3. The Job

3.4K 552 22
                                    

Please vote before or after reading and leave the comment. Thank you for being a part of this story and Borahae💜

.

Terima kasih sudah menjadi pembaca yang jujur. Salam kenal yeorobun💜

.

Y/n tengah duduk di meja kerjanya yang berada di depan ruangan Yoongi. Selama seminggu ini, dia hanya mengurus berkas-berkas yang terus berdatangan silih berganti.

Y/n tidak menyangka, baru beberapa hari masuk ke perusahaan ini ia sudah menduduki posisi sekretaris. Ia sedikit tidak enak hati. Pasalnya sebagian dari karyawan di sini sering menatapnya dengan pandangan mencela karena posisi ini.

Tapi y/n jelas lebih takut dengan Yoongi. Jadi ia menekan rasa tidak nyamannya dan mencoba untuk tetap bekerja dengan segala kemampuannya.

Namun yang y/n bingungkan, setelah rapat pertamanya hari itu, ia tidak pernah lagi diajak Yoongi untuk ikut rapat. Semua yang mengurus soal rapat dan pertemuan dengan kolega ialah Mark asisten Yoongi. Tugasnya hanya duduk seharian di depan layar komputer dan membawa kertas-kertas berkas ke ruangan Yoongi untuk pria itu tanda tangani.

Tok! Tok! Tok!

“Yoongi-nim, saya y/n ingin mengantarkan berkas yang harus anda tanda tangani.”

“Masuk,” tidak lama setelah suara itu terdengar dari balik pintu, y/n segera masuk dan menemukan Yoongi yang tengah fokus dengan berkas lain.

Sepertinya y/n tau dari mana aura kelam perusahaan ini berasal. Ternyata sang pemilik sekaligus bos besarnya yang mengeluarkan aura tidak nyaman. Meski y/n adalah orang yang tidak suka dengan sesuatu yang berbau mewah dan kaum borjuis, ia tau mana hal yang harus dihindari dan orang-orang baik hati.

“Kau menatap apa?”

Y/n tersentak saat sadar ternyata Yoongi sudah berdiri di hadapannya. Ia sedikit memundurkan langkah sebelum meminta maaf karena melamun.

“Ini berkas-berkasnya, sajangnim.”

“Letakkan di atas meja,” ucap Yoongi tajam sambil memperhatikan gerak gerik wanita itu. Padahal sudah satu minggu lebih tapi kenapa y/n masih merasa tidak nyaman dengan atasannya ini.

“Kalau begitu saya permisi.” Sebelum y/n menutup pintu, ia sempat menoleh ke belakang. Dan yang ia dapati sebelum pergi ialah tatapan dari Yoongi yang sulit diartikan.

•••

Yoongi dibuat geram oleh anak buahnya yang teledor dalam mengurus pendistribusian barang. Saat ia dikabari oleh Mark perihal hal ini, ia langsung menyuruh mereka untuk menyeret anak buahnya ini di salah satu gudang miliknya.

“Dari awal aku sudah bilang aku tidak menerima bawahan yang tidak becus dalam bekerja.” Yoongi menatap tajam salah satu anak buahnya yang kini tengah berdiri dengan kepala tertunduk dihadapannya.

“Menyelundupkan barang itu sulit. Butuh mengeluarkan banyak uang dalam menangani hal itu. Jika tadi Mark dan Jaebum tidak datang, sudah habis semua sumber uangku,” Yoongi menyesap kopinya yang sudah dingin. Sementara Mark dan Jaebum berdiri didekat pintu dan memperhatikan dalam diam.

“Manusia sepertimu memang terkadang menyusahkan saja.”

“M-maaf bos. Lain kali aku ti―” Belum sempat pria itu selesai berbicara, suara tembakan terdengar. Yoongi membolongi kepala itu dengan pistol yang sejak tadi ia mainkan.

“Hah.. aku malas sekali mendengar alasan klise. Mark bereskan.”

“Siap bos.”

“Membuat kepalaku sakit saja,” Yoongi mengurut pangkal hidungnya lelah. Banyak sekali masalah yang terus-terusan datang terutama dari keluarga Han yang masih saja mengincar dirinya. Bukan dirinya tidak tau, jika ia masih diawasi. Ia hanya sedang mencari cara untuk mengambil seluruh aset dan harga milik mereka dan memusnahkan keluarga itu seluruhnya.

Ia tau ayahnya memiliki musuh, tapi tidak menyangka akan semenyulitkan ini. Belum lagi apabila musuhnya mendapatkan dukungan dari keluarga lain di luar negeri. Umurnya baru kepala tiga tapi kematian sang ayah benar-benar membuatnya repot. Pria tua yang mati karena liver itu mewariskan seluruh harta, bisnis dan musuh kepada dirinya sebagai anak tunggal. Beruntung sang Ibu berhasil disembunyikan dengan baik identitasnya sehingga wanita tua itu bisa menikmati masa tuanya dengan tenang di sebuah desa kecil.

•••

Sebagai sebuah keluarga mafia yang besar di Korea, keluarga Min tentu saja memiliki rumah induk yang besar. Rumah tersebut terletak di atas gunung di Pyeongchang, Gangwon-do. Rumah tersebut sangat jauh dari pemukiman warga dan perkotaan. Butuh sekitar satu setengah jam untuk mencapai rumah itu jika dari kota.

Yoongi yang baru sampai di rumah langsung disambut oleh puluhan anak buahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yoongi yang baru sampai di rumah langsung disambut oleh puluhan anak buahnya. Ia melepaskan jas hitamnya dan memberikan kepada pelayan sebelum mendudukkan diri di sofa.

“Kau kembali, hyung,” ucap Namjoon sepupu Yoongi yang juga menjalani hidupnya sebagai seorang mafia. Sudah satu minggu Yoongi tidak kembali ke mansion mereka karena mengurus perusahaan dan bisnisnya sekaligus. “Seharusnya kau bisa menyerahkan pekerjaanmu ke Mark.”

“Penyelundupan ekstasi hampir saja bocor karena satu tikus sialan. Aku lelah dan akan istirahat malam ini,” jawab Yoongi sebelum bangkit berdiri untuk  pergi ke kamarnya. “Oh iya, bagaimana kedua bocah Busan itu?”

Satu bulan yang lalu, Yoongi membunuh keluarga mafia Park yang berada di Busan. Sebagai investasinya, ia membawa pulang anak mafia Park dan anak dari adik mafia tersebut untuk bergabung bersama dirinya saat mengetahui jika kedua bocah itu memiliki potensi besar.

“Park Jimin masih trauma dan tidak mau keluar setelah kematian sang ayah di depan matanya. Tapi Jeon Jeongguk sudah mau menurut dengan perkataan Seokjin,” lapor Namjoon.

“Bagus awasi terus mereka,” setelah itu Yoongi perlu berlalu menuju kamarnya.

•••


•Underground Rules•

To be continued.

Underground Rules • Min YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang