MPAYV*5

11 2 0
                                    

Melody.

Aku berjalan menurun tangga. Tadi mama memanggilku untuk makan malam.

Aku mencoba untuk berani menanyakan tentang siapa kakakku sebenarnya pada papa dan mama.

"Mel!" panggil mama.

Aku segera duduk di kursi dan menyantap makanan yang ada di hadapanku ini.

Aku sempat protes karena saat kami pindah ke paris mama selalu memasak masakan paris, sementara aku benci jika harus makan malam dengan roti dan keju.

Jadi sekarang mama tidak pernah memasak masakan paris untuk makan malam.

Setelah menghabiskan beef yang di buatkan mama, aku memberanikan diriku untuk bertanya.

"Mama! Papa!" ucapku dengan lembut.

"Iya? Kau ingin mengatakan sesuatu?" tanya papa.

"Apa papa dan mama akan menjawab pertanyaanku dengan jujur!?" nada ucapanku mulai bergetar.

"Tentu sayang. Kau tidak perlu ragu untuk bertanya." ucap mama seraya memegang pundakku.

"Mama Papa! Siapa kakakku sebenarnya!?" tanyaku dengan tegas.

Mama dan papa saling bertatapan dan papa kembali menatapku dengan serius.

"Kau akan mengetahuinya jika sudah saatnya!" ucap papa dengan lembut seraya mengelus rambut hitam legam ku.

"Tapi kenapa!? Kenapa dia tidak tinggal dengan kita!?" tanyaku menaikan sedikit nada bicaraku.

"Reviand Melodica." ucap mama dengan lembut seraya memejamkan matanya.

"Nama Melodica mu itu adalah keinginannya, dan dia pula yang memberikan nama itu!" ucap papa.

Aku terdiam.

"Saat kau lahir dia sedang memainkan pianonya. Yang sekarang merupakan Melan kesayanganmu!" ucap mama seraya menunjuk piano putih yang ada di ruang tamu.

Aku memang memberi nama piano itu dengan nama Melan, aku bahkan tidak tau kenapa aku memberikan nama itu.

"Mama melahirkanmu di rumah, karena papa menolak untuk melahirkan tuan Putri kecilnya di rumah sakit. Dia meminta tolong pada Dokter Helond, yang merupakan teman papa, dan dia juga yang membantu melahirkan kakakmu!" sambung mama.

"Melody! Kenapa dia tidak tinggal dengan kita karena dia menginginkan hal itu." ucap papa seraya menatapku intens.

"Kau kecelakan saat hendak pergi ke konser pianonya, saat kita masih di london." lirih mama.

"Dan kepalamu terbentur tiang dijalanan london, karena saat itu kau melompat keluar dari mobil kita yang remnya blong." jelas papa.

"Kau tau disaat yang sama kakakmu salah menekan tus..!" sambung mama.

Aku terdiam mendengar penjelasan mama dan papa. Fakta kalau kakakku itu ada memang benar, dia masih hidup tapi entah dimana.

"Mel! Dia bilang dia akan kembali saat kau sudah mengingat dirinya!" ucap mama.

"Ada seorang kakak kelas yang selalu membuntuti ku kemana-mana! Dia berambut hitam legam, dan namanya adalah Ferdian Reosdi! Kemarin aku melihat sesuatu saat dia memainkan lagu Nocture Opus 9 No 2." ucap ku dengan penasaran.

My Piano And Your ViolinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang