A day with Bambam at home.

18 4 0
                                    

Ara duduk di ruang makan sambil mengeluarkan barang belanjaannya. Mencuci sayur dan buah, menuang kopi bubuk pada toples, memasukkan barang yang lain kedalam rak, dan masih banyak lagi. Sedangkan Bambam membersihkan sisa – sisa telur yang pecah akibat peristiwa tadi. Calon suami idaman bukan?

Bambam menghempaskan bokongnya di kursi meja makan. Menyandarkan punggung, sambil merenggangkan tangan. "Hwa hambilin a im ong" ucapnya sambil menguap. Ara menoleh sekilas, lalu melanjutkan aktivitasnya.

"Yeu, gue ngomong kaga didengerin ya."

"Heleh, lu ngomong yang jelas ngapa sat." Timpal Ara tanpa menoleh sedikitpun. Bambam berdiri dan berjalan menuju kulkas. Menepuk bahu Ara seraya berkata "Hadu, ni cewe gabisa ngomong alus apa ya?". Kulkas terbuka, terlihat ia mengubek-ubek isi kulkas. Ara penasaran, dan menoleh.

Prangg! Terdengar suara sendok dan garpu jatuh kedalam wastafel saat Ara melihat kelakuan Bambam. Dasar iblis, mau gede mau kecil sama saja.

"Lo bisa gasih ga berantakin? Gue udah capek – capek beresin. Lu malah seenaknya gituin." Ucap Ara sembari mengambil daun bawang di tangan Bambam dan memasukkannya lagi ke dalam kulkas. Kulkas tertutup, Ara berdiri di depan kulkas menghadap Bambam dan melipat tangan didepan dada.

"Lo mau ambil apa? Biar gue yang ambilin." Ujar arah tegas.

"Mau ambil es krim doang elah, gue bisa sendiri kali." Kata Bambam tak mau kalah.

Ara mendengus, dan membalikkan badan. Membuka freezer dan mengambil satu es krim rasa pisang disana. "Lu mau eskrim tapi ngubek rak yang bawah, itukan...sayur, sebenernya lo itu anak osn fisika bukan sih?"

"Tapi Ra, ko ini es krimnya leleh ya?" tanya Bambam

"Mana? Sini gue liat"

Bambam mendekatkan diri dan menunjukkan es krimnya, seketika Ara mengernyit. Mimik wajahnya seakan berkata 'apa yang salah?'

Bambam mengorek bagian atas eskrimnya,

"Tuhkan lembek,"

"Tau ah, dimana-mana es krim ya gitu dodol, kalo padet mah es batu, es lilin. Serah lo deh Bam. Mau nonton drakor aja gue."

Ara meninggalkan Bambam sendirian di dapur.

***

"HUWEEEEEEE"

Ara menatap kesal kesebelahnya, ingin hati mencakar wajahnya. Tapi apa daya, masih berkata tidak. Sedari tadi Bambam menangis tidak jelas, padahal serial drakor yang ia tonton lebih condong ke komedi daripada melankolis. Overact, pikir Ara. Bambam menendang-nendang lantai, memukul udara seraya menangis sejadi-jadinya.

Ara lelah, ia masuk kedalam kamarnya dengan sebal. Bergerak cepat menuju kasur, menyelimuti tubuhnya dengan selimut. "Tidur lebih baik untuk saat ini", gumam Ara. Ia segera terlelap, mungkin karena suasana hatinya sedang tidak baik.

Hiks...hiks...

Ara sedikit membuka matanya, melihat Bambam yang berjalan masuk bak balita sambil mengucek-ngucek satu matanya. Bambam menggoyang-goyangkan tubuh Ara agar sedikit memberinya tempat. Ara berpura-pura tidur, tidak menggubris apa yang dilakukan Bambam. Ia masih bersikukuh menggeser Ara, lalu dengan pasrah tidur diranjang Ara meskipun mendapat sedikit tempat. Ia menarik selimutnya sampai ke dada.

"Ra, lu udah tidur belum?"

Ara diam.

"Gue sedih tau ra, masa itu si anak ninggalin neneknya demi makanan"

Lahkan dia nyari makan dihutan, goblok.

"Ra, ko gelap sih"

Lampunya dimatiin, Bambam.

"Sumpah nih ya, gue tuh—"

"BUSET, BERISIK BANGET SI LO. KESEL GUE, MAU TIDUR AJA GABISA"

"Iya-iya maap nyai, Bambam mau tidur nih. Geser dong!"

Ara-pun mengikuti kemauan Bambam karena tidak ingin kegoblokan ini terus berlanjut lebih lama.

Bambam menepuk-nepuk bahu Ara, si empunya mengernyit sebal. Marahnya tertahan tatkala Bambam menyodorkan segelas susu dihadapannya.

"Jangan lupa minum susu, biar gendut hehe."

Thx u Bam, u made my day.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VetroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang