Aku adalah manusia yang selalu bertengkar dengan isi kepala ku sendiri. Kadang ini terdengar sangat aneh, tapi memang begitulah adanya. Hari hari ku dipenuhi rasa penyesalan, kadang ingin sekali menyerah atau bertanya pada dunia apa mau nya sebenarnya. Ambigu menjadi selimut setiap langkah ku. Tidur ku pun mulai kehilangan kenyamanan. Aku bisa semalan tidak tidur itu hanya karena mata ku sibuk menguraikan air mata. Dan otak ku pun sering mengajak ku bertengkar. Aku separah itu.
Di luar semua seakan baik-baik saja. Semua seakan bahagia saja, dan bahkan semua seakan terlihat sempurna. Tapi itu semua hanya kepalsuan yang kini menjadi candu. Aku tak mampu untuk bercerita pada siapapun tentang betapa lemahnya aku, sebab aku tau. Mereka tak boleh masuk jauh ke dalam kehidupan ku, yang akan membuat mereka menjadi tidak bahagia bila aku terus mengganggu.
Di suatu waktu, aku mendapat tekanan yang begitu hebat, membuat ku menjadi manusia paling hancur saat itu. Rapuh, kini sudah berkeping. Aku tak bisa berpaling. Sebab aku sendiri yang harus tuntaskan semua ini. Tidak tenang dan gundah berkepanjangan. Jangankan berfikir, menatap dunia saja aku sudah tak sanggup. Aku, jika aku adalah kesalahan terbesar yang ada di dunia ini, izinkan aku pergi. Izinkan aku menghilang, biarkan aku terbawa arus angin yang selalu menyapa. Biarkan. Jika memang kesalahan terbesar itu adalah aku. Aku rela, menjadi kepingan yang hancur berserakan sekalipun. Kalian tau, aku kini lemah, sangat lemah. Menuliskan kata-kata ini saja aku harus berurai air mata. Aku tak ingin di posisi ini. Tapi aku harus tetap bersyukur, meski aku dalam kesulitan sekalipun tuhan tetap saja memberi ku kesempatan untuk mencoba menyelesaikan, walau itu aku lakukan dengan penuh kesakitan.
Aku ingin pergi jauh dari tempat ini, aku yang menjadi beban, bahkan selalu menyusahkan. Aku ini tidak berguna, aku payah. Aku payah. Ingin pergi jauh ketika sedang rapuh, itulah aku, si payah. Suatu malam pikiran ku meneriakkan, "kau adalah manusia yang sendiri!" Seakan kalimat itu selalu terulang kembali, membuat ku kepala ku hampir pecah. Aku hanya mampu memukuli nya. Sebab dia menyakiti ku. "Tidak ada yang peduli, tidak ada yang sayang!!" Terus kalimat itu diteriakkan. Aku hampir gila, tenggelam dalam pikiran lu sendiri. Aku sudah separah itu.
Sekali lagi, jika aku adalah kesalahan terbesar itu, aku meminta maaf. Aku tidak bermaksud menjadi kesalahan yang ada. Jika aku memang kesalahan yang terbesar itu, aku akan mencoba tegar, aku akan mencoba baik baik saja. Tidak peduli siapa yang akan datang, dan siapa yang akan pergi, aku terima dengan lapang hati. Tuhan, jika aku memang kesalahan terbesar itu. Aku minta maaf. Aku bersungguh-sungguh, aku minta maaf. Jika benar aku menjadi kesalahan terbesar itu aku sudah siap menerima dengan penuh keikhlasan, aku akan beranjak. Jika aku anak yang payah itu, yang tidak berguna itu aku akan mencoba belajar banyak hal setelah aku pergi nanti. Jika aku adalah orang yang menyusahkan dan menjadi beban itu, aku akan mencoba lebih mandiri lagi setelah pergi nanti.
Aku pamit, aku permisi, aku izin pergi. Semoga aku bisa menjadi aku yang tidak selalu beda, walau sudah sejuta cara aku lakukan untuk terlihat sama. Aku, jika aku kesalahan terbesar itu. Aku sudah siap. Sampai jumpa, jika bertemu lagi. Dari aku, manusia yang menjadi kesalahan terbesar itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
AKU
Cerita PendekKisah ini hanya menceritakan aku dan dunia yang seakan selalu bertolak belakang. Entah aku yang tak memahami, atau entah takdir yang selalu begini. Terbungkam dalam kehampaan.