Mendung di Ibukota membuatku malas untuk pulang ke rumah. Minggu ini aku sedang melakukan kegiatan produktif. biasanya aku yang selalu tidur kalau di hari minggu, sekarang aku menghabiskan seluruh waktuku untuk membaca buku di perpustakaan. Jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah, karena rumahku memang berada di pusat kota. Selagi aku menunggu, entahlah aku sedang menunggu siapa, padahal tidak ada orang yang perlu aku tunggu.
Aku masih lengket di kursi perpustakaan dengan kedua tangan yang memegang buku Sastra Korea dan mata yang fokus dengan tulisan. Tanpa peduli dengan keadaan di sekitar dan luar. walaupun di luar sudah mulai gerimis,aku tidak khawatir. Karena aku sudah membawa persiapan saat hujan.
Sementara aku fokus dengan bacaan. tau-tau ada sosok lelaki yang tiba-tiba menyapaku. Aku terkejut, refleks kepalaku mendongak.
"Siapa?" tanyaku heran.
Ia tersenyum. "Aku boleh duduk disini?" sambil menunjuk kursi kosong di depanku.
"Ya boleh lah, lagian ini tempat umum kok."Tuh kan, fokus membacaku jadi hilang karena lelaki itu.
Aku menatapnya lekat-lekat. Mukanya kalem, dibumbuhi dengan kacamata itu membuatnya terlihat semakin kalem. Kulit putih, dengan rambut hitam melekat. Seperti memberikan aura tersendiri dalam dirinya.
"Kenapa lihatin?" Tanyanya yang membuatku jadi malu.
Bayangkan kalian ke-gep liatin orang diam-diam. Apalagi orang itu bukan kenalanmu.
"Aku lihatin buku kamu, bukan kamu." Ini cuma alibi.
Tunggu deh,kenapa aku panggilnya 'aku-kamu' ya?
"Oh ini, kenapa mau baca juga?" Tanyanya.
Nih orang emang gak peka atau gimana sih? Bodo ah.
"Gak usah, makasih deh."
"Oh yaudah kalau gitu."Parah sih! cuek amat masa.
Sebenernya siapa sih tuh cowok? kenal juga nggak, tapi kok bikin kesel sendiri. Aneh.
***
Pukul tujuh malam aku baru sampai di rumah. Ternyata di rumah ada tamu. Masa Sagara? Tapi gak mungkin. Kalau Sagara kenapa bawanya mobil. Biasanya Sagara bawa motor kalau mau mampir.
Aku masuk ke rumah, pandanganku langsung tertuju ke lelaki yang duduk di sofa bersama Mama, yang lebih menarik perhatian daripada orang disekitarnya. Aku terkejut bukan main. Bukannya dia lelaki yang di perpus tadi. Tapi kenapa bisa kerumahku? Dan darimana dia tahu alamat rumahku?
Aku tercengang sebentar, sebelum Mama memanggilku untuk gabung ke ruang tamu.
"Kalian berdua ngobrol dulu ya, Mama mau buatin minuman di dalam."
"Eh gak usah, Ma. Biar aku aja yang buatin minumnya." Elakku.
"Gak bisa dong. Masa tamu kamu, dianggurin gitu."Mama ternyata tidak mau kalah juga.
"Tapi, Ma..."
"Udah gak usah tapi-tapian. Mama tinggal ya."Haduh. aku harus ngomong apaan nih? Canggung amat deket sama anak ini.
Ruangan jadi semakin hening sejak Mama memutuskan untuk membuat minum ke dapur. Aku juga tidak tahu harus ngomong apa. Tak peduli lah,aku pun memainkan ponsel berusaha membuang rasa gugupku. Tapi tunggu kenapa aku jadi gugup ya?
Hanya terdengar suara ketukan jam dinding yang semakin lama semakin keras. Menandakan bahwa suasana disekitar kami sangat hening. Berasa kayak tidak ada tanda kehidupan.
"Main hape mulu," Celetuknya.
Iya benar itu suaranya. Sama persis kayak yang ku dengar tadi.
"Kenapa?"
"Gak papa. Hampir lupa."
Aku menoleh padanya, "Apanya?"
"Ini," seraya memberikan kotak pensilku.Wait! kenapa bisa ada di dia ya? Padahal seingatku sudah kumasukkan ke tas.
"Iya tadi aku menemukan di bawah kursi yang kamu duduki tadi," Jawabnya seolah sadar dengan ekspresi bingungku.
"Kok bisa?"
"Ya kamu teledor kali."
"Dan kamu kok tahu alamat rumahku?"
"Aku punya kekuatan magic."
"Dih! Apaan sih."
"Apanya yang apaan?"
"Kenapa balik tanya?"
"Abisnya aku gak ngerti yang kamu maksud."Haduh. Kenapa semua jadi gak beres begini ya? Dan kenapa juga bicara kami seformal itu,duh gak nyaman deh aku.
Mama kembali dengan membawakan segelas minuman dan beberapa camilan. Aku lega,akhirnya ada orang lain diantara kami. Jadi aku terhindar dari suasana tidak nyaman itu.
"Mari, Nak. Diminum Tehnya,"
"Iya, Makasih."Lelaki itu mengambil minuman buatan Mama, segala bentuk aktivitasnya kuperhatikan lekat-lekat. Lambat laun aku seperti menyadari ada yang janggal. Sepertinya kayak pernah bertemu sama dia tapi dimana dan kapan?
Tau sendiri kan gimana payahnya ingatanku. Jadi ya mohon maaf kalau aku suka lupa sama momen di hidupku. Apalagi sama orang yang sekadar numpang lewat.
"Omong-omong, kamu ini namanya siapa ya?" Tanya Mama kepo.
"Ih, Mama. Ngapain tanya-tanya sih," Sewotku."Loh kenapa? Gak salah kan Mama tanya namanya?"
"Iya kok Te, Gak Masalah. Nama saya Rayn. Temannya Senja."Rayn? Rayn siapa? Perasaan aku gak pernah punya teman namanya Rayn.
"Teman SMA-nya Senja?"
"Bukan kok,Te. Saya teman barunya Senja. Tadi aja barusan ketemu, terus sekarang udah jadi teman baik."
"Oh, Bagus deh.""Kok bagus, Ma?" tanyaku.
"Soalnya kalau kamu punya banyak teman, kamu banyak yang jaga."***
"Gak tau lagi deh sama pikiran Mama ku tuh. Masa iya, anaknya sendiri di titipin ke laki-laki yang baru aja kenal sama aku. Udah lagi laki-laki itu aneh lagi."
Paginya kuceritakan semuanya ke Jani. Mulai dari awal aku bertemu lelaki itu sampai dia ke rumah dan bertemu Mama. Serta keanehan dia, yang tiba-tiba datang ke rumah. Padahal kami belum pernah sama sekali berkenalan atau bertukar alamat. Bisa dicurigai kan kalau gini ini?
"Sabar atuh, Neng. Main ngomel aja ini masih pagi juga." Kata Jani.
"Ya abisnya aku kesel."
"Kesel kenapa? Bayangin deh kamu itu beruntung banget tau dipertemukan sama lelaki kayak gitu.""Baik apanya! Menyeramkan sih iya."
"Menyeramkan gimana? Katamu dia kayak anak pendiam gitu, belum juga sehari dia udah akrab sama Mama kamu. Udah gak perlu diragukan lagi itu mah."
"Tapi bayangin deh, kamu ketemu sama orang di tempat umum terus dia tiba-tiba ke rumahmu. Kan aneh, padahal kamu gak kenal sebelumnya.""Yah mungkin itu rencana Tuhan, Udah lah percaya aja sama cerita Tuhan. Pasti ada maksud tersendiri kamu dipertemukan sama orang lain," katanya yang membuatku berhenti berbicara.
Ada benarnya juga apa yang dikatakan Jani pagi itu.
***
Hei, lama gak berjumpa.
Gimana kabarnya nih??
Oh iya, btw Marhaban Ya Ramadhan teman-teman. (Bagi yang menjalankan khususnya)
.
Sengaja dibuat lama update biar aku tahu siapa pembaca setiaku hehehehe.
Best Regards,
Nila
