Part.5; Sebal / Senang Bag.2

2K 23 0
                                    

Arga dan Lasya berjalan di trotoar Jalan Malioboro. Lasya dengan ekspresi yang ceria berbanding terbalik dengan wajah Arga yang terlihat lelah.

"Ayo, Pak. Disini banyak yang murah." Ujar Lasya.

"Kau tahu? Aku bisa membeli semua yang ada disini." Balas Arga.

"Anda terlalu sombong, Pak."

Lasya sebenarnya tidak ingin membeli apapun. Lasya hanya ingin melihat - lihat.

Lasya sedikit kecewa karena mereka ke Malioboro pada siang hari. Karena, pada malam hari benar - benar terasa indah.

"Pak, Ayo kita nyebrang." Lasya menarik tangan Arga dengan cepat.

"Awas!" Arga menarik Lasya dengan cepat. Karena ada motor yang melaju cepat.

Dia benar - benar ceroboh. Batin Arga melihat Lasya yang sudah menunduk.

"Oh, ada es krim. Pak, Anda harus traktir saya." Ucap Lasya.

"Hm." Balas Arga dengan gumaman.

Lasya menjilat es krimnya dengan nikmat. Arga hanya melihatnya dengan datar.

"Bapak serius tidak ingin beli juga?" Tanya Lasya.

"Hm."

Ck. Dia hanya menjawab dengan bergumam terus. Batin Lasya sambil menatap Arga.

"Kita pulang sekarang."

Di dalam mobil, Lasya hanya memasang wajah murung. Ia ingin bersenang - senang. Tapi, Arga selalu berhasil menggagalkannya dengan kekuasaannya.

"Kau tidak perlu memasang wajah seperti itu." Ujar Arga.

"Bagaimana tidak? Anda hanya membuat seluruh badan saya pegal, Pak." Balas Lasya.

"Baiklah, maaf."

"Apa? Bapak tadi bicara apa? Saya tidak mendengarnya."

"Ck. Kau tidak perlu berpura - pira tidak mendengarnya, Lasya."

"Hahahahahaha..." Lasya tertawa keras. Arga sangat terlihat imut bila sedang sebal.

Apa? Imut? Kau sudah gila Lasya. Batin Lasya.

"Jadi, sampai kapan saya harus bekerja dengan Anda?" Tanya Lasya.

"Sampai waktu yang aku tentukan." Jawab Arga.

"Kapan waktu itu, Pak?"

"Sampai semuanya memang harus sudah berakhir."

"Astaga, Anda sungguh menyebalkan."

...

Saat ini, Arga dan Lasya sedang makan malam di rest area.

"Bapak yang traktir, bukan?" Tanya Lasya memastikan.

"Tidak. Kau yang traktir." Jawab Arga santai.

"Bapak sudah gila ya? Saya saja belum di gaji." Tanya Lasya.

"Ck. Kau terlalu banyak tanya. Berani - berani sekali kau mengatakan aku gila!" Ujar Arga.

"..." Lasya tidak berkata - kata. Lasya saat ini lapar, jadi lebih baik ia fokus pada makanannya.

Selesai makan, Lasya dan Arga kembali ke mobil untuk melanjutkan perjalanan. Suasana yang terdapat dalam mobil sangat sunyi.

Arga yang fokus pada jalan, tiba - tiba ia teringat sesuatu.

"Sya." Panggil Arga.

"Ada apa lagi, Pak?"

"Orang yang kemarin dinner bersamamu adalah orang yang menabrakmu, bukan?" Tanya Arga.

"Bagaimana Bapak tahu? Saya tidak pernah mengatakan apapun pada Bapak."

"Mudah, aku catat plat nomor motornya dalam otakku yang cerdas." Balas Arga dengan sombong.

"Jadi, kenapa Bapak menanyakan tentang penabrak saya?" Tanya Lasya.

"Kau tidak ingin tahu tentang identitasnya?" Tanya Arga balik.

"Apa perlu?"

"Aku hanya ingin memberi tahu."

"Jadi, apa identitasnya?" Tanya Lasya.

"Dia adalah seorang pemilik agensi yang menyalurkan aktor, penyanyi--"

"Apa? Penyanyi?" Tanya Lasya yang memotong ucapan Arga

"Ya. Apa kau tertarik?" Tanya Arga.

Lasya menganggukkan kepalanya dengan bersemangat.

"Tidak bisa. Kau masih terjalin kontrak denganku Lasya, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan." Ujar Arga.

Arga sialan! Batin Lasya sambil menatap Arga dengan sinis.

Ck, serunya. Batin Arga sambil menatap Lasya dengan senyuman yang jarang sekali ia tunjukan.

...

Tbc.

Jadi, aku bagi part nya karna part sebelumnya masih pendek tapi aku udah ga sabar up.

Nah, maksudnya sebal/senang itu...

Buat Lasya yang sebal sama Arga. Tapi, Arga senang ngerjain Lasya.

See u di part selanjutnya...

Vote

Comment

Share.

WIN - WIN SOLUTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang