Stop It

89 0 0
                                    

     "Aku tidak ingin Ayah pergi," perkataan itu membuatku membalikkan tubuhku dan ternyata putriku sendiri. Sepertinya dia mendengar percakapanku dengan Trish dari balik dinding. Dan saat yang tepat aku akan pergi, dia langsung menampakan dirinya. "Santi, apa yang kaulakukan malam begini? Kau seharusnya tidur, aku menitipkan dirimu pada pria ini, bukankah itu yang kau inginkan?" kataku dengan lembut. Aku melihat wajah putriku mulai berkeringat 

     "Ya! Aku ingin Trish menjadi ayah tiriku, tapi bukan dengan maksud kau harus pergi. Aku sedang kesal dengan Ayah dan berharap kau pergi, namun aku tidak mau seperti ini. Kau Ayahku, aku masih menyayangiku," kata Santi menjelaskan. Aku bisa melihat wajahnya mulai mengeluarkan air mata dan berkerut, lalu dia berlari ke arahku dan memelukku untuk tidak pergi. Aku pun membalasnya dan aku menghadap Trish di depanku, dia menggeleng dan aku pun hanya tersenyum kecil padanya. Senyuman kecil ini menampakan tangisan kecil yang membasahi pipiku. Aku melepaskan pelukan putriku dan mengusap rambutnya. Aku bangun dan langsung menuju pintu depan, Santi hanya berdiri saja, tapi aku tahu dia ingin sekali menahanku. Aku berjalan keluar, lalu mata ku mulai merasa lelah, kaki ku tidak tahan berjalan. Bahkan badanku mulai menolak berdiri dan jatuh pingsan. Trish mulai berlari ke arahku terkejut dan mulai menggendongku, aku hanya melihat dengan mata sipit Trish membawaku dengan nada panik memanggil Dalia. Aku pun menutup mataku dan tidak sadarkan diri.

                                                                          ...............................

     "Pola makan tidak teratur, kurangnya gizi seimbang, makan terlambat. Andre mengalami malnutrisi, dia hanya membutuhkan nutrisi yang teratur karena dia seperti belum makan selama berminggu-minggu."

     "Aku tidak tahu kalau ini akan terjadi pada Andre, kami pernah bekerja bersama, namun saat dia sudah beristri aku tidak bertemu dengannya lagi di rumah sakit."

      "Kau mengenal Andre ?" Tanya Trish pada Carren. Carren teman rekan kerjaku saat aku menjadi dokter. Seorang wanita setia yang berambut oranye, matanya berwarna kuning, dan cantik nya tidak bisa dipungkiri. Carren dokter di Raymond Hospitol, tempat kerja ku dahulu dan aku berbaring di tempat ini. Trish membawaku kesini kemaren malam, setelah aku pingsan. "Kau pasti temannya?" tanya Carren. "Pasti sangat berat untuk Andre, kepergian Tiana sangat membuatnya sedih. Aku tidak tahu kalau dia sudah punya seseorang lagi untuk menghilangkan kesedihannya," kata Carren sambil melirik matanya tersenyum pada Trish. Sesaat Trish merasa bingung dengan perkataannya, lalu matanya membelak

     "Apa?" Trish wajahnya mulai merah dan bingung.

     "Aha, aku hanya bercanda, kok. Ngomong - ngomong, bagaimana kabar Santi?"

     "Dia baik-baik saja. Dia berada di kamar inap Ayahnya. Aku tidak terlalu tahu mengenai Andre, kami hanya bertemu kemarin dan kau mungkin bisa memberi tahu ku seperti apa Andre itu."

     "Hmmm... Dia orang yang baik, kadang dia punya masalah untuk mempercayai orang lain dan selalu bekerja sendiri, namun dia menjadi dokter yang handal di RS ini. Kami bertemu saat aku membantunya saat operasi pasienya dan setelah itu kami jadi teman dekat. Kami saling membantu satu sama lain dan sering mengobrol sampai suatu hari dia berhenti bekerja dan aku tidak mendengar tentangnya lagi. Oke, aku akan kembali mengecek keadaanya, aku akan segera kembali," kata Carren meninggalkan Trish di lorong. Trish berjalan dan membuka pintu kamar inap ku. 

    Trish terkejut melihat Santi tertidur di sebelahku yang berbaring belum sadar, lalu dia mengelus rambut Santi. Dia mengecap bibir nya "Kau tidak perlu pura-pura belum sadar, Andre," kata Trish sambil menatapku dengan curiga. 

     Aku membuka mataku tertangkap olehnya, lalu Santi bangun. "Santi, nak.  Maukah kau menunggu di ruang tunggu bersama Dalia ? Ada yang ingin aku bicarakan dengan Ayahmu," kata Trish meminta Santi. Santi menganggup dan meninggalkan ruangan tanpa berkata. Keadaan mulai berubah yang tadinya nyaman bersama putriku menjadi ruang introgasi saja, aku menelan air ludahku dan tanganku mulai terasa berat "Kau sudah bertemu Carren?" tanyaku. Dia mulai melipat tangannya dan melirik ke jendela "Oh, ya. Dia berkata kau mengalami malnutrisi,"jawab Trish dan aku bisa melihat betapa kesal dia. "Masa? Padahal aku selalu sehat," jelasku berbohong.

     "Andre, kau bilang kau baik-baik saja. Kenapa kau harus membohongiku? kau bilang sendiri kalau kita bukan orang asing. Kau dokter, tapi tidak bisa menjaga dirimu sendiri," bantah Trish

     "Ya, aku tahu maksudmu. Tapi apa yang aku harus berbuat? Aku baru saja kehilangan seseorang yang paling kucintai dan tagihan dan hutang ku mulai menumpuk,kau tahu,"  membalas bantahannya

     "Argh, kau seperti anjing melolong belum makan saja! Kau seharusnya tidak usah terlalu dramatis seperti ini, aku tahu kau sedih, tapi bukan maksud kau harus depresi selamanya. Kau masih memiliki seorang anak, kau benar-benar butuh seseorang untuk menjagamu!" Trish balik membantahku. Trish, orang yang sopan dan baik berubah menjadi kebalikannya. Aku merasa agak emosi dia mengejek, tapi di benakku dia ada benarnya. Trish membongkar semua kesalahanku tanpa takut dan berlagak dia tahu semua. 

     "Kenapa kau berkata seperti itu? Jika kau kesal denganku, kau tidak usah memikirkan ku! Aku lebih baik sendiri daripada bersamamu!"

      "Oke, baik. Aku tidak usah bersamamu jika kemauan mu begitu. Tapi yang kumaksud adalah kau masih memiliki seorang anak berumur 7 tahun, 4 hari yang lalu kau memarahinya tanpa alasan dan berkata ingin meninggalkannya? Apa kau sudah gila? Tadi malam dia hanya mau bersama Ayahnya yang dulu dan kau berlagak menjadi Ayah buruk lagi dengan berkata 'aku menitipkanmu dengan pria ini'. Santi memang marah padamu, tapi dia menyayangimu daripada aku. Karena dia tahu siapa Ayah aslinya!" bantah Trish. 

     Lalu kami beradu argumen satu sama lain tanpa henti, lalu terganggu dengan pintu kamar yang  terbuka. Kami langsung terdiam dan masuk Carren. "Oh! Apa aku mengganggu kalian berdua,"kata Carren serasa dia seperti sedang menggoda. "Carren! Ini bukan waktunya untuk bercanda! " teriakku . "Haha, itu Andre yang kukenal. Teman mu ini bilang kau seperti sudah tidak bisa ditolong lagi, tapi aku tidak percaya itu," kata Carren sambil tertawa. Perkataanya itu membuatku terdiam. Aku tidak percaya Trish berkata itu pada Carren, membuatku agak malu. 



New FamillyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang