"Mengapa, mengapa dunia ini seakan tidak adil kepadaku?"
***
Sisil kemudian berkendara dengan kecepatan tinggi harap harap dia mengalami kecelakaan.
Sakit hati, hanya itu yang dapat menggambarkan suasana hatinya saat ini. Bagaimana mungkin Papanya menampar nya.
"Papa jahat banget sama Sisil, kenapa Pah? Apa Papa udah ga sayang sama Sisil?" dia menangis dibalik helm full face nya.
"Kenapa sih dunia enggak pernah berpihak ke gue? Kenapa dunia gak pernah adil ke gue?" teriaknya. Mungkin sudah beribu bulir air mata keluar dari pilipis matanya.
Saat ini motornya sedang menuju klub malam, tempat pelampiasan kesedihannya. Ia kemudian memasuki dunia malam tersebut. Ia langsung memesan beberapa gelas cooctail dan bir. Ia meneguk beberapa gelas sembari melihat betapa riuhnya orang orang berjoget seperti kesetanan.
Sisil kemudian menatap perempuan perempuan penari klub malam tersebut. Ia merasa kasihan dengan mereka karena harus rela menjual diri demi meraih uang.
Sisil kemudian menghidup kan sebatang rokok lalu menghisap dan menghembuskan kepulan asapnya ke udara. Ia masih teringat saat Papanya menamparnya hanya demi Lisa, ibu tirinya itu.
Tiba tiba ada seorang pria mendekati dia,
"Sisil?! Lo ngapain disini?" tanya pria tersebut sambil meraih rokok yang dipegang Sisil dan cepat cepat menginjaknya."Apasi lo Raka! Suka suka gue lah" seperti biasa Sisil tampak acuh lalu meminum sisa dari alkoholnya.
Raka adalah wakil ketua kelas di kelasnya Sisil dan merupakan most wanted di sekolahnya. Raka sendiri sudah sering berada di klub malam.
"Pulang Sil, jangan disini lo tuh cewe baik baik. Gue tau lo itu lagi depresi tapi bukan kaya gini caranya" ucap Raka sembari menepuk pipi Sisil.
Sisil memang tidak mabuk hanya setengah mabuk dan masih sadar.
"Bentar lagi" ucap Sisil.
"Sekarang Sil ini udah malem bego, bentar gue telpon si Rena dulu" Raka kemudian menelepon Rena untuk menjemput Sisil.
Beberapa menit kemudian Rena datang dengan wajah cemas. Langsung saja dia menghampiri Sisil yang setengah mabuk bersama dengan Raka yang coba menyadarkan Sisil.
"Eh Raka, gimana keadaan Sisil? Dia mabuk berat atau gimana sih?" ucap Rena agak panik pasal nya sahabatnya tidak akan mabuk mabukkan jika tidak depresi berat.
"Sisil kayaknya sih masih setengah sadar Ren, yaudah langsung bawa ke apartemen elo aja Ren. Gue takut dia kayak gini gara gara keluarganya. Urusan motor biar besok gue antar ke apartemen elo" ucap Raka.
***
Rena dibantu oleh Raka kemudian memasukkan Sisil yang sempoyongan ke dalam mobil.
"Thanks Rak, gue jalan dulu" ucap Rena sambil memasuki mobil.
"Seep, hati hati Ren" ucapnya sembari melambaikan tangan.
Mobil Rena perlahan lahan berjalan keluar dari area parkiran klub malam itu. Di dalam perjalanan Rena tampak sedih melihat kondisi sahabatnya itu, Sisil.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA
Teen FictionTidak mudah menjalani hidup tanpa adanya sosok orangtua terlebih lagi seorang ibu. Itu yang dirasakan oleh Sisilia karena mama yang dia sayangi telah meninggal dunia karena kanker payudara. Sehingga peristiwa itu membuat nya depresi. Dia menjadi seo...