09. Kekonyolan

27 0 0
                                    

Radit : "lo tau nggak kenapa natrium mempunyai satu elektron valensi sedangkan klorin mempunyai tujuh elektron velensi?"
Kiki :...(Diam dan melongo)
Radit: karena delapan adalah kelengkapan bagi mereka. Ibarat pasangan.perbedaan dalam hubungan seseorang itu wajar, Rata-rata pasangan memiliki kekurangan dan kelebihan yang saling melengkapi. Nah,mau gak hati kita disatuin ibarat natrium dan klorin?"
Kiki :"itu apaan?" (Kiki bingung)
Radit : ampun deh (Radit menepuk jidat) . Lo 'kan IPS. Salah gombal gue😢"

🍁🍁🍁

Langkah kaki yang terhentak karas menyentuh lantai telihat terburu-buru menuju lantai tiga. Langkah itu semakin mendekat pada kelas XII IPS 2. Ia membanting pintu dengan kerasnya saat memasuki ruangan. Beberapa siswa yang ada dikelas--terkejut. Deni yang tadinya asik memainkan rubik, perlahan tangannya melonggar pada benda tersebut. Dengan tatapan iblis, Irene menggebrak meja Deni.

"HEH! LO 'KAN YANG UDAH BIKIN RAMBUT GUE KEK GINI?" semprot Irene dengan nada meninggi dan suara khas lengkingnya. Deni spontan menyumpal telinganya tak tahan jika radiasi suara irene yang entah berapa oktaf itu merusak gendang telinganya yang normal.

"NGAKU GAK!"

Deni memberanikan diri menatap Irene "lo kenapa sih?"

Irene menggertakkan giginya kesal "Gak usah pura-pura seolah lo gak tau apa-apa."

"Emang gue gak tau apa-apa," balas Deni mengedikkan bahunya.

"LO UDAH NGEGUNTING RAMBUT GUE, BEGO! DAN ASAL LO TAU YA, GUE UDAH PIARA RAMBUT GUE SELAMA TIGA TAHUN. DAN LO DENGAN OTAK LO YANG KURANG SE-ONS ITU DATANG NGEPOTONG SEENAK JIDAT!" Irene benar-benar murka. Pasalnya, rambut panjangnya itu sangat ia sayangi. Dan ia juga tipe wanita yang lebih suka dengan rambut panjang dibanding rambut pendek.

"Gue kasih tau ya kenalpot bajai, lo jangan asal nuduh." Deni masih tak mau mengakui.

Irene tersenyum miring sambil melipat tangan didepan dada "lo masih gak mau ngaku juga ya. Jelas-jelas wanda yang ngomong ke gue kalau lo PELAKUNYA!" Irene menekankan kata terakhirnya dan menunjuk wajah Deni. Terkejut, Deni melihat kearah wanda. Baru saja wanda ingin sembunyi dibawah meja guru, namun gerakannya kalah cepat dengan sorotan mata Deni. Ia mengumpat wanda dalam hati.

"Pokoknya Gue minta ganti rugi."

Kiki yang baru saja memasuki kelasnya, hanya bisa melongo. Keributan terjadi dan ia tidak menegetahui apa-apa.

"Gue kasih tau sekali lagi, bukan gue. Siapa tau Deni yang lain."

"Deni yang bau balsem di sekolah ini tu cuma lo!"

"Eh tu mulut melambung tinggi banget milih kata. Gue wangi asal lo tau." Deni tidak terima. Walaupun beradu mulut denga wanita sangat banci menurutnya "lo sekali-kali endus tuh badan. Bau-Nya udah ngalahin daleman basi yang udah tiga hari gak diganti-ganti! Asam!"

Irene mengepalkan tangan. Greget dengan sosok dihadapannya "Lo tuh yang bau. Gak sadar emang kalau ketek lo wanginya bikin puyeng"

Kiki yang sedari tadi diam menyaksikan, kali ini ia harus melerai. Ia menyelip diantara keduanya.

"STOP! BOLEH STOP GAK!"

"BOLEH DIEM GAK!" Ucap Deni dan Irene serempak. Nyali kiki menciut, ia meneguk salivanya dengan susah payah. Kiki mundur memberi kembali ruang untuk perdebatan yang sempat terhenti.

Deni kembali menatap Irene "lo cuma dikasih tau wanda, kan. Bukan cuma wanda di kelas ini. Tanya aja yang lain, mereka juga jadi saksi." Irene mengarahkan sorotan mata kepada
Teman-teman sekelasnya yang menyaksikan perdebatannya sedari tadi.

BPJS (Butuh Pasangan Juga Sayang).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang