesona. siapa yang tidak terpesona terhadap ketampanan Jimin yang melebihi kuadrat.
Jimin kemudian menuju ke kamar mandi untuk mandi dan setelah itu membereskan berkas-berkas kepolisian yang masih berada didalam lemari bajunya.
" Oh perutku lapar " Jimin melihat jam ditangannya yang ternyata sudah memasuki jam makan malam.
Jimin beranjak menuju dapur untuk memasak makanan. Hanya butuh 15 menit bagi Jimin untuk menyiapkan makanannya sendiri. Jimin makan malam dalam diam terlebih dia tinggal sendiri di apartement yang cukup luas ini.
Setelah makan malam, Jimin berencana untuk bersantai sambil menonton Tv, tapi tidak ada yang menarik baginya. Akhirnya Jimin memutuskan untuk berjalan-jalan di Taman Kota yang tidak jauh dari apartemennya.
Rampak dari kejauhan Jimin melihat seseorang sudah duduk lebih dulu menempati tempat favoritnya yang biasa digunakan untuk menghabiskan waktu. Jiminpun mendekat kearah orang itu.
• itukan • batin Jimin sambil mengkentikan langkahnya.
Jimin melihat orang itu sedang asik membaca buku dan ada seekor kucing kecil yang menghampirinya dan langsung duduk di pangkuan orang itu. Jimin juga melihat orang itu mengakhiri kegiatan membacanya dan memilih untuk bermanjaan dengan kucing kecil itu.
Angin berhembus dan tudung yang dipakai orang itu terlepas memperlihatkan wajah cantik seseorang dengan mata yang tajam namun tatapannya tetap lembut, rambutnya panjang berwarna sedikit abu-abu, dan senyum tipis yang menghiasi wajah cantiknya.
• Ternyata ini wajahmu, wajah yang kau sembunyikan • batin Jimin
" Apakah kau sekarang berubah menjadi patung setelah membantuku tadi ?" Ucap Luci sedikit keras dan membuat Jimin tersadar dari lamunannya.
Jimin berjalan kearah Luci dan duduk dibangku itu, disamping Luci.
" Sedang apa kau disini ?" Tanya Jimin
" Hanya sekedar Berjalan-jalan " jawab Luci.
" Kelihatannya kucing itu suka padamu ?"
" Oh ya... Padahal aku phobia sama kucing "
" Hah, tapi kok kamu berani pegang kucing itu ?"
" Beberapa hari yang lalu aku bisa mengatasinya, lagipula kucing kecil ini sendirian sama sepertiku "
" Kau lebih terlihat cantik jika tudungmu dibuka "
" Hahahahaha...." Luci kembali menutup kepalanya dengan tudung yang terlepas tadi.
" Kenapa ditutup lagi ?"
" Aku tidak terlalu suka keramaian, apalagi aku seorang penulis. Terkadang banyak orang yang mengenaliku dan bertanya hal yang tak penting. Itu sangat menyebalkan "
" Begitu ya "
" Hmm...."
Jimin terus memandang wajah cantik itu meskipun sang pemilik sedang fokus bermain dengan kucing. Sampai akhirnya suara handpone Jimin menyadarkannya.
" eh maaf...Hallo !" Jawab Jimin setelah meminta maaf atas gangguan handphonenya pada Luci.
" Hyung dimana ?" Tanya Jungkook.
" Ada apa ?"
" Ada kiriman video, hyung cepatlah kemari "
" Oh begitu.... Baiklah aku akan segera kesana ". Jimin mengakhiri percakapannya dan beralih kearah Luci.
" Emmm... Aku harus pergi, kau tidak masalahkan kutinggal sendiri ?" Tanya Jimin.
" Tidak apa " Luci kembali tersenyum kearah Jimin.
" Anu.. emm.. itu .. aku pergi dulu ya dahhhh " ucap Jimin gugup sebelum melangkah pergi namun langkah Jimin terhenti saat mendengar ucapan Luci.
" Hati-hati kau tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi selanjutnya Park Jimin !" Ucap Luci. Jimin melihat kearah belakang dan kembali melihat senyuman Luci.
" Oh.. baiklah aku akan berhati-hati "
"Senang bertemu denganmu "
" Aku juga " Jimin kembali melangkah pergi. Dan tampak senyuman lebih tepatnya smirk yang menghiasi kepergian Jimin.
" Ternyata sudah dimulai "
Maaf jika banyak typo.
Budayakan vote ya gays.. agar aku bisa lebih semangat lagi nulisnya....
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Was The Killer And Killed
AksiApa jadinya jika orang yang sangat kita sayangi bahkan sangat kita hormati melakukan hal yang sangat biadab.... Bahkan menyandang nama malaikat maut saja sangatlah terlalu mulia.. Itulah yang dirasakan pemuda bernama Park Jimin...