«00»

151 7 2
                                    

Hujan turun sangat deras malam ini. Angin yang berembus begitu kencang menerpa ranting ranting pohon dan membuatnya menyapu salah satu jendela kamar rumah megah di ujung blok perumahan. Ketukan ranting pada jendela ditambah dengan suara petir yang menyambar membuat sang pemilik kamar meringkuk ketakutan dalam selimutnya.

Badannya sedikit bergetar setiap ia dengar petir dari luar sana. Malam ini ia benar benar tak tenang, bahkan matanya berkaca kaca siap untuk menumpahkan bulir bulir air mata. Namun sekelebat memori mengingatkannya akan sesuatu.

Ia melupakan hartanya yang mungkin juga tengah bersembunyi di dalam selimut sama sepertinya.

Lantas ia beranjak keluar dan masuk ke salah satu kamar dengan nuansa unicorn. Benar saja, di sana, di balik selimut itu ia terisak.

"Sayang..." ia menyingkap selimut itu dan menumakan permata nya tengah menangis.

"Sini, nggak usah takut. Nggak ada apa apa kok" ucapnya lembut sambil membawa permata nya ke dalam pelukan. Ia menciumi puncuk kepalanya.

"Mama, Hyeein takut.."

"Nggak usah takut, kan ada mamah di sini. Udah sekarang tidur lagi ya, Mama temenin tidur di sini"

"Hyeein nggak bisa tidur ma..."

"Yaudah kalo gitu Hyeein mau dengerin cerita Mama aja nggak?"

Bocah berpipi chubby itu menatap mamanya dengan mata yang masih berair.

"Cerita apa Ma?"

"Emmm cerita tentang sebuah kapal yang berlayar di laut waktu hujan badai," jelasnya yang sekarang tengah memperbaiki posisi tidurnya disamping sang putri.

"Ihh Mama, Hyeein nggak mau denger. Pasti serem kan? Hyeein nanti tambah takut"

"Ceritanya nggak serem sayang, ceritanya itu ada senengnya ada sedihnya, tapi nggak akan bikin Hyeein sedih atau takut kok. Katanya kamu pengen naik kapal keliling lautan, iya kan?"

Bocah itu mengangguk.

"Nah sebelum Hyeein sama Mama naik kapal beneran, kamu dengerin dulu cerita Mama tentang kapal ini. Karena dari cerita Mama ini, akan ada sesuatu yang kamu lihat secara langsung waktu kita naik kapal besok"

"Oke deh Ma, Hyeein mau dengerin cerita Mama!"

"Oke, Mama mulai cerita ya?"

Anaknya mengangguk bersemangat. Senyuman bocah itu juga mengembang begitu saja, seakan lupa pada suara petir di atas sana. Senyuman itu, senyuman yang selalu menguatkan Mama nya saat ia terpuruk. Dan bocah itu, alasan terbesar sang Mama untuk tetap bertahan di dunia ini.

"Dahulu kala, ada sebuah kapal sederhana yang memulai perjalanannya di samudra yang sangat luas ditemani oleh temannya, sebuah kapal yang lebih besar. Kapal yang lebih besar ini, selalu menjaga dan melindungi temannya yang terkadang sedikit ceroboh. Tujuan mereka adalah dermaga putih di ujung samudra yang katanya dermaga paling indah dan paling nyaman untuk disinggahi. Tapi, perjalanan kapal itu tak semulus yang mereka pikirkan"

Sang Mama menjeda ceritanya sebentar. Ia menarik nafas saat tiba-tiba petir menyambar. Ia mengelus punggung anaknya agar tak merasa takut.

"Mereka harus bertemu dengan badai yang membuatnya terombang ambing di tengah lautan. Hingga mereka menemukan dermaga biru yang terlihat menarik untuk disinggahi sebentar sembari menunggu badai itu reda. Tapi, ada sesuatu yang menimpa kapal sederhana itu saat ia singgah di dermaga biru. Sesuatu yang tak pernah bisa kapal itu lupakan sampai saat ini..."

------------------------------------------------------

Selamat datang di dunia imajinasiku!!
Ini adalah cerita pertamaku. Hasil dari khayalan ku tiap malam. Tapi kalau cara penulisan atau plotnya berantakan, aku minta maaf. Karena aku masih baru di dunia kepenulisan
Tapi semoga kalian yang baca ini terhibur yaa
Happy Reading!!!

The Last JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang