Wajahku terfokus pada sosok cowok yang membuat hampir semua suporter wanita di GOR ini histeris karena penampilannya. Apa Aldo tidak sadar banyak pasang mata yang tidak berkedip demi melihat tubuh sempurna ala dewa yunani miliknya.
Mata elangnya menjelajah arena suporter kemudian terpaku saat pandangannya jatuh pada sosokku.
Semalam aku berhasil menumpahkan seluruh kesedihanku padanya. Diluar dugaan ia tidak membantah dan malah menarikku dalam pelukannya. Ia tidak tahu, dalam hati kecilku ada rasa penasaran tentang siapa gadis yang ia sukai hingga ia rela memutuskan Lia, gadis yang telah ia pacari selama tiga tahun lamanya.
Terdengar suara gunjingan kanan kiriku yang mulai berbisik tidak suka saat tahu Aldo melambaikan tangannya padaku. Kemudian suara yel yel berkumandang, dan cukup banyak yang berteriak nama Aldo untuk memberikan dukungan.
Puncaknya ketika suara peluit dibunyikan dan masing masing peserta berlomba untuk beradu sebagai pemenangnya.
***
Kurapatkan jaketku untuk kesekian kalinya saat udara malam kembali berhembus. Tidak biasanya terasa sedingin ini. Pandanganku tak lepas dari pintu keluar menunggu Aldo selesai berkemas.
Kuurungkan lambaian tanganku saat Aldo didatangi oleh kelompok remaja putri yang minta berfoto dengannya. Aku tersenyum tipis melihat betapa senangnya mereka bisa berpose dengan Aldo. Wajahnya kerapkali tersenyum saat berpapasan dengan teman kampusnya yang mengucapkan selamat karena kemenangannya.
Hingga akhirnya langkahnya menuju ke tempatku menunggu.
"Ayo"
Aku mengangguk dan berjalan disampingnya.
"Laper nggak?"
Wajahku sedikit karena tersipu saat Aldo lebih terlihat seperti kekasih yang posesif daripada adik ku sendiri.
Aku mengulum senyum.
Aldo tertawa,
"Serius Ran, kamu daritadi kaya ngetawain aku"
Aku menggeleng, "I'am a proud sister"
Aldo nampak terkekeh pelan, ia merangkulku sambil berjalan santai ke area parkir. Beberapa teman Aldo yang melihat ke arah kami nampak saling berbisik. Bukannya GR tapi sepertinya Aldo cukup terkenal di kalangan cewe cewe.
"Eh?"
Mataku mengerjap saat Aldo memasangkan sabuk pengaman padaku. Aku menahan nafas beberapa saat ketika posisi kami sangat dekat. Aku tersentuh oleh perhatiannya padaku.
"Ran?"
Aku menoleh padanya.
"Wajahmu kok merah?" Kulihat wajahnya alisnya mengkerut menatapku. Aku mencoba menghindar ketika ia menempelkan telapak tangannya pada dahiku. "Sakit?"
Aku menggeleng cepat. Aku tidak begitu yakin, tapi sepertinya ini adalah efek dari perlakuan manisnya padaku hari ini. Entah sudah berapa kali Aldo membuat jantungku berdegup seolah sedang jatuh cinta.
Aldo terlihat merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah benda.
"Loh kok?" aku menatap medali emas pemberiannya.
"Simpenin"
"Eh?" aku bingung.
Baiklah, mungkin bisa saja konteksnya ke arah yang Aldo ceroboh lalu ia titipkan ke aku.
"Minta tolong" ia tersenyum.
Reflek aku menaruhnya kembali ke pangkuannya, "Becanda kamu Al, aku lebih ceroboh daripada kamu"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lil Bro
Teen Fiction18+ Kakak pengen punya pacar kaya kamu deh boo" Rani menatap wajah Aldo dengan tersenyum sambil menerawang, "Mending cuek tapi sebenernya baik, daripada romantis tapi tega" Rani tertawa hingga membuat Aldo juga ikut tertawa. Aldo kembali merengkuh...