Chapter 1

120 24 7
                                    

Author POV

Rean keluar kamar setelah membaca surat terakhir dari papanya. Dia masih berdiri diujung tangga. Melihat semua kerabat berada di ruang tengah berusaha menghibur Deanita.

Meski ada sedikit senyum di wajah Deanita, Rean bisa melihat kesedihan diwajah mamanya itu.

"Papa, apa Rean bisa memghibur Mama? Apa Rean bisa menjaga Mama?" Gumam Rean sembari memandangi Deanita dari atas tangga.

"Bisa," Kata seseorang dari samping Rean.

Rean terkejut. Dia sadar betul hanya dirinya yang ada dilantai atas dan memang tidak ada orang lain selain dirinya.

Rean semakin terkejut melihat siaap yang tengah berdiri di sampingnya. Seorang laki-laki tinggi yang sangat familiar dengan Rean. Dengan raut wajah yang segar dan senyum yang lebar.

"Pap.." Rean histeris tetapi segera Deandra mengisyaratkan Rean untuk diam. "Papa? Papa... " Rean tidak tau mau bicara apa.

"Papa hanya bisa muncul di depan Rean," Ucap Deandra sambil tersenyum hangat kepada Rean. Senyum yang Rean rindukan sama seperti Deandra sakit dulu.

"Papa.." Rean langsung memeluk arwah Deandra itu. "Papa jangan pergi," Kata Rean.

"Bahkan jika Papa enggan pergi, Papa memang sudah diharuskan pergi."

"Mama..."

"Mama akan segera baik-baik saja, asal Rean mau membantu Papa,"

"Orang yang Papa maksud dalam surat?"

"Iya, nanti akan ada orang yang membantu Rean, dan ketika Mama sudah berhasil bersama orang yang Papa maksud, baru Papa bisa pergi dengan tenang tanpa gentayangan disini."

"Apa orang yang Papa maksud sama seperti Papa?"

"Maksud Rean? Seperti Papa bagaimana?"

"Sayang sama Mama dan Rean."

Mendengar itu, Deandra jongkok didepan Rean sambil mengelus rambut anak semata wayangnya itu.

"Tidak ada yang sama di dunia ini, Nak. Bahkan yang kembar identik, pun, memiliki perbedaan meski hanya sepersekian persen." Kata Deandra sambil tersenyum.

"Tapi Papa berani jamin, orang yang Papa inginkan untuk menggantikan posisi Papa adalah orang yang sangat tepat untuk kalian," Lanjut Deandra.

Melihat wajah sedih Rean, akhirnya Deandra memeluk anaknya lagi. "Papa tidak meninggalkan Rean dan Mama. Hati Papa, jantung Papa ada pada orang itu, Rean. Percayalah pada Papa,"

Rean memandang Deandra dan mengangguk. Akhirnya Rean disuruh Deandra untuk menghampiri Deanita dan Deandra melihat dari atas.

Semua orang kaget melihat Rean yang menuruni tangga dan langsung memeluk Deanita. Suasana kembali haru. Tapi semua berusaha menahan tangis mereka karena tidak ingin Deanita kembali menangis.

"Mama, ada Rean. Rean akan jagain Mama," kata Rean sembari memeluk Deanita.

"Iya, terima kasih, Sayang,"

Sementara para wanita dan anak-anak ada di dalam rumah, para pria ada di luar. Ngobrol sambil sebagian ada yang merokok. Ada beberapa tetangga juga yang ikut menemani Deanita. Mereka menyiapkan camilan dan minum untuk kerabat dan tamu yang masih ada di rumah Deanita.

"Nak Anton, apa masih harus kembali ke Rumah Sakit?" Tanya Arif, ayah Deandra.

"Iya, Pak. Saya punya pasien khusus yang harus saya tangani dan awasi 24/7." Jawab Anton.

"Pasti bukan pasien biasa," Kata Yuta.

"Ya, bisa dibilang seperti itu," Anton hanya tersenyum tipis sedikit canggung.

"By the way, Kak Sony uda tahu belum kalau Dean..." Kata-kata Arius tidak diteruskan. Semua sudah tahu apa yang Arius akan katakan.

Dan para sahabat Sony hanya saling pandang canggung.

"Dia.. Dia belum tau," Jawab Dana. "Kita belum sempat kasih kabar, dan, dan dia bilang sedang sibuk akhir-akhir ini,"

"Kita berencana mau kasih tau kalo dia uda longgar," Lanjut Anton berusaha lebih tenang.

"Lagian Sony ada di Jerman sana, mau terbang seketika juga tidak mungkin" Tambah Zaki semakin confident.

"Bener juga, sih," Semuanya mengangguk-angguk menyetujui statement Zaki.

Tetapi Dhika dan Dhani saling pandang merasa ada yang aneh dengan alasan yang diberikan Anton, Dana dan Zaki.

Rrrriiiinngg!!! Rrrriiiinngg!!!
Ponsel Anton berdering. Ringtone khusus panggilan dari Rumah Sakit itu sudah pasti ada keadaan darurat.

"Hallo..... Iya... Baik! Saya segera kesana! Pastikan detak jantungnya stabil!" Kata Anton kemudian segera menutup panggilannya.

"Kenapa, Dek Anton?" Tanya Wira, ayah Deanita.

"Pasien Anton yang operasi 3 hari lalu sudah sadar, Anton harus segera ke rumah sakit, Pak," Jawab Anton bersiap untuk pamit kepada Hanbi yang masih ada di dalam rumah.

"Apa dia pasien khusus yang lo maksud?" Tanya Dhani.

"Iya, Kak," Jawab Anton cepat dan meninggalkan para laki-laki yang tengah duduk di lesehan garasi itu. "Dan! Ntar gue nitip tolong anter bini gue balik!"




Seorang laki-laki yang membuka mata di ruangan serba putih itu. Dia tidak peduli dengan suara-suara di sekelilingnya. Dia hanya melihat langit-langit kamar rumah sakit kemudian dia meneteskan air mata.

"Apa operasinya berhasil? Apa saya bisa hidup normal lagi?"

"Tuan, apa Anda bisa mendengar suara saya? Tuan? Tuan?"

"Ya, saya bisa mendengar kalian, saya bisa melihat,"

Anton segera berlari menuju ruang pasiem VVIP nya itu. Memeriksa segalanya. Setelah selesai, dia duduk di kursi sebelah ranjang pasiennya.

"Selamat datang kembali," Ucap Anton sambil memandang pasiennya sambil memegang erat telapak tangan pasiennya itu.

"Thanks, Ton! Uda bantu gue hidup lagi," Ucap si pasien terharu.

Anton hanya menggeleng. "Gue cuma membantu, berterima kasihlah sama orang yang udah ngedonorin jantungnya buat lo,"

"Siapa?" Tanya pasien semangat ingin tahu. "Gue mau berterima kasih sama keluarganya,'

" Dia ingin menyembunyikan identitasnya. Dan gue hanya menjalankan kewajiban gue. Yang penting sekarang lo uda bisa hidup normal lagi."

Pasien mengangguk dan tersenyum. Dia melihat ke luar jendela yang dibuka tirainya. "Siapapun Anda, saya sangat berterima kasih," Ucapnya lirih sambil tersenyum.

"Selamat datang kembali, Kak Sony," Ucap Deandra yang berdiri bersandar tembok samping jendela dengan senyum lebar khasnya.

-----------------------

Setelah sekian lama akhirnya update Chapter 1.

Cerita ini memang sengaja di remake. Karena draft yang kemarin banyak mlencengnya..

Thanks karena selalu nungguin the Next Dean series ini..





(for) My Dean : Sequel of My Dean (Revising On Process)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang