TO ALL MY BELOVED READERS...
----------------------------------------
Semua murid pulang ke rumah masing-masing. Soalnya bel telah berbunyi sebanyak empat kali. Aku dan ketiga sahabatku langsung menuju parkiran dan masuk ke mobil Karenz. Di mobil, mereka langsung men-double seragam mereka dengan cardigan yang sengaja dibawa karena mau belanja.
"Kayaknya lo deh Lin, yang paling semangat." kata Kissy.
"Kok gue? Nggak ah."
"Apanya yang nggak? Jelas-jelas elo yang dari tadi sibuk milihin baju." timpal Karenz.
"Perasaan lo aja kali. Gue biasa-biasa aja kok. Gue emang nggak punya baju bagus sama sekali, makanya rempong."
"Biasa-biasa gimana? Buktinya kemaren lo maksa-maksa gue minta temenin belanja. Lo bilang kan mau nge-date sama Deja. Mimpi keleus. Hahaha." Kesha ikut nimbrung.
"Nah, iya. Itu pun kalo bisa... Jadi wajar dong kalo gue pengen tampil secantik mungkin." Aku berbalik, "Makanya lo semua doain gue dong!"
Kissy menjawab, "Kapan sih kita nggak pernah doain lo? Tapi biar lebih afdol, lo doa aja sendiri. Emang nih si Kalin, udah dikasarin, tetep aja lemah sama Deja. Ckckck."
"Namanya juga sayang, beb. Bilang aja lo nggak mau doain gue ya kan? Tapi, kalian restuin gue nggak nih? Gue udah terlanjur cinta mati nih sama Deja."
"Emangnya lo mau langsung married sama Deja? Jadian aja kaga." tanya Kesha.
"Ya kan gue minta restu dulu dari kalian. Jadi kalian restuin gue kan?"
"Kita restuin kalo lo ga nangis-nangis tai kucing kayak biasanya."
"Ngokeeehehehe...."
***
"Gimana?" tanyaku sambil memutar badan yang telah kupakaikan dress tanpa lengan warna turqoise kepada tiga sahabatku setelah bolak-balik ruang ganti berkali-kali. Tapi kali ini sepertinya aku cocok.
"Sip. Gue suka yang ini. Bagus Lin." kata Karenz sambil mengancungkan kedua jempolnya. Disusul anggukan Kissy dan Kesha tanda setuju.
"Hmm... kalo diliat-liat, kayaknya lo emang lumayan cantik juga ya, Lin." kata Kesha.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Enemy is My Prince
JugendliteraturPROSES EDITING RANK 34 IN "CERITA FIKSI" ------------------------------ Benci dan cinta memang kata yang berlawanan arah. Tapi siapa yang sangka Kalin terjebak dalam situasi ini. Dimana awalnya dia mengganggap Deja adalah 'love at the first sigh' ny...