Jam pulang sekolah.
Aku baru keluar kelas saat aku lihat di depan gerbang sekolah banyak orang-orang berkumpul seperti sedang menonton sesuatu, aku berjalan mendekat.
"Kamu harus bayar tagihan Ayah kamu yang masih nunggak!" Suara seseorang lelaki terdengar begitu nyaring sampai membuatku semakin penasaran dan mempercepat langkahku, sesampainya di depan gerbang ternyata Rinai yang menjadi objek tontonan dengan seorang pria berumur sekitar 40-an di depannya, pria itu berperawakan tinggi besar dan muka yang tegas. Sepertinya pria itu yang kemarin aku lihat di dalam bis duduk dengan RInai.
"Saya ga punya uang Om" ekspresi Rinai terlihat takut sekaligus malu menjadi tontonan teman-temannya.
Ipam dan Mila menghampiriku.
"Rinai kenapa Gun?" Tanya Mila, aku hanya menggeleng sementara mata ku tak lepas dari Rinai dan pria itu.
"Saya ga mau tau, pokoknya kamu harus lunasin ini!" Pria itu melempar beberapa lembar kertas ke wajah Rinai.
Rinai menarik nafas sesaat,
"Om, Papa saya udah meninggal, saya mohon Om bisa ikhlasin tunggakannya. Kasian Papa saya disana" Rinai memelas.
"Enak aja, terus sama Saya kamu ga kasian? saya masih punya anak istri yang harus saya hidupin!"
"Kalau saya ada uang pasti udah saya kasih Om, tapi saya memang ga ada uang"
"Ga mungkin kamu ga punya uang sama sekali, mana sini tas kamu!" Pria itu menarik paksa tas yang dipakai Rinai sampai membuat Rinai hampir terjatuh.
Ipam yang melihat itu langsung bergerak ingin maju, tapi tangannya keburu ditahan Mila.
"Jangan Pam, kayanya kita jangan ikut campur lagian aku liat Bapak-bapak itu serem banget aku takut kalau kamu kalap malah kamu nanti yang habis babak belur"
"Tapi Mil Rinai digituin masa kita diem aja, iya kan Gun?"
"Buka urusan kita" Tapi tanpa aku sadari tanganku sudah mengepal geram sejak tadi.
"Apa?" Ipam tampak frustasi mendengar jawabanku.
Sementara itu pria itu kini mengobrak-abrik isi tas Rinai, mengeluarkan seluruh isinya. Begitu mendapatkan dompet Rinai dia langsung mengambil semua uangnya.
"Saya akan balik lagi nanti" Kata pria itu sembari melempar tas Rinai kearahnya kemudian berlalu pergi.
Murid-murid yang sejak tadi ikutan tegang menonton kini mulai ramai berbisik-bisik sambil memandang iba ke arah Rinai. Rinai jongkok dan memunguti barang-barangnya yang berserakan di tanah.
Begitu pria itu pergi Mila dan Ipam langsung menghampiri Rinai dan membantunya.
"Rinai, maaf ya tadi kita ga bisa nolongin kamu" kata Mila sambil menyerahkan dompet Rinai dan membantunya bangkit, dia hanya menggeleng sambil menyeka ujung matanya.
"Aku anterin kamu pulang deh" Kata Ipam kemudian diikuti Mila "Aku juga"
"Ga usah gue ga papa"
"Tapi aku khawatir sama kamu Rin" Kata Ipam.
"Dia ga akan balik lagi sekarang soalnya dia baru ambil uang gue"
"Itu laki-laki yang kamu ceritain ngikutin kamu di bis itu ya?" Tanya Mila.
"Iya"
"Kalo gitu biar Guntur jagain kamu pulang, Guntur!" Ipam memanggilku yang sejak tadi hanya melihat mereka dari jarak yang tak begitu jauh. Aku tau apa yang akan Ipam katakan kepadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINAI
Teen FictionRinai, gadis gila yang tega memfitnah Guntur sampai pria itu dikeluarkan dari sekolah. Namun nasib kembali mempertemukan mereka di sebuah desa kecil di pinggiran kota Jogja. Hidup Rinai berubah 360° dari gadis yang memiliki segalanya menjadi gadis s...