Aku bingung dengan perjalanan ini. Sekarang aku akan bertemu putriku bersama pria tinggi ini dan kita menaiki kereta. 'Tidak terlalu jauh, hah?' di benakku kesal, sudah lebih dari 15 menit dan belum sampai juga. Yang benar saja, aku baru saja dari kafe dan pria ini berhasil menemukanku, darimana dia bisa menemukanku? 'apa dia semacam cenayang atau peramal? Tunggu, kenapa aku membicarakan pria ini?' dibenakku lagi. Trish mengatakan bahwa kami akan turun di stasiun terakhir. Sekarang aku duduk berhadapan dengan pria ini dengan pemandangan gelap dari luar jendela dan para penumpang mulai keluar dari kereta satu demi satu sampai tersisa kami berdua. Aku melihat arah jendela, lalu melirik pria di hadapanku yang sedang membaca buku dsri kantung kecilnya. Aku tidak merasa canggung dengan pria ini, hanya saja tawarannya tadi di kafe membuatku berpikir, jika dia bisa membantu dengan keuanganku, aku bisa membayar hutang-hutangku dan bisa kembali bekerja seperti biasanya, tapi aku akan berhutang budi padanya terutama aku tidak ingin merepotkannya. 'Apa aku harus menerima tawarannya?' dibenakku berpikir.
"Trish, memang kau bisa membohongi ku, ya?" tanyaku secara tiba-tiba. Sepetinya dia menerti maksudnya. "Oh, ya. Maaf aku bilang rumah ku agak dekat," jawab Trish memaafkan.
"Trish, kau tidak harus berbohong dan memaafkan ku terus-menerus. Lagipula, kita bukan orang asing dan kau tidak harus menembus kesalahanmu pada istriku. Tiana adalah wanita yang baik dan rendah hati, dia pasti sudah memaafkanmu di atas sana. Istriku selalu mementingkan masa depan daripada masa lalunya dan sebenarnya aku yang salah," kataku dengan nada suara rendah.
"Aku membuatmu terlibat dalam masalah ini, aku seharusnya menjadi ayah yang baik dan Santi bisa menjadi anak yang bahagia. Aku bisa menafkahi anakku dan bisa membayar hutangku sendiri, tapi sekarang aku sudah menjadi orang buruk pada anakku. Kau tidak salah-"
Secara tiba - tiba panggilan stasiun terakhir pun berbunyi, kami langsung bangun dari tempat duduk dan keluar dari kereta. Kami menaiki taksi selama 5 menit, lalu sampai kediaman pria ini. Aku benar-benar tidak percaya, rumahnya mewah dan modern seperti rumah di Eropa. Trish pernah berkata dia dulunya seorang penulis dan bukunya laris di pasaran, namun dia mulai jarang menulis, karena dia menjadi kepala sekolah di suatu sekolah seperti yang dia ceritakan. Kukira dia bercanda ingin membiayai ku dan putriku, ternyata dia benar - benar serius dengan tawarannya. Aku mulai menyadari bahwa bodohnya aku menganggap dirinya seorang cenayang atau peramal.
Kami memasuki rumahnya yang megah yang di depan kita ada pintu yang besar. Membukanya pun aku merasa takjub dengan ada didalamnya. Ruangan tamu agak sempit, tapi saat memasuki ruang keluarga itu benar - benar sangat luas, disebelahku ada dapur dan meja makan yang megah, tapi aku bingung kenapa ada 4 kursi di meja makannya. Dan tentu rumahnya 2 lantai. "Trish, apakah kau sendiri di rumah ini?" aku pun bertanya karena dia sebenarnya masih single dan memiliki rumah sebesar ini . "Ya.. tidak juga sih, aku memiliki pembantu yang tinggal disini, Dalia dan anaknya Reno. Dalia pernah menjadi asistenku saat aku masih menjadi penulis. Setelah aku jarang menulis, dia tidak tahu bekerja di mana dan masa kontrak rumahnya sudah habis, jadi aku membantunya untuk menjadi pembantuku," jelas Trish dengan panjang.
Saat kami mengobrol, ada seorang wanita masuk ke dapur melalui pintu di ruang keluarga, "Astaga ! Tuan, kau tahu jam berapa ini ! Besok kau harus ke sekolah untuk rapat!"bentak wanita itu "Dalia, bisakah kau cancel rapat ku besok ? aku ada hal lain yang ingin kulakukan," jawab Trish "Oh, ini pasti mengenai anak itu ya ? Dan kau pasti ayah kandung, ya?" tanya wanita itu sambil melihat ke arah ku. "Kau pasti Andre kan ? Aku Dalia," kata wanita itu sambil girang menjambat tanganku. Wanita ini terlihat galak dan pemarah, tapi dia wanita yang baik dan ramah, terutama sangat peduli pada Tuannya. Aku menebak umurnya 40-an. "Dalia, tolong tinggalkan kami sebentar," kata Trish setelah dia menjambat tanganku. "Tentu saja, Tuan. Tapi setelah aku menyiapkan teh untuk kalian berdua. Kalian pasti lelah,"jawab Dalia sambil berjalan ke dapur. "Kau keberatan kan, Andre?" tanya Trish, lalu aku menggeleng tidak apa - apa.
...............
Aku berada di ruang keluarga sambil duduk di sofa keluarga, menghembuskan teh yang masih panas, sudah pukul 22.00 dan di luar masih turun hujan. Aku rasa putriku akan menginap disini, aku harap Trish tidak keberatan. Terpaku dengan turunnya hujan, lalu diganggu dengan masuknya Trish di ruang ini. Tatapannya lesu dan wajahnya pucat. Lalu dia duduk di sofa hadapanku. Dia menyapaku dengan tenang, lalu dia berkata dengan gugup, "Dia, maksudku, Santi belum mau menemuimu." Aku meletakkan teh ku, "Tidak apa-apa. Aku tahu dia akan berkata seperti itu lagi. Dan sekarang ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu, masih ada waktu sebelum aku pergi," kata ku membuat Trish terkejut kecil.
"Apa pergi ? Diluar hujan Andre, aku tidak mau kau dan putrimu kehujanan," kata Trish memaksa."Memang aku bilang ingin disini, Trish?" tanya ku mengertak.
"Dengar, Aku senang mendengar tawaranmu, kau pria yang baik, bertanggung jawab, dan peduli. Dan dengan mu, Santi pasti senang denganmu. Aku memutuskan kau untuk menjadi ayah tirinya. Aku minta kau, untuk melindunginya, membiayai kehidupanya, dan menyayanginya. Apa kau bisa melakukannya ?"
"Benarkah ?Aku bisa melakukannya. Dengan senang hati, aku akan bersama mu dan putrimu," kata Trish dengan tak terduga
"Kau tidak perlu bersamaku. Aku hanya minta kau menjaga Santi, bukan aku. Aku akan kembali kesini setiap bulan untuk menengoknya. Jika ada sesuatu terjadi padanya, panggil aku secepatnya."
"Tunggu, menengok ? Bukankah kau ingin bersama putrimu ? Kau tidak harus begini Andre."
"Kawan, aku sudah dewasa, umurku sudah lewat umur 10 tahun. Kau tidak perlu. Santi hanya membutuhkan sosok ayah. Kau sudah bersamanya 3 hari ini. Dan kau berhak menjadi ayahnya. Aku akan pergi dari kehidupannya jika dia ingin aku benar - benar menghilang. Setiap perbuatan yang kaulakukan, akan ada konsekuensi. Inilah konsekuensinya. Rawatlah dia, aku pulang dulu ya," kataku sambil bangun dari sofa menuju ke pintu depan.
"Kau ingin meninggalkanku, Ayah?" suara itu mebuatku menghentikan langkah kaki ku ke pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Familly
AdventureAndre baru saja kehilangan istri tercintanya dan hanya memiliki seorang putri kesayangannya, Santi. Andre mulai merasa tertekan dan kesepian sejak istrinya meninggal, rasanya dia tidak ingin melepaskan kesepiannya. Dan tiba-tiba, putri kecilnya meng...