~02~

5.8K 550 3
                                    

Happy reading guys😘
____________________________________

"Kegelapan mengelimuti hati. Merasuk hingga tempat yang terdalam. Bangun tembok kuat penghalang atas hati rapuh akan perasaan. Tak 'kan biarkan seseorang menghancurkan. Walau badai terus menerjang. 'Kan terus terjaga hingga akhir batas pengharapan."








***


Matahari bahkan belum menampakkan wujudnya, tapi seorang Yeoja tampak sudah berkutat dengan aktivitasnya. Menyiapkan sarapan serta keperluan kantor. Jisoo sudah bersiap dari tadi. Hal itu sengaja ia lakukan demi menghindari putranya. Terkesan jahat memang. Bagaimana bisa seorang ibu mengabaikan putranya hingga sedemikian rupa? Namun, mengingat hati yang belum bisa menerima kenyataan pahit yang ada. Agaknya hal ini adalah cara terbaik yang bisa ia lakukan.


Jisoo menyiapkan dirinya, mengepak barang yang ia perlukan dalam tas lalu segera melangkah untuk pergi ke kantor. Akan tetapi, sebelum itu. Jisoo pamit terlebih dahulu pada sang kakak yang terlihat sudah bangun dan berdiri di depannya. Menghadang bagai gerbang dengan kunci yang tidak akan terbuka jika Jisoo tak mulai bersuara.


"Oppa, aku berangkat dulu," pamit Jisoo pada namja berbahu lebar yang merupakan kakaknya.


Masih dengan rasa kantuk yang tersisa, Seokjin menyahuti ucapan adiknya, "Pagi sekali kau berangkat, Sooya. Junnie bahkan belum bangun. Apa kau tak ingin pamit dengannya, hmm?"


Jisoo terdiam sesaat, menarik napas dalam sebelum mengeluarkannya perlahan lalu berkata, "Lain kali saja Oppa, aku sedang sibuk, tolong antarkan dia ke sekolah, ya."


Seokjin berdecak. "Sampai kapan kau akan terus menjauh darinya, Sooya?" ucap Seokjin menanggapi kelakuan adiknya.


Mendengar itu, Jisoo nampak termenung sesaat. Akan tetapi, agaknya ego masih menguasai diri. Menghembuskan napas panjang, Jisoo mengabaikan kakaknya.


"Aku pergi," ucapnya. Kemudian berlalu dari Seokjin tanpa memberi jawaban apa pun padanya.



Wanita itu melangkah begitu saja, tatapannya kosong. Rasa sakit kembali menusuk hatinya. Perkataan sang kakak cukup menohok sisi lain dalam dirinya sebagai seorang ibu, ia gagal, sudah gagal. Akan tetapi, perih luka masih belum bisa ia abaikan begitu saja.


Di sisi lain, Seokjin terus melihat punggung sang adik yang kian menjauh dari padangannya. Menghela napas panjang, Seokjin pun ikut beranjak dari tempatnya dan ikut menyiapkan diri untuk pergi bekerja juga. Menjadi salah satu dokter spesialis penyakit dalam di sebuah rumah sakit ternama, membuatnya cukup sibuk setiap hari. Meski begitu, Seokjin tetap harus bertanggungjawab untuk mengurus keponakannya.


Seperti hari ini, setelah mengemas semua keperluannya dengan rapi. Seokjin tahu ponakan kesayangannya itu masih bergelung nyaman di balik selimut. Pria itu memang belum melihat ke dalam kamar, tapi dia berani jamin, Yeonjun memang masih tidur sekarang. Untuk itu, namja berbahu lebar tersebut nampak melangkah menuju kamar sang keponakan guna menjadi alarm ampuh yang tak 'kan bisa ditolak keberadaannya ataupun dimatikan begitu saja.


My Regret | Vsoo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang