8. You Not For Me

540 97 24
                                    

Please vote before or after reading and leave the comment. Thank you for being a part of this story and Borahae💜

.

Terima kasih sudah menjadi pembaca yang jujur. Salam kenal yeorobun💜

.

⚠️Warning! Violence, Blood⚠️

Yoongi melangkahkan kakinya ke dalam sebuah gudang miliknya yang jauh dari pemukiman. Langkahnya yang santai dengan pakaian dan juga tangan yang masih berlumuran darah membuat kengerian melekat erat pada dirinya. 

Dengan rokok yang terapit di belah bibirnya, ia berhenti tepat di bawah lampu gantung yang temaram di mana terdapat seorang pria yang tengah bersimpuh dengan kepala yang ditutup oleh kain hitam.

“Apa kau polisi?” tanya pria itu. Perlaham ia merasakan hening dan dingin yang menyelimuti tempat ia berada namun tangan dan kakinya diikat menjadi satu hingga ia tidak dapat bergerak atau pun menyelamatkan diri.

Dengan santai, kakinya yang terbalut pantofel hitam menendang bahu pria itu hingga ia terhuyung. “Aku akan membawamu ke penjara jika aku polisi,” ucap Yoongi sambil menghembuskan asap rokoknya.

“L-lalu kenapa kau tidak membawaku ke sana?”

“Kau tidak tau siapa wanita yang kau pukul tadi?” tanya Yoongi basa-basi. “Ia ada di pihakku.”

Mendengar kata tersebut, pria itu perlahan bergetar menggigil. Entah mengapa orang yang kini berada di hadapannya terasa begitu menakutkan bahkan ketika ia tidak dapat melihat wajahnya.

Yoongi melangkah menjauh meminta sebuah tongkat baseball yang dipegang oleh Jaebum dan dengan cepat bawahannya tersebut memberikan alat itu. Suara tongkat baseball yang diseret di dalam gudang besar itu memberi kengerian yang semakin besar kepada pria malang tersebut.

“Sayang sekali kau berlindung di tempat yang salah. Andai kau segera pergi setelah polisi mulai jarang berpatroli di lingkungan itu, kau mungkin masih tetap berkeliaran bebas hingga saat ini,” ucap Yoongi dingin.

Pria tersebut semakin bergetar dan mulai memohon ampun. Menyadari kebodohannya yang menjadi bertingkah karena terlalu nyaman bersembunyi di rumah wanita itu.


“Sekarang, giliranku untuk membalas pukulanmu seribu kali.”

•••

Y/n mengerjap dengan perlahan. Entah mengapa matanya terasa begitu sulit untuk dibuka. Ia juga merasa kepalanya terasa begitu sakit hingga membuatnya meringis.

Mark yang sedari tadi berjaga di dalam ruangan segera menghampiri wanita itu. “Apakah kau baik-baik saja? Perlu saya panggilkan dokter?”

Pertanyaan tersebut tidak terjawab ketika y/n mengangkat tangannya dan memegangi kepalanya yang terasa berputar. Melihat hal tersebut, Mark akhirnya menghubungi perawat untuk meminta dokter datang.

Sembari y/n diperiksa, Mark memberi kabar ke pada Yoongi jika y/n telah sadar. Setelah menyampaikan laporannya ia kembali mendekat dan berpamitan untuk kembali bekerja.

“T-tunggu,” panggil y/n kepada Mark yang telah berdiri di belakang pintu.

“Ya, apa kau perlu sesuatu?”

“Siapa yang membawaku kemari?” tanya y/n penasaran. Mark yang mendengar pertanyaan itu terdiam sejenak. Menimbang-nimbang apakah ia perlu mengatakan yang sejujurnya atau mengarang cerita.

“Mark?” panggil y/n yang melihat pria itu terdiam.

“Yoongi-nim yang membawamu kemari,” ucap Mark sebelum benar-benar pergi meninggalkan kamar itu meninggalkan y/n yang kini ikut terdiam.

•••

Y/n menghabiskan waktunya hampir seminggu berada di rumah sakit. Dikarenakan tidak memiliki keluarga atau sanak saudara,  ia hanya menghabiskan waktunya seorang diri.

Jika berada di posisi seperti ini, rasanya begitu sedih jika harus melakukan semuanya sendirian. Itulah mengapa dari dulu y/n berusaha sekeras mungkin untuk jangan pernah sakit. Karena selain dirinya, tidak ada lagi seorang pun yang bisa ia andalkan sebagai tempat sandaran.

Tapi sedikitnya y/n bersyukur atas kejadian yang menimpanya saat ini. Meskipun ia sedikit bingung dengan ucapan Mark yang mengatakan jika sang atasan yang membawanya kemari, y/n tidak pernah lagi melihat kehadiran orang itu. Orang yang terasa begitu mengancam keberadaannya.

Apakah Yoongi sudah merasa bosan dan lelah berada di sekitarnya? kalau iya, y/n sangat bersyukur akan hal itu. Itu artinya ia tidak harus memikirkan rencana pengunduran diri atau hal lainnya.

Setelah sekian minggu dalam ancaman, kini ia bisa merasa bebas.

Seharusnya.

•••

Darah yang menetes dari jari-jemari Yoongi tidak membuat pria itu sedikitpun melemahkan pertahanannya. Ia berdiri di hadapan seorang pemuda yang tengah tergeletak tak berdaya di atas lantai marmer rumah mewahnya.

“Kau mau membunuhku dengan fisikmu yang seperti ini? kau masih butuh seribu tahun untuk itu, Park  Jimin.”

Jimin, pemuda berusia tujuhbelas tahun itu meringis dengan darah yang mengalir dari hidung dan juga mulutnya.

Suasana meja makan pagi ini menjadi sangat kacau. Meja makan yang selalu sepi tersebut terlihat berantakan sebab Jimin menyerang Yoongi dengan sebuah pisau buah. Yoongi yang mengajak kedua anak asuhnya untuk makan bersama itu terpaksa harus mengeluarkan tenaganya pagi-pagi karena serangan kecil tersebut.

Sementara Jungkook yang berada di sisi meja lainnya hanya terdiam melihat itu semua. Setelah hampir tiga bulan berada di rumah itu entah kenapa ia mulai terbiasa dengan darah dan segala bentuk kekerasan di sana. Ia yang lebih muda dua tahun dari Jimin tentu saja lebih mudah dicuci pikirannya. Itu sebabnya Yoongi meminta Seokjin untuk mengurus anak tersebut sementara Jimin akan ada dalam pengawasannya.

“Jungkook kau mau ikut aku hari ini?” tanya Yoongi sambil menyeka darah di tangannya dengan serbet.
Jungkook baru membuka mulutnya ketika Jimin berteriak marah.

“Pria tua brengsek! harusnya aku yang ikut!!”

Yoongi bersemirik mendengar teriakan pemuda itu. Satu lagi yang telah jatuh ke dalam lubang buatannya.

•Underground Rules•

To be continued

Jangan lupa tinggalkan jejak ya 💜

Underground Rules • Min YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang