Kami berhasil berhenti sebelum Aldo bertindak jauh. Ia bahkan membantuku merapikan baju tidurku setelah sebelumnya ia menyerangku tanpa ampun.
Aku berhasil tidur dalam pelukannya dengan Aldo yang sesekali merendahkan tubuhnya hanya untuk memagut bibir ku. Dan jika Aldo sudah melumat, aku harus menghentikannya sebelum baju tidurku kembali dikoyak seperti sebelumnya.
Ah rasanya seperti mimpi, apa aku boleh berbangga sedikit karena ternyata Aldo juga menginginkanku sebesar aku menginginkannya.
Aku tersenyum saat Aldo menatapku lembut sembari tangannya menyelipkan beberapa anak rambut yang menutupi wajahku. Saat ini ia sedang bercerita tentang club renangnya dan juga beberapa teman temannya.
Setiap kalimat yang keluar dari bibir Aldo seolah hanya menggodaku untuk tetap menatapnya seperti seorang yang sedang kelaparan. Caranya berbiacara, caranya membasahi bibirnya yang kering, dan nafas nya yang sejak tadi menerpa wajahku kenapa semua terlihat sangat seksi . Semua terlihat bersinar dan melambat. Seolah seluruh duniaku hanya berpusat pada Aldo yang sejak tadi memainkan bibir basahnya.
"Jadi apa yang kalian bicarain tadi?"
Aldo masih bungkam.
"Lia ngajak balikan?"
Ia mengangguk namun ekspresinya heran kenapa aku bisa tahu.
"Kenapa? Lia cantik dan seumuran"
Aldo tertawa, "Uda terlanjur suka sama kamu" tangannya mengelus rambutku sayang.
Ya Tuhan, bisa gila lama lama..
***
Hari ini Aldo mengantarku ke kantor seperti biasanya sebelum ia berangkat ke kampus. Ada yang berbeda dari perlakuannya pagi ini padaku. Terutama saat aku akan keluar dari pintu mobil, ia menarikku dan memagut bibirku beberapa detik.
Ia melepaskan lumatannya dan menatapku sambil tersenyum, aku sedikit salting ditatap intens seperti itu oleh Aldo.
"Yang kakak kan aku, sini cium tangan" ujarku galak.
Aldo tersenyum lalu mengecup punggung tanganku dengan sepenuh hati. Perasaan aneh kembali menjalar.
"Nanti siang aku jemput" bisiknya.
Aku mengangguk pelan.
Aku masuk ke gedung kantor dengan perasaan campur aduk. Bahkan beberapa satpam kantor mengira Aldo adalah pacar baruku.
Saat jam makan siang tiba sesuai dengan janjinya ia datang dan mengajakku keliling untuk mencari tempat makan siang bersama.
"Ran besok pagi aku ada pertandingan di Bandung. Aku tinggal bentar gapapa ya"
"Berapa hari?"
"Cuma seminggu"
"Kok lama" tiba tiba selera makanku hilang.
Ada apa ini. Ini hal yang sering terjadi pada Aldo karena ia memang atlit renang. Hanya saja belum pernah sekalipun bertanding selama seminggu penuh.
"Bentar doang Ran... Rabu depan kan uda balek"
Aku diam,
"Ran.."
"Sama Lia ?"
"Aku gatau Lia ikut atau gak"
Aku kembali diam dan menatap makanan di piring tanpa selera.
Ini bukan soal Aldo. Ini salahku. Kenapa aku membiarkan pikiranku liar berfikir bahwa Aldo seolah kekasihku. Pikiran bahwa Lia akan mengikuti kemanapun Aldo pergi seolah menghantuiku. Apalagi mereka dulu berpacaran setelah pertandingan di luar kota seperti ini. Ceritanya cinta lokasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lil Bro
Teen Fiction18+ Kakak pengen punya pacar kaya kamu deh boo" Rani menatap wajah Aldo dengan tersenyum sambil menerawang, "Mending cuek tapi sebenernya baik, daripada romantis tapi tega" Rani tertawa hingga membuat Aldo juga ikut tertawa. Aldo kembali merengkuh...