1. Hari Minggu

111 8 4
                                    

Seorang laki-laki berumur 21 tahun menatap datar perempuan di depannya yang sedang menangis bombay di bawah selimut.

"Kamu tunggu di sini. Biar aku yang kasih pelajaran ke dia"

"Jangan! Nanti muka kamu jelek kalo berkelahi" sahut perempuan yang menangis itu keluar dari gulungan selimut.

"Yaudah. Jangan nangis lagi, Nadine. Ngapain kamu nangisin dia yang gak pernah mikirin kamu sama sekali" balas pria itu.

Pria itu adalah sosok bernama Cakrawala Wijaksana Erlangga. Pria berumur 21 tahun yang sudah menyelesaikan kuliahnya dengan cepat. Kenapa? Karena dia mengikuti kelas akselerasi.

Berbeda dengan sahabatnya sedari kecil. Nadine Iskandar. Perempuan berumur 19 tahun yang baru duduk di bangku kuliah. Harus menunggu kurang lebih 4 tahun lagi untuk menyelesaikan kuliah nya.

Cakra menghela nafasnya lelah. Sudah tidak kaget lagi jika dia mendapati sosok Nadine di kamarnya. Apalagi sekarang sudah malam dan Nadine menangis sedih hanya karena putus cinta? Oh ayo lah masih banyak laki-laki di dunia ini! Kenapa harus menangisi karena satu laki-laki? Toh dia juga laki-laki yang wibawa, terhormat, dan tepat untuk di jadikan seorang suam-- eh?

"Aku bakal berenti nangis kalo kamu ajak aku jalan hari minggu nanti"

Seperti itulah Nadine. Dia bisa di bilang cengeng. Bahkan sangat cengeng sampai Cakra saja pengang dengan suara tangisan Nadine. Tapi Nadine akan cepat berhenti menangis jika dia mendapatkan apa yang sekarang dia inginkan saat itu juga.

•••

"Selamat pagi" sapa Seorang Pria yang baru saja sampai di meja makan. Terdapat disana sudah berkumpul tiga orang yang disayanginya.

"Pagi" jawab semua serempak. Kecuali, seorang pria berumur 39 tahun yang enggan menjawab sapaannya. Pria itu memilih untuk terus membaca koran dengan kacamata yang bertenjer dihidung mancungnya. Ayah Ikmal Erlangga.

"Cakra, ayo duduk disini" perintah seorang wanita yang juga berumur 39 tahun. Bunda Bintang. Wanita yang amat sangat dicintainya.

Pria yang dipanggil Cakra itu tersenyum manis pada wanita yang sangat disayanginya. Bunda Bintang. Di umurnya yang akan memasuki kepala empat. Tidak membuat wajahnya berubah. Sama seperti dulu, manis dan cantik.

"Iya, Bun"

Cakra duduk berhadapan dengan sang Bunda. Sedangkan Ayah Ikmal duduk di tempat kursi khusus kepala keluarga dengan satu kursi yang menghadap semua anggota keluarga.

"Selamat pagi, Bunda, Ayah, Abang" sapa seorang gadis yang sudah memakai pakaian santai. Yaitu dress selutut berwarna peach. Itu pakaian santai menurut gadis itu.

"Pagi" balas Cakra dan Bunda. Sedangkan Ayah membalas. "Pagi, my little girl"

Belinda Wijaksana Erlangga. Anak paling bontot itu lugu dan penakut. Juga maniak cogan! Memiliki bodyguard kesayangan bernama Rio.

"Duduk, sayang" titah Bunda dibalas anggukkan oleh Linda.

"PAGI EVERYBADEHHH!" Sapaan atau bisa disebut teriakan seorang gadis dari arah tangga lantai dua menggema di mansion itu. Gadis dengan celana jeans selutut dan kaos oblong berwarna hitam bernama Elvina Wijaksana Erlangga.

"Berisik!" Protes sosok laki-laki tampan dengan wajah kusut berjalan menuruni tangga. Di sampingnya ada juga satu laki-laki yang tak kalah tampan. Tapi mimik wajahnya selalu datar, dingin, dan...pucat?

Laki-laki yang protes itu bernama Billy Wijaksana Erlangga. Kembaran Belinda. Sedangkan satu laki-laki di sampingnya bernama Alvian Wijaksana Erlangga. Dia kembarannya Elvina.

Bingung? Mari jelaskan! Jadi anak Bintang & Ikmal itu ada 5! Satu Cakrawala. Dua Alvian & Elvina. Tiga Billy & Belinda.

"Yaampun masih pagi. Ayo, mending kita langsung makan"

•••

"Cak, cak..." panggil Nadine saat memasuki mansion sahabatnya. "Cicak cicak di dinding. Diam-diam merayap. Datang seorang teman hap langsung di tikam!" Nyanyi Nadine saat melihat Cakra menoleh karena panggilannya.

Seluruh keluarganya yang sedang berkumpul di sofa sembari menonton drakor paksaan Linda tepatnya- terkikik geli mendengarnya.

"Ditikung kali bukan di tikam" ralat Billy masih dengan tawanya.

"Emang siapa yang bakal nikung?" tanya Nadine sembari duduk di karpet berbulu tebal di samping Elvina.

"Bukan siapa yang bakal nikung. Tapi siapa yang mau sama Bang Cakra!" ejek Elvina tertawa.

"Jangan salah, El. Bang Cakra itu banyak yang suka" balas Bunda Bintang terkekeh.

"Banyakan suka sama aku lah dari pada Cakra" sahut Ayah Ikmal mengusap rambutnya cool.

"Masa?" Ikmal menggangguk. "Trus kalo banyak yang suka mau di apain?"

"Di jadiin selingkuhan lah!" Jawab Ikmal dengan cepat. "Ups!" Ikmal memukul pelan bibirnya saat melihat pelototan dari Bintang.

"Udah tuwir juga selingkuh-selingkuh! Berani macem-macem aku tak tikam tuh selingkuhan!" Balas Bintang dengan sedikit logat jawa di beberapa kata akhir kalimat.

"Hehe... Maaf, Bin. Gak sengaja"

"Bun, Yah, Cakra keluar dulu ya bareng Nadine"

"Oh iya hati-hati. Jagain anak perempuan Bunda yah"

"Titip makanan, Bang!"

Cakra menggangguk menjawab titahan Elvina, lalu menatap Belinda yang sedang memakan keripik kesayangannya sembari menonton drama korea yang ada di TV. "Linda, mau titip apa?" Tanya Cakra berjongkok di sampingnya.

Linda menoleh pelan lalu tersenyum lebar. "Linda, titip yang kayak gitu ya! Pokoknya harus ada!" Tunjuk Linda pada televisi yang memunculkan wajah laki-laki cantik. Atau yang selalu Linda sebut oppa-oppa. Wajar, Linda sangat menyukai laki-laki tampan berwajah imut atau pun sangar.

Semua orang yang ada di sana memutar bola matanya malas. Sedangkan Cakra terkekeh pelan. "Iya, nanti Abang bawa. Dibungkus? Atau langsung aja?"

"Haha... Bungkus, Bang!"

•••

Masih tahap percobaan😁😁

Aku bingung mau bikin adegan romantis tapi gak tau kek gimana🙂 Orang aku gak pernah romantisan, eh pacaran aja baru sekali😂😂

Btw buat kalian yang mau kasih saran adegan romantis silahkan DM ke wattpad aja. Atau ke Ig, jangan dikolom komentar. Nanti ketuan dong😁😁

Ig : key.natina_

Jangan lupa vote, comment and follow me😍😘

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CF1 # Friendzone(Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang