L I B E R O S I S - IV

18 2 0
                                    

Seperti ada palu asing yang memukul hati, hingga sepersekian detik hati itu
retak dan mati
_________________________________

Adel kembali membuang nafas. Sudah 5 menit berdiri didepan pintu putih itu, namun tidak ada tanda tanda ia akan masuk.

"Adel?"

Suara lembut itu membuat Adel menoleh kesamping. seorang suster tengah berjalan kearahnya dengan senyum hangat.

"Suster Tessa.."

"Dari kapan del?" tanya suster tessa ramah.

"Baru kok sus"

"Kenapa ga masuk?" adel hanya tersenyum berat. tampak jelas gurat gelisah diwajahnya.

"Jangan nethink, you know that you're strong.." ujar suster tessa tersenyum maklum. "Gih, masuk. Dia udah kangen loh" lanjutnya.

Adel memaksakan lagi senyumnya. Dia tidak yakin dengan kata kata kuat yang suster itu bilang. Terakhir Adel berkunjung, semua pertahanannya runtuh ditempat. Ia takut jika apa yang sudah dibangun kembali hancur.

Sekali lagi, Adel menghembuskan nafas berat. "Sus, Adel masuk dulu" ucapnya sopan yang langsung diangguki suster itu lantas berpamitan pergi.

Adel menggenggam gagang pintu, memutarnya perlahan hingga pintu benar benar terbuka.

Matanya langsung menatap sosok pria paruh baya yang tengah memainkan jam pasir diranjangnya.

Ruangan berpetak serba putih dengan satu dinding full mirror itu membuat Adel tak sadar menggigit bibir.

"Yah.." lirih Adel seraya menutup pintu.

Pria berbaju serba putih itu menoleh, senyum hangat terbit seketika.

"Adell!" pekik lelaki itu meletakkan jam pasirnya dan segera menghampiri Adel, lantas memeluknya erat.

"Kamu kemana aja nak?" tanya Bara a.k.a ayah Adel, dengan suara parau seraya melepas pelukannya.

"Hehe, Maaf ya Adel baru sempet jenguk Ayah" ujar Adel memaksakan lengkung disudut bibirnya.

"Ayo duduk" ucap bara menggiring sang putri untuk duduk diranjangnya.

"Kamu sendiri?" tanya bara sedikit melongok kearah pintu dibelakang Adel.

"Iya yah.." jelas sekali suaranya tercekat.

"Padahal ayah kangen--"

"Kayanya Ayah bosen deh disini terus, mending ke taman yuk.. Jalan jalan.." potong Adel, dia takut kalah lagi jika Ayahnya kembali mengucapkan hal yang sama.

"Boleh"

Adel menyerahkan kursi roda pada Bara.

"Duh, kenapa mesti pake kursi sih del?" protes Bara membuat Adel terkekeh.

"Ayah tuh gaboleh kecapean, udah tua juga ya.." canda Adel membuat bara ikut tertawa.

"Tua tua gini ayah tetep ganteng tau. Buktinya bunda kamu setia sampe sekarang" Bara kembali terkekeh, berbeda dengan Adel yang bungkam. Seperti Ada palu Asing yang memukul hatinya saat mendengar ucapan Bara.

LIBEROSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang