Seputar Omong Kosong

2 0 0
                                    

Lelah juga berlama lama untuk tertawa di depan layar. Hari ini merengek kesakitan tapi bibir melukiskan keceriaan. Lelah. Sudah aku pasrah, bukan aku menyerah. Mungkin lebih mudah dan lebih tenang. Aku tidak bisa. Ada yang bilang kata-kata ku dirubah menjadi belum bisa. Jangan pernah mengatakan tidak. Tapi belum bisa sama saja, sebab sekali tidak akan tetap begitu. Bangkit, itu hanya omong kosong. Aku terus berputar pada omong kosong yang sama, menyakitkan. Bukan main. Aku hancur berkeping keping.

Trauma pada kata percaya, kehilangan dan tak ada yang selalu tetap tinggal untuk sekedar bertanya kabar. Membuat ku kini ingin hengkang dari peradaban. Semua omong kosong, bangkit. Pasti bisa. Proses. Tunggu waktu tiba. That all is bullshit. Aku tidak memaksakan apapun. Termasuk berpura pura bisa tegar. Entah apa yang membuat ku merasa benar benar sendirian. Sepi dan hilang harapan. Jika tak mengingat dosa, mungkin aku sudah menjadi gila. Stop. Aku tak percaya pada siapapun, jangan menghibur ku dengan kata pasti bisa. Jangan membujuk ku dengan mengatakan aku sebenarnya kuat.

Tidak ada manusia yang mampu mendengarkan ku. Im a childish, I am a introver. Dan aku seorang manusia tidak berguna. Saat aku diyakinkan, aku sudah percaya, ternyata setelah ku coba. Aku kembali hanya berpura pura. Sakit ku sudah terlalu parah. Darah ku sudah terlalu pekat. Dan kaki ku sudah terlanjur lumpuh. Aku tak mampu berjalan kemana mana. Lantas apa lagi guna ku. Aku tak percaya apapun, pada siapapun termasuk diri ku.

Kenapa aku tak bisa kuat, tegar. Kenapa? Tuhan aku tak ingin meragukan keadilan dan kuasa mu. Hanya saja aku terlalu lelah untuk bersemangat. Aku butuh waktu untuk lemah. Apa lagi yang tak ku coba, tetap saja menyerah menjadi jawaban. Aku ikhlas jika aku sendiri. Menatap dalam kesakitan. Menempuh jauh rasa kepedihan. Aku tidak percaya, bisa bangkit. Sebab rasa kecewa sudah menghancurkan harapan demi harapan yang sudah aku bangun rapi. Bagi ku ini masalah yang rumit. Sudah ku putari jalanan di tengah hujan deras hingga badan mulai memanas. Obat lagi. Ya aku percaya, rasa sakit adalah teman setia. Aku suka kopi, senja, hujan. Sangat suka. Tapi sayang kini aku membenci setengah mati.

Aku melakukan apapun, tapi tetap saja hampa adalah bagian yang tak pernah menghindari ku. Cukup. Akan baik baik saja hanyalah sebuah omong kosong. Kini aku candu, pada rasa sakit yang ku nikmati.

AKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang