06

7.2K 658 30
                                    

"Masuklah."

Rose melirik ke arah Jimin, lalu beralih pada sebuah ruangan yang Jimin buka sebelumnya untuknya.

"Apa aku boleh masuk?"

Jika bisa, Jimin ingin mengeluarkan tawanya sekarang juga ketika mendengar pertanyaan Rose tadi. Tapi pria itu menahannya, memilih untuk menarik Rose bersamanya masuk setelahnya.

Gadis itu tak menolak, pun pandangannya kini mulai mengelilingi. Dan sedikit terkesima dengan beberapa figura yang terpajang di ruangan itu.

"Wah, apa oppa semuanya yang memotret ini?"

Rose tak bisa menyembunyikan nada antusiasnya. Mendekat pada jejeran figura yang terpajang di sana dan membuat genggaman keduanya terlepas begitu saja.

"Tidak juga. Aku mempunyai seorang teman dan juga merangkap sebagai rekan kerja."

Jimin mendekat pada Rose di sana yang masih berdiri pada salah satu figura yang terjejer di dinding ruangan itu. "Tebak dimana aku mengambil gambar itu." Tunjuknya pada salah satu potret yang Rose perhatikan.

Rose menggeleng. "Tidak. Aku tidak tahu."

"Aku dan temanku mengambilnya saat kami berada di Sokcho."

Rose sedikit terkejut mendengarnya. "Oppa pasti bercanda. Bagaimana gambar ini diambil di Korea? Aku bahkan mengira jika ini diambil di luar Korea."

Jimin tersenyum. "Kau mau aku mengajakmu kesana? Kau akan lebih menyukainya ketika kau bisa melihatnya secara langsung."

"Benarkah? Aku akan menunggu hari itu kalau begitu."

"Bagaimana jika besok? Apa kau ada waktu?"

Rose terdiam, mengalihkan pandangannya pada Jimin setelahnya. Lalu sebuah senyuman gadis itu berikan dan mengangguk setelahnya. "Tidak masalah."

Dan jawaban Rose membuat Jimin ikut tersenyum pula. Lalu keheningan menyelimuti keduanya, dengan tatapan keduanya yang bertemu.

Sebelum akhirnya Rose mendekat lebih dulu, menyentuh wajah Jimin dengan satu tangannya dan mendekat untuk mempertemukan bibir keduanya.

Drrt...Drrt...

Namun sebelum bibir keduanya bertemu, bunyi ponsel yang cukup nyaring itu menghentikan pergerakan Rose.

"Maaf, itu ponselku."

Rose yang mendengar itu pun mulai menjauhkan dirinya, mengalihkan pandangannya dari Jimin dan membuat pria itu tersenyum karena tahu mungkin Rose tengah malu saat ini.

"Kau bisa duduk di sofa sana. Aku akan kembali."

Rose tak menjawab apapun. Namun dirinya sedikit terkesiap ketika Jimin mengelus kepalanya, sebelum akhirnya pria itu berlalu untuk mengangkat panggilan dari ponselnya.

Gadis itu hanya menatap kepergian Jimin, sebelum akhirnya menghela napas. Satu tangannya memukul pelan kepalanya, merutuki kebodohannya.

Rose memilih untuk melupakan kejadian memalukan yang ia lakukan sebelumnya, melanjutkan untuk menatap pada beberapa figura lain yang terpajang di ruang studio itu.

Hingga langkah gadis itu terhenti pada sebuah ruangan. Salahkan sifat Rose yang memang sangat penasaran. Maka dengan perlahan, gadis itu memutar gagang pintu ruangan itu.

"Apa yang kau lakukan?"

Rose benar-benar sangat terkejut, karena dirinya yang baru saja akan membuka pintu ruangan itu, Jimin lebih dulu menghentikannya. Menahan pergerakannya lalu menutup pintu itu kembali dengan cukup keras.

Lil' TouchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang