2014
3rd POV
Hyesa berlari dengan sesekali menabrak seseorang yang ada di depannya. Ia berlari seperti orang kesetanan. Yang ada dipikirannya sekarang hanyalah Park Woojin.
Hyesa seperti kesurupan sesaat saat mendengar bahwa Park Woojin, cinta pertamanya meninggal dunia dari seorang perawat.
Walaupun Hyesa tau ia tidak bisa melihat, hal itu tidak membuatnya berhenti berlari. Hyesa tidak hanya berlari begitu saja tanpa tau arah, ia sudah hapal betul arah kamar Woojin dari kamarnya.
Saat ia sudah sampai didepan pintu kamar Woojin, ia tidak langsung masuk begitu saja. Ia berhenti sebentar, menenangkan detak jantungnya dan mengembalikan nafasnya seperti semula. Ia masuk dan memasang senyum cerahnya seperti biasanya.
"Siang Woojin" ucapnya nyaring membuat semua orang yang ada dikamar Woojin melihat kearahnya.
Walaupun tidak melihat, Hyesa tau bahwa diruangan ini ia tidak sendirian.
"Hyesa-ah, Woojin telah.."
"aku tau" Hyesa memotong ucapan salah seorang dokter disana.
Senyum Hyesa tidak luntur. Dengan percaya dirinya dia berjalan pelan kearah ranjang Woojin. Ia meraba tempat tidur Woojin hingga ia mendapatkan sesuatu yang sudah ia kenal, kehangatan yang sangat ia sukai. Hyesa menggenggam tangan Woojin
Berbeda dari biasanya, tangan Woojin tidak menyalurkan kehangatannya pada Hyesa.
"kau sudah bekerja keras" ucap Hyesa lembut sambil meremas tangan Woojin "sekarang beristirahatlah" bulir air mata Hyesa perlahan-lahan turun tanpa bisa dibendung. Sambil mengambil nafas dalam Hyesa berucap dalam hati
Aku mencintaimu Park Woojin
Woojin meninggal akibat gagal jantung. Selama ini Woojin berjuang melawan penyakit Dilated cardiomyopathy yang membuat jantungnya tidak kuat memompa darah ke seluruh tubuhnya.
Jika Hyesa menunggu donor mata, Woojin pun menunggu donor jantung.
2 hari setelah Woojin meninggal. Hyesa mendapatkan kabar baik. Ia mendapatkan donor, dan yang lebih baiknya lagi. Ia mendapat telpon bahwa Jihoon akan kembali.
Hyesa memang mencintai Woojin, tapi itu bukan alasan untuk tidak melanjutkan hidup.
2018
Jihoon meletakkan karangan bunga diatas makam Woojin. Lalu menggenggam tangan Hyesa yang sudah mulai bergetar. Setiap kali mereka mengunjungi makan Woojin, Hyesa akan menangis dalam diam. Dan Jihoon sudah sangat hapal akan hal itu
Jihoon memegang wajah istrinya dan mengusap mata Hyesa
"terimakasih atas pengorbananmu Woojin-ah" ucap Jihoon tulus.