(4/10)

3.8K 472 10
                                    

Ketika dia belajar bermain basket ...

◆◆◆

Minggu pagi adalah hal yang paling menenangkan bagi seorang Akashi. Meski begitu, ia tetap saja belajar di dalam kamarnya sampai suara pintu terbuka mengganggu konsentrasinya. Ketika ia melihat siapa dalangnya ternyata itu adalah adiknya sendiri.

"Ada apa, (Name)?"

"Sei-nii, ajari aku main basket."

"Boleh saja tapi bisakah kau mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk ke kamar orang lain? Kau sungguh tidak sopan."

"Maafkan aku, Sei-nii."

(Name) meminta maaf sambil menundukkan kepalanya karena bersalah. Tapi melihat adiknya yang jadi lesu seperti itu membuat Akashi tidak tega. Menghela napas pelan, Akashi berdiri dari duduknya lalu berjalan menuju ke arah (Name).

Pluk

Tangan Akashi menepuk kepala (Name) pelan lalu mengusapnya dengan lembut dan penuh kasih sayang.

"Sudahlah, sekarang ayo kita bermain."

"Okay!"

◆◆◆

"Sei-nii, kenapa sedari tadi aku tidak bisa melewatimu?"

"Itu karena kau tidak mengeluarkan potensimu saat melawanku."

Saat ini mereka berdua berada di lapangan basket di belakang mansion mereka. Sudah sejam lebih mereka bermain dan (Name) sama sekali belum berhasil mengalahkan Akashi, bahkan hanya untuk mencetak poin pun (Name) tidak bisa.

"Andaikan aku bisa seperti Sei-nii dan teman-teman Sei-nii yang dijuluki Kiseki no Sedai, pasti aku bisa mengalahkan Sei-nii."

Akashi yang mendengarnya langsung terdiam seolah-olah ia diingatkan dengan masa lalunya. Akashi berjalan menghampiri (Name) dan kembali mengelus puncak kepala (Name) sayang.

"Semua orang punya potensinya masing-masing. Tapi, untuk kali ini jika kau bisa mencetak satu angka dariku maka aku akan mengabulkan satu permintaanmu."

Perkataan Akashi tentang satu permintaan itu seolah-olah membuat (Name) mendapatkan kembali semangatnya.

"Baiklah. Sei-nii tidak boleh menarik kata-kata Sei-nii, ya!"

Dan Akashi pun hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Dan setelah itu mereka kembali bermain dengan serius.

(Name) sebisa mungkin memperhatikan pergerakan Akashi, meski itu terdengar mustahil tapi kalau tidak dicoba siapa yang tahu. (Name) sebenarnya tahu kemampuan Akashi. Kakaknya – Akashi selalu saja dibanggakan oleh ayah mereka dan hal itu membuatnya sedikit cemburu. Meski begitu ia tidak mau kalah dari Akashi.

Tuing tuing

(Name) berlari membawa bola menuju ring Akashi dan Akashi menghadangnya dengan menggunakan ankle break, tetapi (Name) berhasil melewatinya dan membuat Akashi sedikit kagum. Setelah lepas dari ankle break, (Name) kembali berlari lalu melakukan gerakan lay up.

Shoot jduk

Tring

Dan berhasil.

(Name) berhasil mendapatkan satu poin dari Akashi. Raut wajah (Name) terlihat berseri-seri bahkan ia melompat-lompat seperti anak kecil membuat Akashi tersenyum geli melihatnya.

"Akhirnya aku berhasil! Yeeey!"

Bonus

"Jadi, apa permintaanmu, (Name)?"

"Aku tidak akan meminta apapun. Lagipula jika Sei-nii tidak memberikan kelonggaran padaku, aku pasti takkan bisa memasukkan bola itu ke dalam ring. Jadi, meski aku berhasil mencetak angka tetap saja aku merasa kalah."

"Begitu ya, tapi aku akan tetap mengabulkan satu permintaanmu karena kau berhasil lepas dari ankle break milikku."

"Wuaaah ... Sei-nii, arigatou. Daisuki~"

Dia membuatku kagum.

My Lovely Sister || Akashi SeijuuroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang