Happily Ever After

22 0 0
                                    

PROLOG

Aku telah melakukan sebuah kesalahan besar. Hasilnya adalah aku kehilangan perempuan nomor satuku. Namaku Ahmad, dan aku tidak ingin menyesal untuk yang kedua kali.

Hari ini adalah hari pernikahan Maria. Aku telah berada pada sebuah gereja besar yang sangat megah yang berada di salah satu sudut Surabaya. Ini pertama kalinya aku memasuki gereja. Dan sialnya, aku justru malah ingin membuat keributan.

Aku mengenakan sebuah kemeja hitam dengan dibalut oleh jas hitam pula. Sangat kontras dengan jas dan gaun yang dikenakan oleh orang-orang lain yang ikut hadir disini. Dalam undangan pernikahan memang sudah tertera bahwa Dresscode yang harus digunakan adalah putih. Aku tak peduli kalau orang-orang mengira aku sedang berkabung. Toh pernikahan Maria memang salah satu hal paling menyedihkan untukku.

Sebuah rencana hebat sudah kupersiapkan untuk membatalkan acara pernikahan ini. Sebenarnya, rencana ini adalah kebalikan dari rencanaku dulu ketika ingin putus dengannya. Kalau waktu itu rencanaku adalah menyiapkan kebohongan, maka kali ini rencanaku adalah menyiapkan kejujuran.

Ketika Maria tiba nanti, aku akan langsung mendekatinya dan mengutarakan kebenaran yang selama ini dia tidak tahu. Mungkin setelahnya Maria akan sangat marah. Atau mungkin sangat sedih. Entahlah. Tapi yang pasti aku yakin Maria akan memaafkanku.

Lalu bagaimana dengan semua keluarga, tamu dan pesta meriah yang sudah dipersiapkan ini? Semoga Maria tidak terlalu memikirkannya. Lagipula keluarga dan tamu bisa kembali dikumpulkan diesok hari, pesta pernikahan juga bisa kembali dirancang dengan lebih meriah. Yang sulit adalah memastikan calon pengantinnya.

Bagiku, menikah hanyalah dilakukan sekali seumur hidup. Oleh karena itu, ketika Maria sudah resmi menjadi seorang istri. Maka aku tidak akan merendahkan diriku untuk memohon sekali lagi.

Ini adalah kesempatan terakhirku. Biar saja aku dianggap jahat. Mau bagaimana lagi? Sebuah kesalahan harus ditebus. Atau kesalahan itu akan menghantui untuk waktu yang lama. Perkara berhasil atau tidak itu urusan belakang. Bukankah lebih baik menyesali apa yang sudah kita lakukan dibanding menyesali apa yang tidak pernah kita lakukan?

Setelah menunggu hingga hampir satu jam, waktu yang ku nantikan akhirnya tiba.

Maria datang dengan gaun indah dan senyum yang juga tak kalah indahnya.

Aku membatu.

EPILOG

Sebelum Maria sempat melihatku, aku menyembunyikan diri. Sempurna menghilang diantara banyaknya tamu. Pernikahan ini tidak boleh dibatalkan, dan senyum Maria tidak boleh dipatahkan. Maria berhak berbahagia selamanya.

Tingkat paling tinggi dari mencintai adalah merelakan. Aku mencintai Maria. Aku merelakan Maria.

Cerita Panjang di Hidup yang SingkatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang