Sudah lama sekali aku melepaskan kerinduan ku dari sang istri tercinta, Tiana, yang dalam 10 tahun lalu yang membuat diriku jatuh cinta padanya. Namun, dia harus meninggalkan diriku dengan seorang anak perempuan kesayangan kami. Setelah itu, aku mulai merasa jatuh di dasar laut, kekuatan melemah untuk berenang ke darat dan nafas mulai sesak. Aku mulai menyerah dan merasa tidak punya apa-apa di dunia, aku pun tidak tahan melihat putri ku sendiri karena dia mirip sekali dengannya. Keadaan ku mulai memburuk setiap hari, aku tidak mampu bangun di kamarku sendiri dan semua menjadi sakit bukan hanya yang ada didalam diriku.
Suatu hari di pagi hari, aku bangun dari tempat tidurku. Aku mengetuk pintu kamar putriku dua kali, namun tidak ada suara, aku mengetuk lagi, tidak ada respon lagi. Yang tidak aku sadari adalah pintu kamarnya tidak terkunci pada saat aku membukannya dan yang kudapati hanya tempat tidur kosong. Dengan bingung, aku mencarinya di beberapa ruangan sampai wajah ku bercucuran keringat, karena tidak bisa menemukannya. Aku mencarinya di sudut – sudut ruangan sampai depan rumah. Hari ini mulai terasa berat, aku mulai mencarinya di luar rumah seperti di sekolah, di taman, dan semua tempat – tempat kesukaaannya, tapi hasilnya nihil. Aku tidak mengerti, waktu malam hari, putriku masih bersama ku sampai waktu tidurnya. Terlintas pertanyaan di pikiranku, apa dia melarikan diri? Tapi, aku tidak melihat wajah sedih pada putriku dan aku tidak memarahinya malam itu. Banyak sekali pertanyaan di pikiranku.
Pencariaan mulai menghabiskan beberapa jam sampai aku harus beristirahat di kursi taman di waktu siang hari. Aku mulai berharap dan berdoa semoga putriku dapat ditemukan dan terganggu oleh kedatangan seorang pria tinggi, berjangkut, dan rambut bergelombang hitam di hadapanku dan mulai berkata dalam aksen britishnya. "Excuse me, sir," sapa pria tersebut. Sapaannya mengeluarkan diriku dari alam bawah sadarku, "Ah, yes. How can l help you?" jawabku
"My name is Trish Anderson, can I have a word with you?" tanya pria tinggi itu. Aku menganggup dan pria itu duduk di sebelahku. "Aku teman sebaya Tiana, dahulu kami tinggal panti asuhan yang sama, " kata pria tersebut dengan suara rendah. "Really? Dia tidak pernah menyebutkan dirimu," lanjutku dengan bingung. Selama hidupku dengan Tiana, aku tidak pernah cerita bahwa dia memiliki teman saat di panti asuhan
"Memang. Kami berpisah di umur masih muda."
"Benarkah? Mungkin dia pasti ingat padamu."
"Entahlah. Aku juga disini ikut berduka tentang istrimu."
"Terima kasih. Apa yang kau lakukan setelah berpisah dengannya?" aku pun bertanya dengan pria tinggi itu.
Aku tidak sadar bahwa pria tinggi yang disebelahku ini benar – benar menarik perhatianku. Kami mengobrol seperti kawan lama, aku merasa semua tekananku mulai meringan. Saat diakhir percakapan kita, aku baru saja menghabiskan waktuku dan sama sekali belum menemukan putriku. " Astaga ! Aku harus pergi, senang bertemu denganmu, Trish, " kataku mengakhiri percakapan. Saat bangun dari kursi, pria tersebut berdiri pada saat aku berjalan beberapa sentimeter darinya.
Aku tidak tahu apa aku sedang waras atau tidak, tapi demi Tuhan aku bisa menangkap ucapannya dengan jelas,
"Kenapa ? Bukannya kau sedang menikmati hari tanpa tekanan sedikit pun. Aku terkejut kau masih ingin mencari putrimu".
Seketika wajahnya menatap tajam padaku yang membuat atmosfer berubah. Aku pun sadar bahwa sebenarnya aku benar – benar waras karena aku tidak pernah bilang kalau aku masih mencari putriku. Aku terdiam dengan perkataanya. " Darimana kau... Siapa kau ? Kau apakan dengan putriku ! " perintahku lagi tapi aku berteriak dengan pria itu. Aku tidak tahu apa yang ada dipikiranku, tapi aku merasa darah tinggi. Aku mulai memukulnya dan menyerangnya bagaikan macan yang mencabik – cabik mangsanya sampai tubuhnya jatuh. Tidak lama kemudian, orang – orang di sekitar taman menahan ku dan pria tinggi tersebut.
"Lepaskan! Dia menculik putriku!" perintahku
"Tunggu dulu, aku tidak menculik putrimu, aku bisa menjelaskannya," kata pria itu dengan terkejut.
"apa yang kau harus jelaskan? kau menculiknya-" sebelum aku menyelesaikan kata - kata ku, muncul seseorang yang tidak kupercaya, Santi, putriku langsung berada dihadapanku. "Tunggu, Ayah! Jangan sakiti dia!" teriaknya. Orang - Orang mulai melepaskan aku dan Trish. "Santi! Darimana saja kau? Aku hampir kehilanganmu," kataku lega sambil memeluk putriku, tapi putriku langsung mendorongku dengan wajah penuh kesal. Lalu, dia menghampiri pria itu dan berkata, "Dia ini ayah tiriku!" kata putriku. "Aku tidak mau tinggal dengan seorang ayah yang hanya mementingkan dirinya daripada anaknya sendiri," Santi berkata tanpa rasa takut. Aku pun langsung sontak tapi bukan hanya aku saja, Trish langsung terkejut.
"Santi! Itu ayahmu, kau tidak boleh berkata seperti itu," perintah pria itu kepada Santi. Aku masih belum mengerti apa yang terjadi. 'Sejak kapan Santi mengenal pria ini?' dibenak ku. Tunggu dulu.... 'kenapa Santi memarahiku, apa yang telah kuperbuat kepadanya?' terlintas dibenak ku lagi. "Santi, kenapa kau berkata seperti? ada apa ini?" tanyaku dengan shok.
"Kenapa tidak tanya pada dirimu sendiri, Ayah," putriku pun menjawab
"Sejak Ibu meninggal, kau berubah drastis. Senyuman Ayah berubah menjadi pemurung. Kau selalu menutup diri dariku. Setiap kali aku pulang sekolah, kau hanya melihat sekilas dan berbalik pandang dariku. Dulu kau adalah Ayah yang terbaik yang tidak dapat dimiliki anak lain, namun aku salah."
"Kau selalu berada dikamar mu daripada bersama ku. Aku pertama mengerti dengan perasaan Ayah, tapi kau lama - kelamaan mulai melebihi batas. Kau pulang lebih malam setiap hari. Kau selalu membentakku padahal aku tidak berbuat apa-apa. Aku ingat suatu malam yang tidak pernah kulupakan, dengan sinis seperti kau muak padaku dan berkata, 'seharusnya kau tidak disini dari dulu'. Aku lalu berlari ke kamar, menangis dan menutupi telingaku berharap bisa bersama Ayahku yang dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
New Familly
PertualanganAndre baru saja kehilangan istri tercintanya dan hanya memiliki seorang putri kesayangannya, Santi. Andre mulai merasa tertekan dan kesepian sejak istrinya meninggal, rasanya dia tidak ingin melepaskan kesepiannya. Dan tiba-tiba, putri kecilnya meng...