03. Mahluk Astral!!

74 16 3
                                    

     Pagi yang cerah dengan sinar mentari yang seakan tersenyum untuk memulai hal yang baru untuk hari ini. Kicauan burung terdengar bersenandung, dan senyum untuk memulai semuanya.

      Kiki menyetandarkan motornya diparkiran sekolah. Ia melepas helm yang ngikut dikepalanya. Dan memutar kaca sepion miliknya sambil bercermin merapikan jilbab yang berantakan dibagian wajahnya.

"Cuit-cuit. Cantik bener anaknya emak," Pujinya sendiri sambil menaikkan kedua ujung jilbabnya ke atas bahu.

     Baru saja ia berdiri, tiba-tiba sekelebat cahaya sekilas ia lihat. Kiki terpelonjak kaget. Matanya mengamati di sekeliling. Tapi tampak sepi tak ada seorang-pun disana. Yang menambah kesan horor adalah, parkiran yang sedikit gelap akibat pohon besar yang meneduhinya. Kiki yang merasakan bulu kuduknya berdiri, mempercepat langkahnya menuju kelas.

Hos..hos..hos. suara kiki yang ngos-ngosan dengan posisi membungkuk dan mengatur nafasnya dalam-dalam.

"Hey." Deni dengan menepuk bahu kiki. Otomatis ia menoleh."tayo," Lanjut deni dengan cengir kudanya.

Kiki memberikan tatapan membunuh kepada deni.

"Lo kenape? Tuh muka ceria amat kek anak yang Di Peduli Kasih."

"Pala lo peyang. Tuh otak bengkok banget. Bawaannya pingin gue patahin tuh leher," Cerocos kiki."Tadi gue digangguin penunggu parkiran. Iihh takut gue," Lanjutnya mengidik ngeri.

Deni mengangkat kedua telapak tangannya "yaallah. Kiki sudah punya rasa takut. Hamba bersyukur dia mulai normal." Kemudian mengusap wajahnya.
  
   Kiki yang mendengar itu tidak terima. Kiki membekap hidung dan mulut deni dengan kedua tangannya yang sudah dia gunakan menggaruk keteknya yang basah akibat ngos-ngosan tadi.

"Piyek..piyekk. lo abis megang tai kucing ki?" Tanya deni dengan wajah yang menahan rasa asam.

"Iye. Tai kucing berkuah!" Jawab kiki menuju tempat duduknya dan disusul deni.

IBU NURAINI DATANG!! WOYY IBU  DATANG!! . Teriak salah satu teman sekelas kiki.

"Kok, ibu nuraini?. Emangnya ini hari apa?" Tanya kiki kepada deni

"Hari selasa."

Kiki menelan salivanya dengan susah payah.  'Mampus' batin kiki.

                        ***
  Kring..
Bel istirahat berbunyi. Kiki menuju kelas desi untuk mengajaknya ke kantin. Kiki kelas XII.Ips 2. Sedangkan desi kelas XII.Ipa 1. Hanya melewati empat kelas untuk sampai ke kelas desi.

"Assalamu'alaikum, des." Salam kiki sambil merampas bangku kosong yang ada di hadapan desi.

"Walaik." Desi dengan serius mengutak-atik lembaran-lembaran kertas yang ada diatas mejanya.

"Singkat amat. Tuh umur disingkat juga tau rasa!"

"Ck. Udah gue jawab dalam hati."
Kiki hanya ber'oh'ria.

"Ke kantin kuy!"

"Bentar. Gue lagi ngurus tugas kelompok."

"Yaelah. Kan tugas kelompok, kasih aja ke temen lu."

Desi nampak berpikir sebentar " yaudah deh. Fuz, gue nitip. Kitakan sekelompok," Ucap desi kepada seorang pria yang duduk di ujung kanan depan. Ia hanya mengangkat kedua alisnya cepat menandakan 'iya'. Dan kembali fokus menatap buku dihadapannya.

                       ***

     Mereka berdua tiba dikantin mengambil tempat yang masing kosong sebelum diembat yang lain.

"Des, namanya temen lu yang tadi siapa?".

Desi mengernyitkan dahi. Dia curiga kenapa kiki menanyakan nama temannya.

"Tuh muka udah asem, nggak usah di asem-asemin. Gue cuma nanya."

"Mahfuz" jawab desi sambil melap meja dihadapannya dengan tisu

"Hah! Mampus?" Kaget kiki

"Mahfuz ki. M A H F U Z!"

"Keseleo lidah gue nyebutnya."

"Lah. Lo nggak pernah denger kata mahfuz?"

"Kagak."

"OMG. Berjilbab kagak tau. Gue ajah nggak berjilbab tau."

Kiki mempetik jari didepan wajah desi "hellow. Kemane aja pak eko. Kek baru kenal gue aja lu."

"Lauh mahfuz di dalamnya sudah dicatat takdir, nasib, jodoh, ajal, Rejeki kita udah disusun di dalamnya."

"Wuiddihh... ngesaingin mama dede nih. Tumben lu tau begonoan."

"Kalau mahfuz nggak sekelas ama gue, mana gue tau, heheh. Gue taunya dari bu nuraini."
Kiki hanya mengangguk-ngangguk.

"Ki. Pesenin dong," kata desi berusaha merayu

"Tenang.." kiki dengan bangganya mengintip saku bajunya

"Gitu dong. Sekali-kali neraktir temen."

"Iya. Banyak bacot pula kau!" jawab kiki melangkah menuju mba iem atau ibu kantin.

   Kiki datang dengan membawa dua mangkuk bakso dengan aroma yang menggoda. Tanpa aba-aba, mereka berdua sudah melahapnya sampai tandas.

"Des, gue ke toilet dulu. Lo ke mba iem aja minta kembalian gue," Kata kiki dengan memegang perutnya dan dibalas anggukan oleh desi.

Kiki berlari meninggalkan kantin. Yang tadinya alasan ketoilet, malah nangkring dikelas dengan wajah yang sok cantik.

"Kampret lu ki." Entah kapan desi sudah duduk dibangku yang ada disebelah kiki.

Kiki menatap desi keheranan "kenapa?"

Desi memutar badannya menghadap kiki. Posisi mereka berdua saling berhadapan.

"Pantesan lu jomblo mulu. Lo suka nipu orang, ngezolimin orang. Mungkin ke jombloan lo, doa dari orang-orang yang udah lu zolimi. Eh. Gue juga yang ngebayar, setan!" Omel desi dengan muncrat kemana-mana.

"Lu ke acara tv aja yang suka di curhatin. Curhat dong ma!" Jawab kiki dengan tanpa dosanya. Padahal ia sudah menipu desi jika dia mentraktirnya. Eh kalau begini kiki yang yang di traktir.

"Receh!" desi mencibir

Kiki hanya tertawa pecah "udah-udah. Pulang bareng gue aja. Nanti gue anter ampe rumah," Bujuk kiki sambil merangkul bahu desi.

Desi dengan cepat menepisnya."nggak percaya. Gue udah terlanjur sakit hati, luka hati."

"Jangan dong.. gue janji. Suer takewer-kewer."

                    ***

       Semua siswa sudah berbondong-bondong meninggalkan halaman sekolah. Kiki berjalan di koridor kelas 11 ips dengan bersenandung kecil. Tiba-tiba sekelebat cahaya itu muncul lagi.

"ALLAHUMMA BARIKLANA!!" Kiki terpelonjak kaget.. kiki melanjutkan langkahnya dan cepat cahaya itu muncul lagi. Ia menelan salivanya dalam-dalam.

"Permisi. Maaf kalau kiki ganggu om, kunti, genderuwo" Kiki memohon sambil menengok kiri, kanan, atas. Tiba-tiba bahunya di cengkram, kiki membalikkan badan.

"Aaaarrrr....."

BPJS (Butuh Pasangan Juga Sayang).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang