Author POV
Disinilah mereka sekarang, duduk berdua di depan stand ice cream. Anez dengan ice cream vanila dan berbagai makanan, dan jevan yang sibuk memandangi Anez.
Jevan tersenyum geli saat melihat Anez yang kesusahan merapikan anak rambut yg berantakan tapi tetap dengan tangan kanan sibuk menyuapkan makanan ke mulutnya.
Ia menggeser duduknya mendekat ke Anez, lalu meraih anak rambut Anez dan menariknya kebelakang. Ia menahan rambut panjang Anez dengan tangannya.
Anez lantas menoleh kesamping saat merasa rambutnya dipegang oleh orang lain. Ia menatap Jevan yg kini hanya berjarak 10 cm dgn wajahnya.
"Biar makannya enak, gue pegangin dulu rambutnya" Jevan tersenyum manis dan memperlihatkan lesung pipinya.
"Aa gak usah Jev, ini gue bawa karet kok. Udah lepasin aja hehe" Anez buru buru mengeluarkan karet rambutnya tapi kemudian direbut oleh Jevan.
"Udah lanjut makan aja, biar gue yg kuncirin rambut lo"
Jevan terlihat serius mengikat rambut Anez. Sedangkan Anez, ia tengah merasakan jantungnya yg tiba tiba berdetak lebih cepat karena perhatian kecil dari Jevan. Laki-laki yang ia inginkan selama ini.
Anez tak pernah berfikir akan sedekat ini dengan Jevan. Karena menurutnya ini adalah hal yg sangat mustahil untuk mendapatkan perhatian Jevan disaat fans-fans nya saja jauh lebih menarik dari Anez.
Tapi sekarang, hanya karena ia bernyanyi di sebuah cafe.
Hanya karena kemampuannya dalam bermusik.
Ia bisa dekat dengan Jevan, meskipun malam itu ia sempat dibuat ragu akan dipermainkan."Nah selesai, kalo gini kan enak gak akan keganggu makannya"
"Makasih" Anez tersenyum ceria dan kembali memakan chicken pop nya.
Jevan tersenyum lalu beralih ke eskrimnya yg sudah setengah mencair.
"Nez, soal kemaren gue minta maaf ya. Gue ada acaranya mendadak yg gak bisa gue tinggalin"
"Hufftt iya gak masalah kok. Santai aja"
"Beneran nih? Takutnya lo marah sama gue nih. Gue juga gak ada ngehubungin lo beberapa hari ini,"
"Iya Jevan, santai aja kalo sama gue. Kalo urusan lo itu jauh lebih penting ya udah urusin dulu aja. Lagian project kita juga gak ada deadline nya kan?"
"Iya sih, nggak ada deadline nya. Tapi tetep gue nggak enak. Gue denger dari temen gue, lo malem itu dimarahin sama pacar lo gara-gara nungguin gue,"
"Pacar?" Anez menautkan kedua alisnya, sepertinya ia sekarang tidak sedang berpacaran.
"Iya katanya cowok yg waktu itu nemenin lo pas gue main basket"
"Kavin? Lah itumah bukan pacar gue Van. Dia itu babu gue hahaa"
Kini gantian Jevan yg menautkan alisnya. Tak mengerti yang dimaksud Anez dengan babu.
"Kavin itu bukan pacar gue. Kita emang deket, sahabatan doang tapi. Dia udah kayak abang gue lah. Dan dia emang paling overprotective sama gue terutama kalo itu hubungannya sama cowok"
"Suka kali sama lo, makanya overprotective"
"Dihh amit-amit, gak lah gak mungkin tu orang suka sama gue. Kita berdua tuh cuma sahabatan dan gak akan lebih dari sekedar sahabat" karena gue sukanya sama lo, Jevan heheh, batinnya.
Jelas Anez panjang lebar. Ia tetap ngotot dengan pendiriannya bahwa ia dan Kavin hanya sahabat. Meskipun tak dapat dipungkiri bahwa Kavin membawa kenyamanan tersendiri bagi Anez.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Journey
Hayran KurguAku... Sebuah kapal yang berlayar mengarungi luasnya samudra Yang bisa saja singgah di setiap dermaga yang ku temui Bukan hanya satu atau dua dermaga yang kusinggahi Puluhan Ratusan Bahkan ribuan dermaga mampu ku singgahi Tapi bagiku... Hanya satu d...