Bab 2

115 25 5
                                    

The Langham, Jakarta.

Atlas Owen Hardjakusuma baru saja mendarat setelah penerbangannya dari Paris. Dua bulan menetap di sana membuatnya ingin segera kembali, Atlas bukan baru meninggalkan tanah kelahirannya. Sudah empat belas tahun ia pergi-terbang-kembali dan tidak menetap di pelosok negeri, lima tahun di Swedia, tiga tahun di Selandia Baru, enam tahun di Manhattan, Amerika Serikat dan kali ini Paris adalah rumah ke 5 setelah 3 negara dan satu di Indonesia.

Jika saja Atlas tidak ada urusan ke Jakarta, mungkin saja ia tidak akan pernah kembali menginjak kota ini, terlalu banyak memori baginya.

"Sudah sepuluh tahun, You just came suddenly, what's wrong?" Lucas Beckett datang menyambut Atlas.

"Apa yang kamu lakukan disini?" Atlas tersenyum sinis.

"Do I have to make an appointment to meet a friend?" Tanya Lucas.

"Well, see. I'm busy," jawab Atlas.

"Sibuk mencari tempat kabur selanjutnya?" Lucas dengan nada yang mengintimidasi.

"Wow, Lucas terima kasih atas pujiannya, but now, aku harus bertemu dengan orang tuaku. Kamu ingin ikut bertemu?" tanya Atlas.

"Nope, keluarga Hardjakusuma sangat menakutkan bagiku."

Lucas Beckett adalah sahabat Atlas sejak kecil, kedua keluarga mengenal satu sama lain, keluarga Beckett yang terkenal dengan bisnis olahraga seperti Golf, Tenis dan Sepak Bola. Tidak ada yang mengenal Beckett Family's seluruh Jakarta hingga Bali bisnis olahraga mereka menyebar dengan pesat. Lucas sangat mengenal sahabatnya terutama keluarga mereka yang menjalin hubungan baik.

"Have you heard the news?"

"What?"

"She is getting married." Ucap Lucas.

Atlas terdiam sejenak, "she will marry Samuel Achaari. Rival keluarga Hardjakusuma, Achaari akan merger dengan perusahaan Anne. Brides." Lanjut ucap Lucas menatap Atlas yang ingin meninggalkan kamar suitenya.

Lucas menghembuskan napasnya, dengan sabar ia berkata dan menjelaskan, "Anne tidak ingin pernikahan ini terjadi namun kesalahan dari keluarganya membuat Anne harus berkorban jika tidak perusahaan yang ia bangun akan bangkrut."

Atlas berbalik menatap Lucas, "that's none of my business, our relationship ended fourteen years ago. Aku tidak peduli dia menikah dengan siapa." Atlas bahkan tidak bisa menyebutkan nama Anne.

"Als, kamu tidak bisa menyiksa diri kamu sendiri setiap keluarga Hardjakusuma ingin menyentuh Anne, kamu kabur ke negara seperti tidak ada hubungan apapun dengan Anne. Itu sangat tidak adil bagi dirimu, Ayah Ashton lah yang—"

Atlas memotong kata-katanya, "Jadi, aku harus apa? Menolong nya untuk membatalkan pernikahan itu setelah empat belas tahun tidak pernah bertemu? Don't be silly Sam, aku tidak ingin bertindak bodoh."

"Or you will lose Anne forever, Atlas. Kamu tidak ingin pergi menemuinya? Menjelaskan masalah empat belas tahun yang lalu? Kamu kabur tidak akan menyelesaikan masalah Atlas, masalah baru akan datang seperti ini." Lucas menghembuskan napasnya dengan sabar.

Atlas mendengus dengan sinis, "Samuel tidak akan menikahi Anne, mereka bahkan saat kuliah pernah berkelahi. Sebentar, Samuel Achaari?" Ucap Atlas sadar.

"Yup, kamu masih mengingatnya? Samuel Achaari, yang pernah menampar Anne saat dia menolak sebagai pasangan, mereka akan menikah." Lucas duduk di sofa.

"Jika terlambat, kamu akan kehilangannya."

***

Dua bulan yang lalu.

"Kamu terlalu kecil mengetahui hal dewasa Anne, Papah akan memilihkan hak yang bagi keluarga kita baik." Hugo Edith—Jane. Ayah dari Vivienne Edith—Jane.

"Aku sudah tiga puluh empat, aku bukan anak kecil lagi Pah," Anne memegang tangan Ayahnya.

"Papah mohon kali ini Anne, bantu keluarga kita dari semua ini, setelah itu kamu akan bebas Anne. Maafkan Papah." Hugo menitikkan air mata melihat Anne menangis di pundaknya.

Hari itu mereka menemui Achaari untuk melanjutkan kontrak merger, Anne sangat ingat Samuel menamparnya dengan hebat setelah penolakan terlontar dari mulutnya. Samuel tampak berbeda setelah lulus kuliah mereka tidak pernah bertemu.

"Miss. Samuel Achaari dan keluarganya sudah menunggu di ruang tunggu," ujar sekretarisnya, Naomi.

Anne masih terkejut mendengar nama Samuel, "Oke, terima kasih Naomi."

Naomi lalu membuka pintu ruang tunggu dan Anne melangkah masuk untuk menyambut tamunya.

Anne menatap keluarga Achaari dan keluarganya berbincang dengan keras di dalam ruangan ini, suara dan suara kepalanya bertabrakan. Anne menarik napas panjang dan mengeluarkannya secara perlahan, ia tahu, hidup nya akan berakhir, Samuel menatapnya dengan tajam tepat di hadapannya.

"Baik, dengan pertemuan keluarga besar ini, saya harap dengan terjalinnya kedua keluarga ini, akan menambah keluasan dari perusahaan yang akan merger." Hugo mengangkat segelas champagne.

"For Achaari and Jane."

***

Je T'aimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang