Gairah di Hutan Terlarang

9.6K 486 13
                                    

Aleera dan Alvin saling melempar kode. Kedua insan berlainan jenis itu, saling menatap dengan tatapan selayaknya singa kelaparan. Tanpa bicara mereka keluar dari air terjun, meninggalkan Hans dan Susan yang masih betah beredam di air terjun yang memiliki hawa sesejuk air embun di pagi hari.

Aleera yang memakai baju kekurangan bahan memudahkan birahi Alvin naik, mereka mencari tempat aman disekitar air terjun untuk menuntaskan nafsu binatang keduanya.

"Masa di sini sih?" Aleera memprotes ketika Alvin menarik tangannya untuk berlindung pada sebongkah batu yang sangat besar.

"Aku sudah tidak tahan lagi." Desah Alvin penuh nafsu, tanpa peduli dengan protes gadis itu. Alvin mulai mencumbu Aleera dengan penuh nafsu, tangannya meraba dan meremas aset berharga di tubuh seksi Aleera.

Aleera yang semula sempat memberontak, akhirnya pasrah membiarkan lelaki pujaannya itu menikmati tubuh indahnya. Tidak peduli tempat, nafsu keduanya kini sudah mendidih dan berteriak untuk segera dituntaskan.

Wusshh....

Angin kencang hadir secara tiba-tiba, Aleera membuka matanya dan membelalak ketika melihat sekelebat bayangan hitam disebuah pohon beringin yang sudah hampir mati. Mungkin usia pohon itu sudah puluhan tahun atau bahkan ratusan tahun, hingga membuatnya tidak mampu lagi untuk tetap berdiri kokoh di bumi Alas Setan ini.

"Berhenti!" Aleera mendorong kepala Alvin hingga membuat pria itu agak kesal dengan perlakuannya.

"Ada apa Aleera?" Gadis yang ditanyai, nampak gelisah.

"Sepertinya ada orang yang mengintip kita," kata Aleera, ia melangkah mendekati pohon itu diikuti oleh Alvin.

"Mana? tidak ada siapapun," ucap Alvin dengan jengkel, pasalnya ia harus menunda untuk melepaskan birahinya.

"Tadi aku lihat seperti ada orang disini." Aleera membantah, ia menyakini dengan apa yang dilihatnya tadi.

"Tapi buktinya tidak ada orang disini. Sudahlah sayang mungkin itu tadi hanya ilusi optik. Sekarang mari kita lanjutkan permainan kita." Aleera nampak bengong sesaat, ia memperhatikan sekelilingnya lagi.

Bulu tubuhnya meremang, ia bergidik ngeri. Ada hawa aneh yang seperti merasuk ke tubuhnya. Aleera tersentak ketika Alvin mencengkram bahunya. Pria itu menatapnya dengan kobaran birahi yang begitu menuntut.

"Aleera sayang." Suara Alvin teedengar serak, akibat nafsunya yang bergejolak.

Aleera yang mengerti menganggukkan kepalanya. Alvin langsung merebahkan  tubuh molek Aleera di reremputan,  di bawah pohon beringin yang konon dipercayai sebagai tempat tinggalnya makhluk halus.

Keduanya lalu menanggalkan pakain yang melekat di tubuh masing-masing. Aleera mendesah ketika Alvin memulai penyatuan dengan agak kasar. Rintihan dan erangan dua anak manusia yang sedang berpacu dalam birahi itu mengisi kesunyian Alas Setan yang seolah mati. Tanpa diketahui, mereka diawasi oleh sepasang mata berwarna merah yang berada dibalik rimbunnya dedaunan pohon beringin.

*****

"Sebentar aku mau pipis dulu," kata Aleera, setelah ia dan Alvin selesai bercinta.

"Lekaslah, aku tidak ingin Hans dan Susan kebingungan mencari kita," ujar Alvin sambil merapikan pakainnya, ia begitu puas menikmati surga dunia bersama gadis cantik dan ranum seperti Aleera.

"Jangan mengintip!" Aleera segera masuk ke dalam semak-semak, dirasa ini tempat yang pas ia segera menuntaskan panggilan alamnya.

Aleera terbayang dengan permainan panasnya bersama Alvin yang baru berakhir beberapa menit yang lalu. Alvin begitu banyak menumpahkan benihnya ke dalam rahim Aleera. Beruntung Aleera sudah lebih dulu meminum pil kb, jadi ia tidak perlu khawatir jika benih Alvin berhasil membuahinya.

Aleera kembali merasa seperti diawasi, dengan terburu-buru ia mengahampiri Alvin. "Ayo kita kembali ke air terjun," ujarnya, Alvin yang begitu puas dengan permainan yang diberikan Aleera tadi tak memperhatikan raut ketakutan di wajah gadis itu.

Sosok penunggu hutan itu semakin dibuat marah atas perlakuan Aleera yang benar-benar sudah melanggar aturan. Dengusan nafasnya yang mengembun dan geraman murka pertanda makhluk itu menaruh dendam pada manusia-manusia tak bertanggung jawab telah mengotori wilayahnya.

*****

"Kalian habis bersenang-senang huh," ucap Hans dengan nada menyindir, ia bukan manusia polos yang tidak tahu dengan apa yang baru saja Aleera dan Alvin lakukan.

"Kau sudah tahu pasti. Lalu bagaimana denganmu dan Susan?" tanya Alvin, menatap wajah Hans yang nampak kecut.

"Dia berkelakuan aneh selepas kalian berdua meninggalkan kami tadi. Lihatlah wajahnya nampak pucat." Aleera mengernyit dalam mendengar penjelasan dari Hans. Ia segera menghampiri Susan yang duduk mematung dengan posisi menghadap ke arah air terjun.

"Susan!" Sapa Aleera, menyentuh bahu kawannya yang nampak kaku. Ia memandangi ekspresi wajah Susan yang nampak aneh.

Tatapan mata gadis itu nampak kosong, suhu tubuhnya dingin menusuk. Aleera merasa ada yang tidak wajar terjadi pada Susan.

"Susan are you oke? bicaralah,"  bujuk Aleera, ketika Susan mengerjapkan matanya cahaya merah memantul sekilas dari bola mata gadis itu. Sesaat kemudian darah segar mengucur dari mata dan hidung Susan.

"Ya tuhan. Susan!" Pekikkan Aleera mengundang perhatian Hans dan Alvin yang semenjak kembali bertemu terus meracau seperti orang tidak waras.

"Kenapa Aleera?" tanya Alvin.

"Sesuatu terjadi pada Susan." Mereka yang memandangi Susan terhenyak ngeri, melihat teman mereka yang satu itu terlihat seperti zombie.

Hans yang mencintai Susan begitu panik melebihi siapapun. "Susan kau kenapa baby?" Hans menangkup wajah Susan agar gadis itu mau menatap matanya, sayang tatapan Susan terlihat kosong tak menggambarkan ada binar kehidupan disana.

"Kita harus segera tinggalkan hutan ini. Bawa Susan ke rumah sakit," kata Alvin.

"Hans kau gendong Susan. Sementara aku dan Alvin akan membawa barang-barang kita," ucap Aleera dengan panik, tanpa bantahan kedua pria itu melakukan apa yang dikatakan Aleera.

Setelah memastikan tidak ada barang yang tertinggal mereka dengan sesegera mungkin meninggalkan lokasi air terjun. Perasaan semua orang kini dipenuhi harap-harap cemas. Hanya Susan, tanpa disadari oleh ketiganya sudut bibir gadis itu nampak menyeringai.




Dikejar SetanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang