Empat 🌱

39 6 0
                                    

Detik demi detik terlewati sudah,kini hari mulai senja,yang semula sang dewi siang masih bersinar dengan terangnya,kini meninggalkan semburat awan merah yang menggantung dilangit sore.

Marcel kini sudah siap dengan t-shirt putih polos dipadukan dengan jaket berwarna army dan juga celana levis warna hitam tak ketinggalan sepatu converse putih menambah aksen 'kegantengan' nya. Tampak bahwa dia sedang mengotak-atik ponsel miliknya. Jari-jari Marcel kini menari-nari dengan angka hingga membentuk sebuah nomor telpon dan kemudian ia menempelkannya pada telinga kanannya.

"Gimana Rik? Udah selesai belum?" Tanyanya tanpa basa basi.

Orang yang sedang ditelponnya adalah Arik,dia adalah sahabat terbaik Marcel selama ini. Kalau dipikir-pikir dimana ada Marcel disitu ada Arik,begitupun sebaliknya. Arik tau semua tentang apa yang terjadi pada Marcel, Jessika dan Hana. Apapun yang terjadi intinya jangan sampai ada kata permusuhan,itulah wejangan yang sering Arik sampaikan pada Marcel.

"Udah bro, persiapanya tinggal 10% lagi selesai" Jawab Arik disebrang sana.

"Bagus kalo gitu gue percayain semuanya ke lo,intinya lo harus buat se-istimewa mungkin" Katanya membalas perkataan Arik.

"Ah ya..boneka pandanya jangan sampai lo lupain." Tambah Marcel mengingatkan Arik. Walaupun Arik mempunyai wajah yang tak kalah rupawan dengan Marcel tapi ia adalah sosok yang pelupa. Jadi kadang Marcel harus ekstra sabar untuk menghadapi sosok anak adam bernama Bryan Arik Firmansyah.

"Oh iya untung lo ingetin masih dimobil gue,hehehe.." Jawab Arik cengengesan.

"Untung gue sabar Rik, ya sudah kalo gitu, gue tutup dulu masih banyak yang harus gue urus," Pamit Marcel pada sohibnya ini.

"Okey bro,pokoknya gue nggak bakal bikin lo kecewa" Katanya mantab.

"Thank you sob"

▪▪▪▪▪

Jessika PoV

"Assalamu'alaikum abang"

Suara indah nan merdu milikku meluncur begitu saja tatkala aku membuka pintu rumah dan mendapati sepatu milik Bang Aron yang ia kenakan tadi. Artinya si abang receh itu udah pulang.

"Bang Aron? Abang dimana sih?" Panggilku lagi karena salamku tadi nggak dijawab sama dia,padahal kan udah pulang.

Niatku hendak memanggil asisten rumah tangga tidak jadi kulaksanakan karena sudah pasti abang lagi dikamar.

"Ihhh...dasar abang,pasti nonton drakor dikamar trus pintunya dikunci lagi,nyebelin ih" Kataku bermonolong pada diri sendiri.

Kulanjutkan langkahku menuju kamarku yang sempat terhenti. Kamarku berada di lantai 2 bersebrangan dengan kamar bang Aron. Rumahku memang tidak begitu mewah,tapi cukup untuk aku dan bang Aron juga 2 asisten rumah tangga- yang eyang kirimkan - tinggal. Karena aku kepo kenapa si abang nggak njawab salamku, ku ketok pintu kamarnya.

*Tok..tok...tok...

"Abang? Abang didalem nggak sih? Yuhuu? Ada gadis cantik nih nunggu diluar" Kataku.

"Woyy,siapa sih berisik banget. Ganggu orang aja" Teriak seseorang dari dalam kamar. Ini pasti orangnya. "Jessika diluar bang,nggak nyuruh masuk nih" Teriakku sekali lagi.

Kudengar derap kaki mendekat kearahku dan terdengar suara seseorang sedang membuka kunci pintu.

*Ceklek...

Dan keluarlah si tengil bang Aron. Kesan pertama saat kulihat wajahnya itu,ingin sekali ku tertawa terbahak-bahak sambil guling-guling dilantai. Percayalah bahwa Bang Aron tampak 'lucu nan menggemaskan'. Hidung merah,mata sembab,rambut acak-acakan,ini nih efek kebanyakan nonton drakor. "Hahaha....ini Bang Aron apa bukan sih?" Tanyaku dengan menahan tawa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SekarangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang