L I B E R O S I S - I

25 6 2
                                    

"Senyum adalah
hal yang menular."

_________________________________

Sepasang kaki jenjang beralas kets putih tengah berjalan mengendap di koridor taman belakang sebuah sekolah. Jalan yang dilewati terlihat sepi, seperti jarang dikunjungi.

Saat sepasang kaki itu berbelok, berniat menaiki tangga yang akan menghubungkan langsung pada koridor kelas 12. namun, sebuah suara lebih dulu mematikan langkahnya.

"ADELLA NAZARA"

perlahan tapi pasti, gadis yang mencepol asal rambut kecoklatannya itu berbalik, tak lupa dengan cengiran khasnya.

"Ikut saya!" suara tegas lelaki paruh baya yang baru saja meneriakinya tadj terdengar lagi, kali ini melunturkan cengiran tiga jari Adel.

Dengan wajah lesu, Adel berjalan mengikuti lelaki itu yang sudah mendahuluinya.

___

Entah sudah berapa kali gadis itu menguap seraya memainkan jari tangan yang saling berkaitan. Bosan.

"Kamu dengerin bapak, adel?!" sindir pak Tio, guru BK SMA Antariksa.

"Ah iya.. Denger pak" ucap Adel dengan senyum terpaksa.

Pak Tio menghela nafasnya lelah, tiga tahun sudah ia menghadapi murid seperti gadis didepannya ini, dan itu merupakan sebuah ujian. Untung saja ia terlewat sabar dalam hal tersebut. jika tidak, bisa dipastikan ia akan minta pindah tugas sedari 3 tahun yang lalu.

"Kali ini karena apa?" tanya Pak Tio setelah sebelumnya berpidato panjang lebar.

Senyum manis Adel terbit karna gurunya itu memberinya kesempatan untuk menjelaskan.

"Tadi pagi saya harus kasih makan si Noki dulu pak.. Takut dia kelaperan." ujar Adel tenang.

"Adik kamu?" Pak Tio terlihat mengerutkan kening bingung. pasalnya yang ia tau, muridnya ini tidak memiliki adik alias anak bungsu.

"Ikan saya pak hehe" cengiran lebarnya kembali, memperlihatkan deretan gigi putih yang berjajar rapi.

Pak Tio tampak mengelus dada tabah.

"Kamu boleh masuk kelas--"

Adel langsung menegakkan tubuhnya, ia senang tentu saja. Ia kira sinar matahari dan tiang bendera akan menyambutnya. Tapi ternyata pak Tio sedang dalam mode baik--

"Setelah hukuman seperti biasa." tandas Pak Tio membuat senyum Adel sirna. Ia merengut lalu bangkit dan bergegas keluar setelah pamit. Adel telan habis kata kata baiknya barusan. Pak Tio tetaplah guru BK yang tak akan meloloskan muridnya dari hukuman jika alasan mereka tak masuk akal.

____

Satu jam berlalu.

Dibawah terik matahari, dengan posisi hormat menghadap bendera, Adel mendengus saat ekor matanya menangkap sosok pak Tio di koridor utama.

Wajah putihnya sudah memerah, bahkan banyak anak rambutnya yang tidak terikat ikut basah akibat keringat.

KRIIIIIIINGGG

bel istirahat pun berbunyi. bagai mendengar alunan pembawa kebahagiaan, Adel berubah posisi, ia bersorak dengan tangan meninju angin.

"PAK! UDAH BERES! SAYA KE KANTIN YAA" teriak Adel pada Pak Tio yang menggeleng tak paham dengan kelakuan murid satunya itu.

Adel melenggang menuju kantin, tak berniat untuk menyimpan tasnya lebih dulu.

Ia tersenyum melihat meja pojok yang sudah ia klaim sebagai miliknya itu kosong. Ia langsung melempar diri disana, merentangkan tangan dengan wajah yang ditempelkan menyamping pada permukaan meja.

LIBEROSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang