Epilog

51 0 0
                                    

Pukul 15.20.
Sudah sejam lebih Jaka & Nona Manis telah puas berhubungan. Kini mereka berdua lemas & hanya saling bertukar nafas, hanya kuat untuk bermesra-mesraan kecil. Saling menatap, mencium & menggarayangi di ranjang. Hingga dering hp Nona Manis berbunyi.
"Dia lagi?"
"Iya, pacarku lagi...hufftt. Kau cemburu?" Kata Nona Manis menggoda Jaka.
"Aku yang lagi ena-ena sama kamu, dia lah yang harusnya cemburu." Jawab sombong Jaka. Mereka berdua tersenyum dan kembali berciuman. Saling melumat bibir masing-masing.
"Kalau kamu gak mau jawab, reject aja. Suaranya mengganggu."
"Hah...emang ganggu sih daritadi. Oke...aku jawab bentar." Kesal Nona Manis dengan hpnya yang berdering di meja. Dia beranjak. Terlihat bokongnya yang semok dan mulus. Punggungnya yang halus bagai kulit peri. Ia meraih, lalu mengangkat hpnya.
"Halo..., apa sih telpon terus, say. Tadi kan udah telponan lama. Aku sekarang lagi sibuk nih kerjain tugas bu Riska." jawab Nona Manis dengan ekspresi ketawa ketiwi kepada Jaka. Jaka hanya membalas dengan senyuman.
"Oh oke...oke deh. Aku kesana ntar. Tunggu ya bye, say. Love u."
Nona manis lalu menaruh hpnya kembali. Jaka beranjak dari kasur. Kemudian memeluk Nona Manis dari belakang. Menjilat tengkuknya, menggerayangi payudaranya.
"Gemes deh sama kamu. Pinter banget aktingmu dari tadi. Emang mau ngapain sih?"
"Gak tau tuh anak. Ganggu kita aja."
"Kok jahat sih kamu. Jangan jahat-jahat, kan kita udah lama ena-ena. Hampir seharian & juga sering. Senengin dia lah Non. Sekali-kali. Kasih dia luarnya aja, dalemmu tetep khusus buat aku aja." gumam Jaka yang kini tangan kanannya mengusap-usap rambut kemaluan Si Non. Nona Manis tersenyum & reflek menyeples tangan Jaka.
"Hmm... dia minta ketemuan di La Caffe. Mau makan malem bareng katanya. Aku suka sih makanannya disana tapi aku gak suka ngobrol sama dia. Garing, gak jelas."
"Halah...cuman bentar aja kok. Ntar malem kita ena-ena lagi kan. Senengin dia dong. Aku anter deh..." bujuk Jaka. Nona Manis mengangguk. Jaka menyiumnya lagi. Mereka berdua kemudian beranjak mandi berdua dan siap pergi ke La Caffe. Mereka bergonjengan naik motor.

Pukul 19.20, mereka sampai di depan La Caffe. Setelah berpamitan dengan Jaka. Nona Manis menelpon pacarnya.
"Dimana kamu? Aku di depan ini..."
Tak perlu waktu lama. Pacar si Nona Manis keluar dari restoran. Yang tak lain tak bukan ialah Pram. Nona Manis adalah Swaras.
"Hai, Say. Ayo masuk. Aku udah booking-in tempat private." sapa Pram. Swaras hanya manggut dan membalas senyuman palsu. Mereka berdua masuk dan menuju ruangan kecil yang telah dipesan Pram.
"Tadaaa! Kejutan Anniv kita yang ke-2!"
"Ihhh..., kamu so sweet, say. Aku jadi terharu." jawab Swaras melihat semua kado di meja. Rangkaian bunga, boneka panda, dan satu emas batang. Kemudian mereka makan berdua. Diiringi oleh pendar-pendar lilin.
"Setelah kita lulus. Aku akan langsung melamar kamu." kata Pram. Yang sontak mengagetkan Swaras. Swaras hanya membalas senyuman manis dengan lirikannya yang menawan. Deki & gingsulnya membuat Pram mabuk sesaat. Sepanjang kencan, Pram berbicara banyak hal namun Swaras hanya diam dan menyahuti asal-asalan sambil main hp. Setelah mereka selesai, Pram ingin mengantar Swaras namun Swaras berkilah. Dia ingin pulang lebih dahulu & naik antar jemput online agar tidak merepotkan Pram. Pram pun mendadak memeluk Swaras & mencium bibir Swaras. Swaras menolak dengan memalingkan wajah & kemudian merespon dengan mendorongnya dan bilang, "Belum waktunya, say. Aku pulang dulu ya, bye...makasih semuanya." Pram agak sedikit kecewa tapi apa boleh buat.
Beberapa menit kemudian Pram juga pulang dari resto dan berjalan menuju mobilnya di parkiran. Di saat ia berjalan. Dirinya melihat sesuatu. Sebuah rangkaian bunga bertulisakan "Love u Swaras" & boneka panda yang baru saja ia berikan kepada Swaras telah berada di tong sampah. Nafasnya sesak, perutnya mual. Pikirannya mulai kemana-mana. Hatinya mulai sakit & matanya pun membasah.
"Swaras..." Pram menangis.
Pukul 20.49
Ia berusaha menelpon Swaras & meminta jawaban. Menunggu & menelpon untuk beberapa kali. Tetap, telponnya tidak dijawab.
--- X X X --- X X X
Pukul 21.05.
"Hmm...hmm...hmm..., ah..., lebih kenceng lagi Belalangku!" rengek Swaras sambil mengigit bibir bawahnya. Gigi gingsulnya terlihat. Senyum gairah terpancar di wajahnya. Tubuhnya sedang ditindih oleh Jaka yang terus memompa. Menggebu-gebu. Tangan & kaki Swaras sudah seperti kepiting menjepit badan Jaka erat-erat. Membuat Jaka kian mengegas. Dan sekejap mereka berbarengan mendesah. Tubuh mereka lemas bersama. Jaka lalu roboh ke sisi kanan Swaras. Mereka berpelukan walau tubuh mereka sedang lengket berkeringat. Jaka membelai rambut Swaras. Mengusap wajahnya. Dua pasangan itu tak mengindahkan hp yang berdering-dering beberapa kali sejak 30 menit lalu.
"Aku cinta kamu Non, sungguhan..." suara lembut Jaka yang membuat Nona Manis meliriknya. Kata-kata tersebut lebih penting ketimbang telpon pacarnya, Pram.
"Aku tahu. Aku juga cinta kamu." Balasnya dengan senyuman yang menggoda.
"...tapi kau akan nikah dengan pacarmu kan?? Katamu tadi dia akan melamarmu."
Swaras kemudian bangkit & menindihi perut Jaka.
"Sini...bangun. Kuberitahu satu hal."
Jaka kemudian bangun dan tiba-tiba mulutnya langsung dikecup oleh Swaras. Setelah selesai mereka berdua berpelukan & saling bertatapan.
"...aku tidak cinta dia. Lihat tuh aku tidak menjawab telponnya, aku lebih mementingkan malam bersamamu. Semua hadiahnya juga kubuang. Rangkaian bunga & bonekanya yang gak penting itu. Kecuali...kecuali emas batangnya. Goblok sekali aku kalau buang itu...itu 6-7 juta."
"...lalu kenapa kau mau menikah dengannya? Kamu juga tidak segera memutus hubunganmu dengannya?" tanya Jaka yang butuh jawaban.
Swaras diam.
"... aku gak mau nikah sama dia kok. Aku bohong itu. Buat nyenengin bohongan dia aja. Nanti suatu saat aku akan putuskan hubunganku kok. Aku masih perlu dia sebagai,... ya badut ancolku di kampus biar gak sepi. Walau dia bosenin, ganggu, & garing sih. Kadang kalau dia ngomong aku cuma dengerin aja. Aku lebih anggep dia pembantuku, yang ya, aku bisa suruh-suruh apa gitu kalau aku males atau beliin apa yang aku pengen. Cuman kubales senyuman & kata-kata cinta sayang jijik palsu tok dia udah seneng mampus. Kelepek-kelepek. Enak kan bayarannya, mana ada pembantu kayak dia. Paling mentok cuma kukasih tanganku buat dia gandeng. Kalau dia minta peluk apalagi cium, aku ogah. Tadi aku aja sempet dicium sama dia, sebelum ini juga pernah. Kutolak langsung deh kudorong dia...hahaha. Aku sih cuma alesan aja belum waktunya makanya aku gak mau hahahaha & dia nurut-nurut kecewa gitu. Seneng liat mukanya yang mau romantis tapi gagal. Bayangin dia aku gituin selama 2 tahun hahahaha. Aku tipu & aku cuekin dengan muka polosku ini. Dan selama itu dia nganggep aku cewek pendiam & baik. LoL. Padahal aku selama pacaran sama dia udah 4x sewa gigolo, jalan juga sama cowok simpenan, dan yang terakhir sama kamu. Hanya kamu akhirnya yang cocok buat aku. Beneran aku cinta kamu kok. Aku suka tipe cowok badboy, bangsat kayak kamu, Belalang Tempur.... Hikhikhik." jelasnya sambil cekikikan, giginya yang gingsul terlihat bersama dekiknya.
"Jahat kamu..." bales Jaka.
"Lebih jahat mana woy, yang ngeseks sama pacarnya orang berkali-kali selama 3 bulan. Ngaca! Udah deh intinya dia itu cuma mainanku aja, enak banget nyiksa dia itu sambil berduaan sama kamu hahaha..." Swaras membela diri. Mereka berdua tertawa.
"Btw, mau kau pakai apa itu emas?"
"Gak tau. Kita jual. Kita pakek aja buat jalan-jalan atau makan-makan. Yang penting buat happy."
"Setuju." jawab Jaka sambil mencium lagi Swaras. Swaras membalas dengan semangat. Kedua tangannya mendorong Jaka untuk berebah. Kini dia yang memegang kontrol.
"Oh ya...tebak deh. Dia, pacarmu sekarang lagi ngapain? Nangis, sedih, atau seneng habis kencan makan tok sama kamu?"
"Sumpah, aku gak peduli apa yang dia lakuin sekarang. Mau sedih senang, bodo amat. Paling dia di rumah lagi onani sekarang pakek fotoku ngebayangin seks sama aku LoL, hahaha muasin birahinya paling karena tadi gak aku kasih cium..., yang asli disini malah muasin kamu hahahaha." Swaras ketawa jahat. Jaka senang bak raja. Kemudian Swaras lanjut mencium mulut Jaka. Mereka terus beradu lidah. Saling menikmati kehangatan malam. Kedua tangan Jaka membelai-belai rambut Swaras. Dua sejoli tidak lagi menggubris dunia.
--- X X X --- X X X
Pukul 21.19
Wiu-wiu-wiu...
Suara mobil polisi berhenti di dekat sebuah pohon besar di jalan kecil. Disana mereka menghampiri mobil SUV yang dikabarkan ada korban meninggal. Polisi berhasil membuka paksa pintu kendali & mengecek mayat. Wajahnya melotot dengan tatapan sayu & mulutnya mengeluarkan busa. Polisi membaca KTP mayat itu yang beridentitas sebagai "Pramodya Tirta". Ditemukan pula secarik kertas di tangan kirinya bertuliskan "Sayang kamu Swaras..., kok gak bales telponku sih???" dan botol racun nyamuk di tangan kanannya.

--- SELESAI ---

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Belalang TempurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang