Chapter 2

7.3K 850 68
                                    

Dalam perjalanan pulang, Jin hanya menunduk saja. Sesekali ia hanya akan memainkan ujung jaket puteranya atau memainkan resleting jaket itu. Ia gugup sekali daritadi sejak keluar dari ruangan dokter anak. Untungnya Hyunjin sudah tidur, jadi tidak begitu rewel karena tidak berada di gendongan Pamannya ini.

"Maaf, apa aku membuatmu tak nyaman?" cuit Namjoon akhirnya membuka suaranya setelah keheningan cukup lama.

Jin menggeleng, "Bukan salah Namjoon juga" ujarnya gugup tak karuhan.

Ya, memang awalnya dirinya sendiri kan yang memulainya. Dia sendiri yang mengakui Namjoon sebagai suaminya, seharusnya ia yang meminta maaf. Apalagi Namjoon ini single, sedangkan dirinya sendiri janda beranak satu. Ia malu sekali sekarang.

"Tapi, sepertinya aku keterlaluan karena mengucap demikian" ujar Namjoon lagi merasa tak enak dengan kata-katanya saat di depan dokter anak tadi.

Jin kembali menggeleng.

"Namjoon hanya melanjutkan saja, akulah yang mengawalinya terlebih dahulu" balasnya sambil membuka resleting jaket Hyunjin tanpa tujuan apapun.

Namjoon terkekeh di balik kemudinya, memfokuskan pandangannya pada depan, dan memfokuskan pendengarannya pada orang di sampingnya.

"Sepertinya kau sendiri kesulitan dengan statusmu yang sekarang" ujarnya.

"Tidak juga, aku tak masalah menjadi single parent. Asalkan Hyunjin bahagia itu sudah cukup bagiku"

"Begitu? Apa itu artinya kau tidak akan menikah lagi?"

"Sepertinya begitu. Siapa juga yang mau menikah dengan janda beranak satu sepertiku"

Meski tidak melihat ekspresi Jin karena harus fokus ke depan, Namjoon tahu jika Jin sangat tak nyaman mengatakannya. Ia jadi menyesal telah bertanya demikian. Topik. Ia harus mencari pengalihan lainnya agar Jin tidak murung dan kembali nyaman bersamanya.

"Oh ya, kau bekerja?" tanya Namjoon basa-basi.

Jin menggeleng, "Tidak, sejak menikah aku memutuskan untuk resign" jawabnya.

Jin menatap ke arah anaknya yang lelap di pangkuannya dengan pandangan sayangnya. Buah hati yang begitu ia cintai.

"Apalagi setelah kehadiran Hyunjin. Aku belum pernah meninggalkannya atau menitipkannya dalam waktu lama. Mungkin hanya sebentar untuk berbelanja atau lainnya, tidak sampai sehari" lanjutnya seraya mengecup pelan kening lebar sang bayi. Ia mengeratkan pelukannya dan merapatkan jaket yang digunakan anaknya agar anaknya tetap hangat.

"Kau Ibu yang hebat" celetuk Namjoon.

Jin terkikik kecil mendengarnya.

"Itulah yang dilakukan setiap Ibu di dunia ini, menjadi yang terbaik untuk anaknya" jawabnya dengan senyuman.

Tak lama kemudian, merekapun tiba di kediaman Jin, masih dengan Hyunjin yang tidur di pelukan sang Ibu.

"Namjoon ikut makan bersama kami kan?" tanya Jin sambil pelan-pelan membawa puteranya ke dalam.

"Kalau tidak merepotkan, dengan senang hati" jawab Namjoon yang ikut masuk ke rumah Jin.

Jin kembali terkekeh kecil, sangat pelan agar tidak membangunkan anaknya. Pasti akan rewel karena habis disuntik tadi.

"Aku letakkan Hyunnie di kamar dulu ya, Namjoon ke dapur saja duluan" pamit Jin yang dijawab dengan anggukkan singkat.

Namjoonpun masuk lebih dalam ke rumah keluarga Kim itu. Dan ia bisa mencium aroma masakan yang pastinya lezat di indera penciumannya saat ia mulai menginjak area ruang makan yang bersebrangan dengan dapur.

Baby's Stepfather [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang