Happy Reading😘
____________________________________Isi buku dapat terbaca. Isi surat dapat terlihat. Isi kepala dapat tertebak. Isi hati ... siapa Bisa Menerka?
***
Yeonjun menghela napas panjang. Bel istirahat telah berbunyi. Semua siswa di kelasnya sudah berhamburan keluar menuju kantin, kecuali dirinya. Bocah itu duduk seorang diri di bangkunya. Ia lapar tentu saja. Sekarang ia menyesal sudah melewatkan waktu sarapan. Pun karena dirinya yang tergesa lupa pula meminta jatah uang saku.
Sungguh sial hari ini.
Bocah itu hanya bisa tertunduk lesu. Beberapa siswi yang mencoba mengajak keluar ia tolak dengan dingin. Bukan karena ia tak memiliki uang sekarang. Meski ia memiliki uang pun, ia akan menolaknya. Yeonjun risih, mereka semua menatapnya dengan aneh. Penuh harap, memaksa, dan ah, entahlah. Intinya tak nyaman. Begitu yang Yeonjun pikirkan.
Bocah itu tak tahu saja bahwa dirinya populer dikalangan para gadis karena visualnya, otak yang pintar, dan sikap dinginnya yang penuh misteri. Yeonjun di sekolah dikenal sebagai siswa yang demikian. Seorang siswa baru bervisual tampan yang dapat merebut predikat satu paralel dalam semester pertamanya.
"Apa yang harus kulakukan?" monolognya.
Yeonjun bingung sekarang, bukan perihal uang yang menjadi pikiran utamanya. Namun, masalah dengan Soobin yang membuatnya gelisah. Ia harus segera menghapus bukti itu dari ponselnya. Sial. Ponsel?
Aish, Yeonjun juga lupa membawanya hari ini. Bagaimana caranya ia menghubungi samchonnya untuk dijemput. Jun menepuk kepalanya sendiri dengan keras.
"Mati saja kau, Jun," monolognya lagi.
***
Sementara itu, Taehyung masih betah bergelut dengan pikirannya sendiri. Ia menyesal, kenapa dulu tak bisa menahan diri, sekarang gadis itu telah pergi darinya. Sangat jauh, dan sulit tergapai kembali. Namja itu masih betah dalam pemikirannya hingga tak sadar seseorang telah masuk apartemennya.
"Password apartemenmu ternyata masih sama, Taehyung-ah." Seorang yeoja tampak memasuki kamar Taehyung tanpa ijin, menyapa sang empunya seakan mereka memiliki relasi yang cukup baik untuk demikian. "Kau masih mengingat ulang tahunnya, hmm?"
Taehyung berdecak. "Setelah kehilangan rasa malu, apa kau juga lupa sopan santunmu?" sarkasnya dingin tanpa memandang sang lawan bicara.
Wanita itu tak peduli, ia melangkah mendekati Taehyung yang masih betah memandang ke arah luar jendela. "Mau sampai kapan kau mengingatnya, Tae. Dia sudah mati."
Kini Taehyung berbalik, memandang dengan sorot tajamnya. Ada rasa tak terima saat wanita itu berkata demikian. Gadisnya belum mati. Jisoo-nya masih hidup. Ia percaya itu, terlebih dengan kalimat yang diucapkan Jennie—sahabat Jisoo—ia yakin bahwa kekasihnya masih hidup.
"Jangan mencarinya lagi, Tae. Biarkan dia hidup dengan tenang."
Kalimat itu sukses membangkitkan semangatnya. Meyakinkan ia bahwa gadisnya belum pergi dari dunia. Meski begitu, seakan ditelan bumi, pencariannya selama ini belum juga menemui titik terang. Sebegitu bencikah ia terhadapnya?
Kembali pada realita yang ada, Taehyung tampak mengepalkan tangan. Namja itu berusaha menekan emosinya. "Jika kau hanya ingin bicara omong kosong, lebih baik kau keluar dari sini, Tzuyu."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Regret | Vsoo
Fanfiction"Eomma, apa eomma membenciku? Di mana appa? *** Tatkala rasa bersalah menyelimuti Jiwa. Apalagi yang bisa Jisoo harapkan? Kepingan hati yang telah lama berserakan kembali bersatu ketika bagian masa lalu hadir dalam kehidupan. Hatinya hancur, manakal...