Berdamai dengan masalalu
tidak akan membuat hidup kita rugi._______________________________
Sampai dirumah, Adel langsung membuka pintu seraya mengucap salam dan langsung dijawab oleh wanita berdaster biru dengan kerudung senada.
"Maaf telat ma" ucapnya menyalimi wanita itu.
"Dari mana emang?"
"Jenguk ibu Rena"
"Loh, sakit apa? Kok mama ga dikasih tau?" protes Amy a.k.a mama Adel.
"Ntar Adel jelasinnya ya ma.. mau ke kamar dulu" ujar Adel tersenyum lelah lantas menaiki anak tangga hingga tubuhnya benar benar tak terlihat. Amy yang melihat wajah itu langsung mencurigai sesuatu.
"Rumah sakit mana?" tanyanya pelan, namun masih bisa ditangkap Adel.
"Medicare"
Amy mematung, sementara Adel memasang wajah datar.
Adel membuka pintu pelan, namun baru beberapa detik ia kembali menutupnya cepat. Wajah datarnya berubah pucat.
"Masa iya dirumah gue ada setan" gumamnya mengingat pemandangan yang baru saja ia dapat. Keadaan kamar yang gelap dan jendela terbuka membuat tirai putih bergerak terkena angin. Namun bukan itu yang membuatnya pucat. Melainkan siluet hitam dibalkon kamarnya, seperti seseorang yang mengenakan jubah. Tidak mungkinkan siluet itu valak atau penunggu kamarnya?.
Adel bergidik, kekalutannya terganti begitu saja oleh rasa takut. Ya, Adel penakut. Dia bahkan lebih takut pada sosok tak kasat mata atau arwah dibandingkan dengan seorang psikopat sekalipun, aneh memang. Buru buru adel berjalan kearah kamar disebelahnya.
"Cha!" panggilnya langsung membuka pintu. Berbeda dengan kamarnya, kamar bercat hijau Alpukat itu justru terang benderang.
Alisnya mengerut saat tak menemukan sosok yang dicarinya.
"Kemana tu bocah?" gumamnya diambang pintu.
"Woy!"
"Astaghfirullah!" seru Adel terlonjak kaget mendengar suara dibelakangnya. Ia menoleh kesal.
"kenapa sih?" tanya Acha ikut kesal karna reaksi berlebihan Adel turut membuatnya terkejut.
"Lo dari mana sih?" tanya balik Adel.
"Kamar lo" jawab Acha.
Sementara Adel melotot, lupa akan kekesalannya.
"Lo ga liat setan?" ujarnya horor."Hah?"
"Ck lemot! Tadi dibalkon kamar gue ada set--"
"Itu gue monyong!" sela Acha sebal setelah paham maksud Adel.
Adel menatap fokus Acha, matanya menelusuri baju tidur abu gelap dan kerudung senada gadis itu, lantas mendengus keras.
"Lo kalo mau ke kamar gue tuh nyala nyalain kek lampu. Doyan banget gelap gelapan" decaknya melewati Acha, berjalan kembali menuju kamarnya.
"Lah, salah gue dimana?" ujar Acha setelah mendengar pintu kamar Adel tertutup. ia menggeleng kemudian masuk ke kamarnya.
Adel langsung menyalakan lampu, membuat kamar bercat Abu pastel miliknya menjadi terang. Ia melirik sekilas jendela yang menghubungkan langsung kamarnya pada balkon. Tanpa berniat menutup jendela tersebut, Adel justru melempar diri keatas ranjang queensizenya.
Matanya menatap berbagai warna dreamCatcher yang menggantung dilangit langit kamarnya. Adel tersenyum kecut. Bukan tanpa alasan ia mengoleksi benda berjaring dengan bulu warna warni tersebut, lalu menggantungnya diberbagai sudut kamar, terlebih dilangit langit tepat diatas ranjangnya. Ia percaya mitos benda itu, penangkap mimpi indah. Ia hanya ingin mimpi indah bukan selipan memori kelam. Namun, mitos tetaplah mitos.
![](https://img.wattpad.com/cover/188014794-288-k330219.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LIBEROSIS
Ficção AdolescenteLelah terhadap berbagai situasi membuat seseorang lebih memilih untuk bersikap tak peduli. Kenyataannya, pilihan hanya sekedar keinginan. bersikap tak peduli hanya sekedar keegoisan diri yang tak pernah disetujui semesta. Dan pada akhirnya, akan k...