Chapter 17

526 110 52
                                    

Begitu banyak misteri di dunia ini
Semua orang tentu memilikinya

Baik itu yang buruk atau sesuatu yang menggembirakan

Namun, misteri yang ku miliki saat ini ...
Membuatku cukup terpukul
Menjadikan jiwaku semakin lemah

Aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan untuk menanganinya
Apakah semuanya akan bertambah buruk?
Hingga tidak ada yang tersisa lagi?

---***---

Setelah Sinb tahu sebuah kebenaran yang memukul hatinya itu, ia pergi dan berpesan kepada Bobby agar tak mengatakan apa pun kepada bibinya, jika Sinb barusan berada disini. Ia tak mau membuat Krystal sedih dan merasa bersalah.

Ketika sampai di depan bar, ia melihat Kai berusaha untuk mengemudikan mobilnya dalam keadaan mabuk dan emosi. Sinb yang cemas mengikuti Kai, yang lebih dari 7 tahun telah menjadi Appa angkatnya. Sinb telah diadopsi oleh Kai, itu kenapa namanya menjadi Kim Sua. Seharusnya ia memanggil Krystal dengan sebutan eomma dan Kai dengan sebutan Appa tapi ia merasa cukup canggung, lagi pula keduanya juga tak mempermasalahkan hal ini. Mereka semua menyerahkan hal ini kepada Sinb, bukankah mereka terlalu baik?

Dulu, saat Sinb lemah, terombang-ambing Krystal datang seperti malaikat penolong. Membiarkan ia tinggal bersama keluarga itu, keduanya juga terlihat begitu mempedulikannya. Sinb hanya dapat menyimpulkan mungkin keduanya menginginkan seorang anak dan kesepian karenanya. Jadi, Sinb membiarkannya begitu mereka mengutarakan ingin mengapdosinya.

Sinb benar-benar tak memahami semuanya yang ia dengar barusan. Bibinya yang selama ini sudah seperti eommanya adalah bibi kandungnya dan Kai adalah pamannya. Ini seperti sebuah lelucon yang sama sekali tak menyenangkan.

Sinb terus mengikuti mobil Kai, ia perlu tahu kemana pamannya itu? Ia cukup mengkhawatirkan emosinya yang terkadang di luar kontrol dan mobil tanpa pengawalan seperti tidak biasanya, dan perlu di ingat jika Kai menyetir sendiri dengan keadaan mabuk. 

Mobil tersebut berhenti di depan sebuah bar dan seseorang muncul, menjemput Kai. Seorang wanita yang modis yang tiba-tiba mencium pamannya membuat Sinb cukup geram. Sinb pun turun dan mulai mengikuti mereka, memasuki bar yang sebenarnya di dalamnya juga terdapat kamar tidurnya.

"Nona, minuman apa yang kau inginkan?" tanya bartender tersebut sambil tersenyum dan Sinb yakin pria ini mencoba untuk tebar pesona.

"Votka ..." Lagi-lagi Sinb menginginkan minuman itu. Sesungguhnya iya tidak peduli akan minuman, matanya masih terus tertuju pada Kai dan wanita itu yang tentu membuat Sinb merasa cukup kecewa dengan pamannya.

"Pilihan yang lumayan," seru seseorang yang kemudian duduk disampingnya. Pria dengan perawakan tinggi, menggunakan jas dan tentu wajah penuh taktik kepicikan itu tergambar jelas. Sebut saja ia pria hidung belang dan Sinb yang sudah sangat hafal dengan tipe-tipe pria sejenis ini yang akan bertebaran di bar mana pun.

"Ingin ku temani minum." Sepertinya pria ini tak mau menyerah, membuat Sinb risih juga.

Sinb menoleh, memaksakan senyumannya dan menggeleng. "Aku menunggu seseorang," ucapnya dengan dingin dan pria ini mengangguk.

"Baiklah, maafkan aku. Silahkan melanjutkan aktifitasmu," katanya yang berpamitan membuat Sinb harus menghela napas. Kini ia mencoba fokus kembali pada pamannya dan ia tak menemukannya dimana pun. Sinb rasa pamannya itu masuk pada ronde kedua dari acara minumnya ini. Pasti itu dilantai atas, menuju ruang VIP yang di lengkapi kamar.

"Sial! Aku harus mengejarnya," gerutunya yang kini beranjak setelah meneguk satu sloki votka dan berjalan masuk, melewati lift menuju lantai atas dan mulai mencari dimana pamannya.

Killing MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang