2.Hari Sial (2)

84 45 5
                                    

"Arrghh... Siapa sih yang melempar?" ia menjerit sakit sambil memegang kepala. Tawa mencari pelaku tersebut setelah melihat sahabatnya merintih.

Tawa berteriak pada anak-anak basket yang sedang berlatih di lapangan, "WOI... SIAPA YANG NGELEMPAR BOLA INI?"

"Gue." Seorang cowok mengaku dan mengacungkan tangan. Mengambil bola yang dibawa Tawa. berhadapan. Sedangkan Lara masih berada di belakang badan Tawa. Menatap jengah sang pelaku tersebut.

"Sorry gak sengaja," ujarnya menoleh pada Lara.

"Bisa main gak sih? Apes terus gue gegara lo," geram Lara. Ia menghampiri Tawa dan menarik paksa menuju kantin, menghiraukan Luka yang masih berdiri di depannya. Tawa tampak kebingungan dengan mereka berdua. Raut wajahnya seolah bertanya pada Lara tetapi gadis itu tidak mengacuhkan.
~ ~ ~

"Ra, tadi lo kenapa sih sama Luka? kok kayak musuhan banget gitu," tanya Tawa sembari memasukkan nasi goreng kedalam mulut.

Lara mengaduk jus mangga dan mulai menjelaskan kepada Tawa. Diawali oleh insiden terlambat, masalah UKS dan terakhir adalah bola yang mengenai kepalanya.

"Oh jadi gitu, gue kira tadi lo gak masuk, biasanya juga gak pernah telat. Terus waktu di lapangan gue liat lo lagi dihukum," Tawa mengangguk paham.

"Lo tadi tuh diliatin seantero warga sekolah tau gak sih? Ya kali seorang most wanted yang cool nya Naudzubillah gendong lo ke UKS Ra!" ucapnya hiperbola.

"Emang tadi siapa yang bawa gue ke UKS?" Lara mengernyitkan kening. Terkadang sifatnya yang 'bodoamat' itu muncul seketika dan membuat orang lain kesal.

Ya ampun neng masak kagak tau sih? Nih pasti gegara kebanyakan makan micin afrika ya? Lupa atau gimana!?

"Lah, lo beneran gak tau Ra?" Tawa membulatkan mata.

"Gak tuh," ucapnya santai.

"Ya ampun Larasati, ya siapa lagi lah kalau bukan si Luka." Tawa menyentil kening Lara.

"Aduh Ta... gausah nyentil juga kali." Lara mengerucutkan bibir. Jujur, dalam hati masih tak percaya jika Luka adalah orang yang membawanya ke UKS, setelah mengingat dia adalah penyebab insiden hari ini.

Maafkan Hamba-Mu yang satu itu Ya Tuhan, mengapa begitu LOLA?! Mohon berikan hidayah Ya Tuhan!

Lara bergumam singkat. "Eh bdw si gelis kemana?" Lara mengangkat sendok yang ia bawa. Berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Halah kayak gak tau dia aja lo, palingan sibuk sama mading-madingnya noh," jawab Tawa.
~ ~ ~

"Baik anak-anak cukup sekian pelajaran kali ini, Ibu akhiri. Terima kasih" Bu Dewi mengakhiri pelajaran dan meninggalkan kelas.

Pelajaran Dimulai sejak 5 jam yang lalu, kini para murid Xl Ipa 1 tampak sibuk mengemasi bukunya dan bersiap pulang, karena bel akan berbunyi sebentar lagi.

"Ra, lo bawa mobik gak?" tanya Gelis. Menoleh pada Lara yang masih sibuk dengan buku-bukunya.

"Iya bawa, kenapa lis?"

"Nahh sip. Gue nebeng sampek kafe halcone ya? soalnya ntar gue ada rapat sama anak tari di sana," pintanya pada Lara.

"Lah, kenapa gak di sekolah aja?" sahut Tawa.

"Aula Tari dipakek sama anak padus, terus kata Pak Anton suruh rapat di luar aja. Terpaksa deh gue sama yang lain nurut, daripada adu mulut lagi sama tuh guru," jelas Gelisah. Kepsek itu memang sangat pintar dalam berdebat, ia bisa saja membungkam lawan bicara dengan sangat mudah. Jika masalah lomba debat sahut bersahutan tidak mungkin ada yang menang melawannya.

Lara mengangguk menuruti. Tawa pun hanya ber-oh ria mengerti maksud Gelis.
~ ~ ~

Gelis membuka pintu mobil setelah ber terimakasih pada gadis itu. Lara terus melajukan kendaraan menuju rumah.

Saat sampai di rumah, ia langsung menuju kamar dan merebahkan badan. Keadaan rumah sangat sepi. Gia maupun Hani belum ada yang pulang. Lara sudah terbiasa sendiri, hal itu tak menjadi masalah baginya. Hari ini sangat melelahkan, ditambah harus bertemu dengan cowok pembuat sial.

~ ~ ~

AMATIRAN SEKALI
Tolong ingatkan jika menemukan
Ketypoan dan semacamnya.
Menerima kritik dan saran:))
Dont forget to vote n comment
See u in next part ya.

Thx guys, be happy❣️

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang