Chapter 2

64 17 0
                                    

Author POV

Berkali-kali Rean memandangi foto peninggalan ayahnya yang dilampirkan di surat terakhir untuknya. Memandangi dengan seksama setiap milimeter paras foto itu. Laki-laki yang tengah duduk bersebelahan dengan Deandra di sebuah kafe yang Rean kenal. Foto ukuran 4R itu selalu Rean bawa kemana-mana dalam setiap saku celana atau jaketnya.

Malam ini, rumah Deanita masih ramai orang. Para palayat dari kerabat dan kenalan Deandra, Deanita dan keluarga besar keduanya masih terus berdatangan. Para relasi juga ada yang datang berkali-kali untuk sekedar menemani Deanita kemudian pulang kembali. Deanita dan Deandra memang pasangan yang dikenal pasangan humble, jadi tidak heran jika saat hari meninggalnya Deandra, banyak sekali yang melayat.

Sudah seminggu Deandra meninggal, Rean sudah mulai sekolah lagi. Sopir pribadinya yang kemarin-kemarin hanya menganggur di rumah menjadi tukang kebun dadakan karena Deanita dan Rean belum beraktifitas, kini sudah bekerja sesuai kontraknya lagi.

"Tuan Muda, apa nanti pulang sekolah mau ke rumah Tuan Muda Lian?" tanya Rama kepada Rean yang ada di bangku penumpang di mobil Audi RS 6 Avant peninggalan Deandra.

Mendengar pertanyaan sopir pribadinya, Rean melirik ke bangku sebelahnya. Deandra sudah duduk dengan santai di sebelanya. Deandra tau apa maksud tatapan anak laki-lakinya itu.

"Boleh aja, sih. Tapi Rean harus minta ijin sama Mama dulu," kata Deandra sambil mengusap rambut rapi Rean. Rean tersenyum dan mengangguk. "Lagian selama ini Papa belum tahu dimana rumah Lian,"

"Iya, Rean mau mampi sebentar, nanti Om Rama pamitin ke Mama, ya," jawab Rean dengan girang.

Sesampainya di depan gerbang sekolah, Rean minta turun seperti biasanya dan menyuruh Rama segera kembali pulang. Rean melihat guru yang sangat tidak asing sedang menyapa setiap murid yang memasuki area SD favorite itu.

"Selamat Pagi, Pak," sapa Rean kepada guru laki-laki yang tengah mengecek ponselnya.

"Oh! Hai! Rean! Sudah siap sekolah lagi?" guru itu membalas sapaan Rean dengan semangat. Rean membalas dengan anggukan dan senyum tipis.

"Okay, hari ini mungkin akan jadi hari yang berat, karena hari pertama kamu masuk sekolah, kamu harus ujian semester, tetap semangat, ya!" lanjutnya sambil menepuk kedua pundak Rean memberikan semangat kepada sang murid.

Rean tersenyum kepada guru Olahraganya itu. "Rean, masuk ke kelas dulu, Pak! sampai jumpa," 

"Kay! Selamat belajar!" tambah guru itu kemudian kembali membalas sapaan dan menyapa setiap murid yang memasuki area kelas.

Deandra melihat guru itu dengan senyum. Dia adalah guru olah raga SD Bintang Bangsa, temannya semasa sekolah di SMA Bintang Bangsa, sekaligus salah satu dari sahabat dekatnya, Arius Kurniawan. 

"Thanks, Ar, uda bantu jagain Rean," Kata Deandra yang berdiri tepat di samping Arius kemudian pergi menghilang.

Arius menoleh ke arah Deandra, dia merasa ada seseorang yang mengajaknya biacara. Dan yang dia dengar adalah suara Deandra. "Dean?" guman Arius berharap dia tidak salah dengar. "Deandra?"

Saat di kelas, semua teman Rean mengucapkan bela sungkawa kepada Rean. Pada hari pemakanan Deandra, semua teman Rean tidak diperbolehkan melayat oleh wali kelas mereka. Mereka hanya mengirimkan video yang di rekam oleh wali dan ditunjukkan kepada Rean saat melayat. Namun para orang tua teman kelas Rean semua datang melayat. Bahkan ada sahabat Rean juga datang.

"Jadi main kerumah?" tanya Lian saat berjalan keluar dari kelas. Lian, Julian Qian yang sebenarnya 1 tahun lebih tua dari Rean namun masih sekelas dengan Rean.

"Jadi, mau ketemu sama Nenek juga," jawab Rean singkat. Lian menatap Rean dengan tatapan khawatir. Rean masih terlihat sedih. "Tenang, Rama sudah bilang ke Mama, cuma bentar aja,"

"Kak Rean!" sapa seorang gadis kecil dengan girang menghampiri Rean. Anak manis kelas 2 itu didampingi teman kelas Rean yang lain, Lilyana Tanuka.

"Hai, Ren!" Rean membalas sapaan adik Lily dengan senyum manis sambil mengacak rambut Rena.

"Kak Rean mau ke rumah Rena juga? Nanti belajar sama Rena lagi, ya?" kecerewetan Rena membuat Rean bisa tersenyum lagi.

Adik Lily, Rena, Renata Tanuka memang bisa membuat Rean sibuk dan mungkin saja karean Rean ingin memiliki adik sejak dulu. Melihat senyum Rean kembali, membuat Lian dan Lily saling berpandangan lega. Paling tidak ada hal yang membuat sahabat mereka tersenyum kembali.

Dari belakang Deandra tersenyum melihat anaknya yang memiliki sahabat yang sangat peduli dengan Rean. Deandra mengenal Lian dan Lily sudah sejak mereka kelas 2 dan mereka selalu sekelas dengan Rean. Mereka bersahabat dengan baik. Terlebih Lian yang terlihat sangat dewasa dari teman-teman sebayanya yang lain. Dan yang membuat Deandra menyukai Lian adalah karena anak ini sangat peduli dengan Rean.

"Jadi, Rean kerumah Lian? Minta dijemput jam berapa?" tanya Deanita saat Rama memberikan laporan kepada majikan cantiknya itu.

"Iya, Nyonya. Tadi Tuan Muda Rean meminta untuk dijemput jam 3 sore." jawab Rama yang masih berdiri di depan meja makan.

Mendengar itu, Deanita hanya menghela nafas. Dia hanya tidak ingin jauh dari anak semata wayangnya. Tetapi dia tahu, anaknya juga butuh teman yang mungkin bisa menghiburnya. "Baiklah, jemput tepat waktu. Keluarga Nyonya Ratama juga orang baik, nanti bawakan kue dari Toko Tante Mey, biar saya telfon nanti." kata Deanita yang langsung melanjutkan makan siangnya.

"Baik, Nyonya. Saya permisi," Rama pamit setelah mendapat perintah majikannya.

Selesai makan siang. Deanita membereskan rumah. Sudah tidak ada orang yang melayat. Keluarga dan teman-teman sudah aktivitas sebeperti semula. Mama mertua Deanita masih sering berkunjung disaat mendekati makan malam bersam anggota keluarga yang lain. Keluarga Deanita sendiri juga masih menemani Deanita di malam hari.

Dan jika pada siang hari semua orang sibuk dan rumah Deanita terasa sepi. Hanya ada Rama yang sesekali menunggu kepulangan Rean jika tidak ada perintah dari Arif, Ayah Deandra, mertua Deanita.

Deanita duduk di kursi patio rumah. Memandangi foto dirinya bersama mendiang suaminya. Sedih yang Deanita rasakan. Di slide tiap display foto pada ponselnya. Deanita menahan tangis. Berusaha tegar agar mendiang suaminya tenang di alamnya yang baru.

Deandra yang berdiri dihadapan Deanita tidak kuasa menahan air mata. Istrinya masih sangat mencintainya. Ingin sekali Deandra memeluk Deanita. Tetapi tidak sama seperti kepada Rean. Deandra tidak bisa menyentuh Deanita.

Dan Deandra hanya bisa memandangi Deanita yang masih meng-slide foto-foto yang ada di gallery ponselnya. Sampai saat Deanita sampai pada satu foto. Dia berhenti slide dan terus memandangi foto itu. Deandra terkejut melihatnya.

Itu adalah foto Deanita bersama laki-laki diwaktu Deanita masih muda. Bukan bersama Deandra, keluarganya atau bahkan teman dekat Deandra. Tapi Deandra tahu betul siapa laki-laki yang tengah tersenyum memandangi Deanita yang sedang menatap kamera dengan senyum lebar.

"Kak Sony..."

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Update nya super lama... Terakhir kapan ya??
Kerjaan real life numpuk.
Uda jadi emak2 kurang fokus ngehalu di wattpad.
Tapi mayan, uda bisa edit chapter 2...

Kalo dipikir2... Masih absurd ya ceritanya..
Boleh dong kalian yang baca sampai disini kasih saran dan komentar...

See you next chapter... Entah kapan 🤣🤣🤣

(for) My Dean : Sequel of My Dean (Revising On Process)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang