Aldo mengerutkan keningnya menatapku dengan wajah seriusnya. Melihat wajahku sembab pasti menimbulkan tanda tanya besar di benaknya. Aku hanya tersenyum dan berkata tidak ada apa apa ketika Aldo menghampiriku.
"Aku bisa sendiri Al" tolakku saat Aldo kembali akan memasangkan sabuk pengamannya padaku.
Ia mengangguk dan menyalakan mesin mobil.
Aku tahu beberapa kali ia menatap ke arahku, seolah memastikan apakah aku masih larut dalam kesedihan atau tidak.
Sepanjang perjalanan kuhabiskan dengan melamun menatap jalanan diluar dan mendiamkan Aldo.
Hal yang menyita pikiranku adalah pertemuan tidak terduga dengan Abi tadi siang. Tentang Abi yang masih menatapku seperti dulu, tentang Abi yang kini menghabiskan waktunya dengan kekasih barunya, dan tentang berita meninggalnya ibunya dan juga permintaan maafnya padaku. Semua seakan tidak ada habisnya.
Dan beberapa menit yang lalu Abi kembali mengirim pesan meminta kembali bertemu denganku.
Tiba tiba Aldo mengecilkan volume musiknya dan menatap ku yang sejak tadi hanyut dalam lamunan.
"Ran?"
Aku menoleh menatapnya. Aldo menepikan mobilnya kemudian menatap wajahku.
"Apa sesulit itu lupain Abi?" Rahang Aldo mengeras saat melontarkan pertanyaan itu padaku. Tau darimana Aldo jika sejak tadi seluruh isi kepalaku hanya tentang Abi dan Abi.
Kututup wajahku karena tangisanku pecah. Benteng pertahananku yang sedari tadi kujaga akhirnya roboh juga saat Aldo menarikku dalam pelukan nya. Dadaku sesak menahan ini sejak lama.
Aldo tidak mengatakan hal apapun, ia hanya mengelus punggungku sebagai bentuk dari dukungannya padaku.
***
Aku tersenyum simpul saat membuka pintu apartemen dan mendapati Lia sedang berkunjung ke apartemen. Aku mempersilakannya masuk untuk bertemu Aldo.
Aldo yang sedang bersantai di ruang tv terlihat bingung saat Lia menuju ke arahnya dan memeluknya sambil menangis.
Walaupun awalnya sempat terkejut, namun tatapan Aldo melembut dan perlahan ia membalas pelukan Lia.
Aku tersenyum tipis.
Perasaan sesak kembali hadir. Meski ini yang kuinginkan, Aldo bisa menghargai perasaan wanita. Namun entah kenapa rasanya tetap tidak enak.
Kuputuskan untuk meninggalkan mereka berdua di dalam dan memilih untuk mencari udara malam sekalian mampir ke minimarket untuk beli beberapa barang kebutuhan. Semoga sedikit memperbaiki perasaanku yang makin kacau karena Aldo.
Setelah menutup pintu apartemen aku menghela nafas lega. Berharap Aldo dan Lia memiliki quality time untuk mengobrol empat mata. Apapun yang akan terjadi, aku akan bahagia untuk Aldo meskipun pasti akan sulit.
Aku mengambil keranjang dan menuju ke tempat makanan instan sembari berfikir akan masak apa nanti malam.
"Ran.."
Aku menoleh dan mendapati Abi sedang berdiri di sampingku.
Untuk beberapa saat kami berpandangan.
Kenapa dunia sangat sempit. Kemanapun aku pergi kenapa selalu saja berakhir bertemu dengan Abi?
"Sendirian?"
Aku mengangguk dan bersiap menyeret keranjangku untuk menetralkan kegugupanku. Kemana saja, asalkan jauh dari Abi.
Diluar dugaan, Abi menahan keranjangku. Aku menoleh menatapnya dan terkejut saat ia tersenyum.
"Mau belanja bareng?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lil Bro
Teen Fiction18+ Kakak pengen punya pacar kaya kamu deh boo" Rani menatap wajah Aldo dengan tersenyum sambil menerawang, "Mending cuek tapi sebenernya baik, daripada romantis tapi tega" Rani tertawa hingga membuat Aldo juga ikut tertawa. Aldo kembali merengkuh...