Perfect Mistake

35 1 0
                                    

11 Desember 2016

Aku sudah memikirkannya berulang kali, hubungan ini tidak lagi bisa diteruskan. Sebuah pesan singkat yang menyebalkan ku kirimkan ke Handphonenya. Kenapa tidak menelepon? Mana bisa aku berbohong secara langsung kepada perempuan nomor satuku.

5 Desember 2016

"Kamu kenapa? Bosan?"

Perempuan itu hebat. Dia bisa dengan cepatnya merasa ada perubahan pada sikapku belakangan ini. Padahal aku sudah bersusah payah untuk menutupi semuanya. Mau bagaimana lagi, dia sudah mengenalku terlalu lama.

Tahun ini adalah tahun ke lima sejak kami bertemu pertama kali. Aku masih mengingatnya. Dia adalah seorang perempuan cantik idola semua laki-laki disekolah. Sedangkan aku, hanya seorang pemimpi yang berharap bisa sedikit saja dekat dengannya. Tapi, aku selalu percaya pada sebuah kalimat yang diutarakan oleh Andrea Hirata pada salah satu bukunya,

"Bermimpilah, karena tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu".

Kalimat itu benar. Beberapa waktu setelahnya, tuhan benar-benar memeluk mimpiku. Lalu aku memeluk perempuan itu. Resmi menjadi seorang pacar. Semenjak saat itu aku tidak pernah lagi meremehkan sebuah mimpi. Apapun bentuknya.

06 Desember 2016

"Hai!", Keesokan paginya setelah sholat shubuh, aku akhirnya membalas pesannya.

"Kemana aja?"

"Aku sibuk nih"

"Ngapain?"

"Aku lagi bikin cabang kedai kopi punyaku. Capek banget tau ngurusin banyak hal", aku beralibi. Tidak banyak alasan yang bisa kubuat.

"Pantes... kamu jaga kesehatan ya!"

Sudahkah ku ceritakan bahwa selain cantik, dia merupakan perempuan yang baik? Kalau dilakukan sebuah penilaian tentang sebanyak apa kebaikan di dalam dirinya, dengan skala 1-10, maka perempuan itu berhak mendapat nilai 18. Terlalu tinggi? Tidak ada hal yang terlalu tinggi untuk bidadari.

09 Desember 2016

Aku sudah mengumpulkan keberanianku untuk mengatakan kepadanya. Sayangnya aku belum menemukan alasan yang tepat kenapa hubungan kami harus disudahi. Akhirnya yang aku lakukan hanya mengirimkan sebuah pesan singkat yang menyebalkan.

"Kita putus ya"

Setelah mengirim pesan itu, aku menghilang.

23 Desember 2016

"Besok aku mau ke Surabaya"

Sebuah pesan masuk ke handphoneku. Sebenarnya pesan itu menarik perhatianku. Tapi Aku tetap mengabaikannya. Dia tidak akan mampu menipuku. Kebohongan sederhana itu tidak akan menggagalkan rencanaku.

24 Desember 2016

"Aku mau kita ketemu. Sekali lagi aja sebelum kita putus. Aku mau kamu jelasin salahku dimana"

Pesan lanjutan masuk kembali ke handphoneku. Hal yang mengejutkan adalah perempuan itu turut mengirimkan sebuah boarding pass setelah dia mengirimkan pesan tersebut. Ah, bodohnya aku karena berpikir dia berbohong. Aku harus berpikir cepat. Aku benar-benar butuh sebuah alasan kuat untuk membuatnya menyerah.

Aku melihat waktu kedatangan pada boarding passnya adalah pukul 18.00 WIB. Maka, aku akan membuat skenario terbaik untuk mematahkan hatinya. Aku sudah selesai mengedit sebuah undangan pernikahan. Tentu saja kuganti dengan namaku. Lalu bagaimana dengan nama perempuannya? Aku mengambil nama sepupu perempuanku yang baru saja lahir, "Ahad Nur Jannah". Aku akan mengirimkan undangan itu melalui Whatsapp beberapa menit sebelum pukul 18.00 WIB. Jadi, ketika nanti dia sampai, hal pertama yang dilihatnya adalah undangan tersebut. Jahat memang. Tapi sekali lagi aku tidak punya pilihan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 17.55 WIB. Aku mengirimkan undangan itu langsung ke handphonenya melalui Whatsapp. Pukul 17.57 tanda centang pada undangan yang ku kirim berubah menjadi biru. Dia sudah membaca pesanku. Hingga keesokannya harinya, dia tidak membalas sama sekali. Syukurlah, dia akan secepatnya menemukan penggantiku. Semoga saja.

Eh, sudah kah kuceritakan alasan kenapa kami harus putus?
Sebulan yang lalu aku melakukan check-up ke rumah sakit. Hasilnya mengejutkan. Ternyata aku mewariskan kanker usus milik bapakku. Bapakku sudah meninggal 2 tahun yang lalu. Dokter mengatakan bahwa peluangku untuk sembuh tidak banyak.

EPILOG

Siang ini ada dua surat yang dikirimkan kerumahku. Satu berasal dari rumah sakit yang mengatakan bahwa hasil checkup terakhirku mengatakan bahwa aku sudah sepenuhnya sembuh dari kanker. Perkiraan dokter salah. Satu surat lainnya adalah sebuah undangan pernikahan antara "Maria Christianty" dan "Nicholas Kawindra".

Aku kehilangan perempuan nomor satuku. Selamanya.

Cerita Panjang di Hidup yang SingkatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang