{3/10}

8.1K 971 22
                                    

Cukup sulit untuk meyakinkannya....

.

.

.

"Ayolah (Name)-chan, berpacaranlah denganku."

"Tooru, berhentilah bercanda, dan merengek seperti itu."

"Aku tidak bercanda, berpacaranlah denganku."

"Tooru, fokuslah pada pekerjaanmu."

"(Name)-chan, kita sedang makan siang, bukan urusan proyek."

"Kalo begitu fokuslah makan."

Oikawa menghela napas kasar. Kemudian maniknya menatap ke arah makanannya.

"(Name), aku tak bercanda."

Gadis ini terkejut.

Oikawa tak menggunakan embel-embel chan. Dan nada bicaranya serius sekali.

"(Name), jadilah pacarku!"

Apa-apaan itu? Dia memerintah?

"Kau? Kau memerintahku?"

(Name) sadar dengan nada bicara Oikawa. Bukan seperti permintaan, tapi sebuah perintah.

Mendengar kalimat sang gadis, Oikawa tampak terkejut. Dia tak sadar kalau menggenakan nada memerintah.

"Tidak. Aku memintamu."

"Nada bicaramu tak seperti sebuah permintaan."

"Tapi aku meminta, bukan memerintah."

"Apa-apaan itu? Kau memaksaku?"

"Aku hanya meyakinkanmu!"

"Jangan berteriak padaku!"

Kapan pembicaraan ini selesai? Apa Oikawa serius menembaknya?

"Baiklah-baiklah."

Oikawa menghela napas.

"Aku ulangi lagi. Aku mencintaimu, maukah kau menjadi kekasihku?"

Ucapnya dengan nada serius menatap lekat mata sang gadis.

Iris (Name) terkunci pada keelokan iris coklat Oikawa.

Detik setelahnya (Name) berbalik. Melamgkahkan kakinya, meninggalkan Oikawa.

"Aku ditol----"

"Akhir pekan ini kita ke taman bermain, aku tunggu jemputanmu untuk kencan pertama kita."

.

.

.

Apa ini aneh?

my wife 💝 Oikawa TooruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang