7.Rasa Bersalah

33 13 0
                                    

"Mbak Sari sayang, wahai pujaan hatiku, cintaku. Boleh ngutang lagi gak?" rayu Agem. Cengigiran.

Mbak Sari sedang mengantar pesanan kedua milik Sendu. Hari ini dia tidak mengutang. Pantas jika porsi makan meningkat. Nasi Goreng pedas ditambah Jus jeruk yang menyegarkan. Sangat sedap.

Agem. Sudah mengutang lalu berniat menambah pesanan. Dasar manusya! Kebangetan. Ya Tuhan! Hentikanlah acara hutang-mengutang ini. Lama kelamaan bangkrut sudah warung Mbak Sari.

"Gausah mbak! Suruh bayar aja." sela Sendu. Mendapat jitakan dari Agem.

"Diem lu kampret!" seru Agem tak terima.

"Sudah mas-mas. Kok malah bertengkar! Ya ngapunten nggh Mas Agem. Kan tadi sudah ngutang ya ndak boleh lagi to! Sehari satu kali wae. Untung-untung masih saya bolehin ngutang," jelas Mbak Sari dengan logat jawa nya.

Perempuan berusia 23 tahun itu memang
cukup cantik untuk menjadi penjual di kantin. Tak heran, jika Agem dkk selalu menggodanya. Sifatnya baik pula.

"Sip Mb..ak. Ra..sa..in lu Gem!" cerca Kalut. Mengacungkan jempol. Dengan mulut yang masih mengunyah makanan.

"Iya Mbak iya. Yowes ben lah," kata Agem, menirukan salah satu film yang telah rilis. Cowok itu menghela berat sambil melengkungkan bibir ke bawah.

Mbak Sari geleng-geleng melihat sikap mereka. Lantas beranjak pergi, tak ingin mendengar perdebatan tidak jelas itu.

"Udah woi, lanjutin ceritanya!" Sendu mengaduk jus jeruk.

"Enak aja, ada syaratnya dong!" celetuk Agem. Membuat Sendu menaikkan sebelah alis.

"Ribet lu, pakek acara syarat-syaratan segala."

"Apaan dah, cepet!" suruh Sendu. Memutar bola mata. Pasrah.

"Jadi gini, em...anu...eung...itu loh, gu-"

"Woi, curut. Lama banget lo," pungkas Kalut.

"Bentar napa! ini juga mau ngomong," Agem menipiskan bibir. Paksa.

"Gue minta nasi goreng lo, itu syaratnya. Gimana, gimana? Boleh gak?" tanya Agem. Sumringah. Menatap Sendu. Sementara yang ditatap menganga dan mengerjapkan mata berulang kali.

"Bangke, gue kira apaan njir. Basa-basi amat idup lo Gem." Kalut menggelengkan kepala sebanyak 3 kali. Takjub sekaligus heran dengan sifatnya.

"Dasar nyamuk cibubur! To the point aja kali!" sergah Sendu.

Agem terkekeh. Mengusap tengkuknya dan berucap, "Biar drama dikit lah."

"Korban tukang haji naik bubur lo Gem," hina Sendu.

"Ngomong aja gak bener! Ngatain temen," ujar Agem.

"Lo kebalik pea'. Tukang bubur naik haji yang bener budjang " sahut Kalut. Tertawa renyah.

Ya Tuhan? Mengapa ada orang macam mereka.

"Huahaha, ya mangap wan kawan. Gue kan bukan dia, yang korban drama." sindir Sendu. Melirik Agem.

"Yodah lah ngalah gue. Mau lanjut gak nih?" Agem meraih piring Sendu yang berisi nasi goreng tersebut. melahapnya cepat.

"Hoeh. Doyan apa laper sih lo?" Sendu menatap Agem yang sibuk makan. Heran.

"Dua-dua nya" jawabnya cepat.

"Cepet lanjutin ceritanya! " sahut kalut.

"Oke, ja..di gi...ni..si Ironma..n kan men.. gorba..nkan di..ri. Ter..us Tha..nos ma..ti gega..ra sen..jata..nya dia..mbil.. Iron..man," jelas Agem terbata-bata karena sedang mengunyah makanan.

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang