"Some days i wish go back to my life when my Mom still life"
***
Sisil dan Nana berjalan ke arah kelas mereka. Banyak sekali siswa siswi yang memandang mereka. Sisil paling anti jika ditatap seperti itu.
"Sil, harusnya kamu nggak usah nolongin aku" ucapnya sambil menunduk.
Sisil tidak tau dia akan mendapat masalah setelah ini dengan gengnya Arkan. Ya Arkan, Adit, Revan dan Reno adalah satu kelompok yang disegani semua warga sekolah. Selain terkenal bad boys dan most wanted di sekolah, mereka juga merupakan tim basket disekolah. Mereka seperti sekumpulan orang orang yang membuat murid murid terutama wanita akan berteriak histeris jika mereka lewat.
Namun mereka juga termasuk tim pembully yang tidak segan segan mempermalukan orang orang yang menurut mereka cupu. Makanya tidak satupun warga sekolah ingin melawannya. Beberapa siswa sudah melapor atas tindakan Arkan dan teman temannya. Namun pihak sekolah seolah tuli karena ternyata pemilik sekolah ini adalah orangtua Arkan sendiri. Makanya pihak guru membiarkan kejadian bully membully ini terus berlangsung. Sampai Nana sekarang menjadi incaran kelompok mereka. Mereka itu bagaikan iblis yang senang jika orang lain menderita.
Sisil kemudian melirik ke arah Nana yang sedang termenung.
"Woi jangan bengong, ntar elo kesandung" ucap Sisil memperingatkan Nana.
Nana hanya tersenyum menanggapi Sisil. Ingin sekali dia memberi tau bahwa Sisil harus berhati hati dengan Arkan dan teman temannya namun keinginnya itu urung diucapkan karena Axel berjalan ke arah mereka.
"Sil, apa bener yaa kalo elo hajar si Adit?" tanya Axel. Jujur ia terkejut mendengar berita itu. Mungkin dia akan berpikir dua kali jika ingin membuat wanita ini marah.
"Engga kok, hoax" jawab Sisil enteng.
"Hoax gimana, sekarang Adit lagi di UKS Sil. Dengerin gue ya jangan pernah cari masalah sama mereka Sil. Mereka itu ngga segan segan lukain elo" Axel tampak khawatir kepada Sisil.
"Hmm" Sisil cuek padahal dia tau sebenarnya Axel benar benar khawatir dan peduli kepada dia. Tapi untuk sekarang Sisil masih bisa jaga diri.
"Nanti pulang bareng gue ya? Gue takut elo diapa apain sama dia" tawar Axel.
"Gausah kali gue dijemput sama supir" tolak Sisil.
"Sil elo ngga tau betapa bahaya nya mereka Sil. Mungkin saat ini mereka lagi ngintai elo. Pokok nya elo harus pulang sama gue, gye ngga nerima penolakan" ucap Axel tegas lalu berjalan melewati Sisil.
"Apaan sih, maksa bener" ucap Sisil kesal. Baru kali ini dia dipaksa melakukan hal yang tidak ia inginkan.
"Udah Sil, kamu tau sendiri Axel emang gitu orangnya. Peduli sama orang lain, idaman" ucap Nana sembari tersenyum.
"What?! Idaman? Apa jangan jangan elo suka lagi sama dia?" goda Sisil, seketika pipi Nana berubah berwarna merah. Mungkin dia malu.
"Apaan sih Sil, salah ya kalo aku kagum sama sosok Axel?" ucap nya sembari memperbaiki letak kacamatanya.
"Engga sih Na, lo pantes suka sama siapapun. Itu hak semua orang. Yaudah kita ke kelas yuk" ucap Sisil sembari merangkul bahu Nana.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA
Teen FictionTidak mudah menjalani hidup tanpa adanya sosok orangtua terlebih lagi seorang ibu. Itu yang dirasakan oleh Sisilia karena mama yang dia sayangi telah meninggal dunia karena kanker payudara. Sehingga peristiwa itu membuat nya depresi. Dia menjadi seo...